Dewa Hujan dan Matahari

9.8K 360 9
                                    

Cast : Mark Lee x Nakamoto Haechan x Na Jaemin
Dewa

Dewa Hujan dan Matahari

.

.

"Tak ada lagi Dewa Hujan sekaligus Matahari yang harus disakiti, tak ada lagi suara tangisan yang keluar dari bibirnya, tak ada lagi air mata yang menetes dari kedua mata indahnya, tak ada lagi Dewa yang bisa mengolok-oloknya, tak ada lagi yang bisa membencinya.

Tak ada lagi Dewa Hujan sekaligus Matahari yang tersenyum hangat, tak ada lagi suara tawanya yang terdengar ceria dan lucu, tak ada lagi mata bulat yang selalu memancarkan binar kepolosan, tak ada lagi suara rengekan, tak ada lagi suara lucunya, tak ada lagi panggilan sayang untuk para sahabatnya."

.

.

Malam itu, hujan membasahi kota Seoul dengan sangat deras. Jika hujan turun disaat seperti itu, pasti ada salah satu dewa yang tengah bersedih.

Dan itu benar adanya. Salah satu dewa berparas cantik bernama Nakamoto Haechan tengah menangis sendirian, tangis penuh luka yang sangat memilukan hati yang mendengarnya.

Ada apa? Kenapa dewa manis kita menangis seperti ini?

"Chanie, kumohom berhentilah menangis." ucap salah satu dewa tampan menenangkannya, sahabat dekat dewa hujan yang tengah menangis

"Nana, sebenarnya apa salahku? Kenapa mereka semua membenciku?" tanya Haechan pada sahabatnya yang Ia panggil Nana, atau lengkapnya Na Jaemin adalah dewa musim semi

Jaemin hanya bisa diam sembari tangannya terus mengelus pundak sahabat kecilnya dari samping, mencoba memberinya kekuatan agar tenang.

"Kau tidak salah apa-apa, Haechanie. Mereka hanya iri karena kau bisa mendapatkan hati salah satu dewa tampan disini." Jaemin masih terus berusaha menenangkan sahabat kecilnya

"Aku lelah, Jaeminah. Aku lebih baik mati saja. Baba dan mamaku terlalu sibuk dengan urusan dewa mereka, aku selalu dicampakkan oleh mereka, mereka lupa jika ada aku disini." lirih Haechan menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong tapi tetap meneteskan air matanya

Jaemin hanya diam menatap sahabatnya ini dengan pandangan sayunya. Oh, Tuhan, mengapa engkau tidak adil pada Haechan? Ia tidak salah, batin Jaemin.

"Dikhayangan aku hanya dianggap sampah oleh dewa lain. Apakah itu ide bagus? Apakah mereka akan senang jika aku mati? Jika itu yang membuat mereka bahagia, maka tak apa jika aku harus mati. Hahaha, bahkan jika aku mati pun tidak akan ada yang mengetahuinya." lagi, Haechan berujar dengan lirih yang pastinya bisa didengar oleh Jaemin dengan jelas

"Chan–"

"Ah, aku sangat bodoh ternyata karena bisa memiliki hati dewa yang para dewa gadis lainnya panggil tampan itu. MarkLee si dewa tampan. Seharusnya aku tak perlu mengenalnya. Jaemin, katakan padaku dengan jujur, apakah aku bodoh jika aku menolak lamaran MarkLee? Apakah aku harus mati saja agar MarkLee tidak jadi melamarku? Apa aku harus terjun ke gunung berapi dibumi? Aku terlalu lelah hanya untuk memikirkannya, tolong bantu aku, Jaeminie." Haechan beralih menatap Jaemin dengan tatapan kosongnya yang sekarang mengeluarkan air mata dengan deras

"Ini, ambillah. Setiap kali aku menangis, aku selalu mengumpulkan ini sebagai kenangan terakhir dariku untuk dewa yang menyayangiku dengan tulus. Simpanlah ini, dan berikan juga ini pada MarkLee dan Jeno. Oh ya, berikan juga pada Baba dan mamaku. Suatu saat nanti, jika aku ingin kembali taburkan mutiara-mutiara ini didepan halaman istana, mengerti?"

My Baby PuduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang