"Pa... Ada Om Kris, tuh!" Kata Abiem begitu melihat sebuah city car parkir di depan rumah, sore itu.
"Oh, ya, sebentar Papa ke situ." Sahut Papa Abiem. Dia langsung menuju halaman menyambut sahabatnya yang baru keluar dari mobil. Papa Abiem, Parta Dananjaya, adalah sahabat Krisna Harimukti. Mereka dulu teman sekampus. Saking dekatnya, mereka sudah seperti saudara. Abiem pun dekat dengan sahabat papanya yang selalu dia panggil Om Kris itu.
"Hei, Kris! Tumben datang sore-sore?" Sambut Papa Abiem.
"Hai, Jay! Iya, nih. Kebetulan tadi lewat sini." Jawab Om Kris. Om Kris dan teman-teman kampus Papa Abiem memang suka memanggil Papa Abiem dengan panggilan Jay.
"Hmmm... Ayo, masuk! Masuk!" Papa Abiem mempersilakan.
"Sore, Om." Sapa Abiem. "Dari rumah saja, Om?"
"Sore, Biem. Tidak. Kebetulan tadi dari luar kota, lewat sini ya mampir saja." Kata Om Kris sambil duduk di sofa.
"Mau minum apa, Om? Biar Abiem yang buatin." Abiem menawarkan minum.
"Ah, jangan repot-repot, Biem! Kebetulan kamu di rumah. Om justru malah pengin ngobrol sama kamu." Kata Om Kris.
"Wah, tumben kamu berurusan bisnis dengan Abiem, Kris?" Kata Papa Abiem.
"Ahahaha... Bukan masalah bisnis lah, Jay." Kata Om Kris. "Ini masalah sekolah." Lanjutnya.
"Sekolah? Bukankah anak-anakmu masih SD, Kris? Mau kamu akselerasi langsung ke SMA?" Tanya Papa Abiem.
"Bukan, Jay. Ini bukan sekolahan untuk Samba ataupun Setyaka." Kata Om Kris. "Ini sekolah untuk Sundari."
"Sundari?" Tanya Papa Abiem. "Sundari itu..." Papa Abiem coba mengingat-ingat. "Ah, iya, aku ingat. Sundari itu Si Riri, kan? Anakmu dengan Pertiwi?" Tebak Papa Abiem.
"Nah! Benar!" Kata Om Kris.
"Kok Abiem nggak paham apa yang Papa dan Om Kris omongkan?" Kata Abiem.
"Begini, Biem." Om Kris mulai menjelaskan. "Jadi, dua bulan setelah papa-mama kamu menikah, Om juga menikah, Biem. Dapat teman kampus juga, namanya Pertiwi. Nah, dari Pertiwi itu, Om punya anak perempuan. Namanya Sundari. Kami biasa memanggilnya Riri. Sayangnya, Pertiwi meninggal karena pendarahan." Om Kris tiba-tiba jadi sedih. "Sejak saat itu, Riri diasuh neneknya di desa. Om nikah lagi dengan Rukmini, istri Om sekarang. Nenek Riri tidak pernah mengijinkan Om untuk bawa Riri ke kota. Ya, akhirnya sesekali saja Om jenguk Riri. Kalau lagi nggak sibuk kerjaan saja." Lanjut Om Kris.
"Lalu, apa hubungannya dengan sekolahnya Abiem, Kris?" Tanya Papa Abiem.
"Tiga hari yang lalu, nenek Riri meninggal, Jay. Otomatis, Riri hidup sebatang kara. Itulah sebabnya, akan kubawa dia ke sini untuk tinggal bersama kami." Jawab Om Kris. "Dan, kurasa, sekolah Abiem cocok untuk Riri."
"Oh, tentu saja, Om. Kalau sekolahnya nggak bagus, nggak mungkin papa nyekolahin Abiem di situ." Sela Abiem yang diikuti kekehan papanya dan Om Kris.
"Kalau masih ada kuota siswa, Riri nanti akan kupindahkan ke situ, Biem. Kalau tidak salah, dia saat ini kelas XI. Sama kayak kamu." Kata Om Kris.
"Wah, kebetulan sekali, Om. Kelas kami masih ada satu kuota kosong. Ada teman yang pindah ke luar negri ikut ortunya." Jawabku.
"Wah, bagus itu!" Om Kris tampak senang. "Kalau begitu, besok Om mau ke sekolahmu untuk minta surat keterangan kesediaan menerima pindahan murid." Lanjutnya.
Abiem dan papanya senang mendengar hal itu. Sebentar lagi, Abiem akan punya teman baru. Kira-kira, seperti apa ya orangnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abiem
Teen FictionAbiem disudutkan pada pilihan yang rumit. Papanya menjodohkan dia dengan Utari sedangkan dia sendiri jatuh cinta pada Sundari. Di satu sisi, Abiem tidak bisa menuruti keingingan papanya. Dia sangat menyayangi papanya dan tidak ingin mengecewakannya...