31 Desember 2017
"Rivana!" Teriak salah satu dari dua orang gadis berkostum kelinci biru. Gadis yang merasa dipanggil pun langsung menoleh ke arah kedua sahabatnya itu.
"Sori lama ye, tadi agak macet di jalan. Hehe," ucap Rivana saat melihat kedua sahabatnya merengut masam. "Udah ih, gausah ngambek gitu, yok masuk!" ajak Rivana membuat raut wajah Arina dan Fadilla langsung cerah.
Rivana Amelia; seorang gadis lugu, berwajah imut dengan pipi tembem namun berwibawa, namun kadang keras kepala dan juga ceroboh, postur tubuhnya tinggi dan langsing. Dia juga menjadi anggota paskibra di sekolahnya. Putri kedua dari keluarga yang sangat disegani oleh masyarakat; Bapak Royhan Amirudin dan Ibu Karmila Riswanti. Adik dari seorang kakak laki-laki bernama Farhan Adity, ketua OSIS di SMA Pancasila.
Arina Ahdiana; kata sifat pertama yang dapat menggambarkan sosok dirinya adalah–pecicilan, dia yang paling bacot diantara kedua sahabatnya. Namun dibalik sifatnya yang pecicilan, ada sifat yang sangat baik dalam dirinya. Selain itu, dia juga humoris (baca: receh). Rumahnya dekat dengan Rivana; hanya berjarak sekitar 4 meter dari rumah Rivana.
Dan terakhir, Fadilla Adryanti; wajahnya manis lengkap dengan kacamatanya, namun dia sedikit overprotektif dan selalu minder, dia seorang kutu buku yang sering ke perpustakaan. Kemanapun ia pergi, ia selalu membawa pulpen, entah untuk apa. Adik dari Kapten Basket SMA Pancasila; Reynaldo Awari.
Mereka bertiga berada di aula gedung sekolah. Saat itu sekolah tengah mengadakan pesta awal tahun. Banyak yang menghadiri acara ini, hingga aula sedikit sesak. Berbagai kostum digunakan para siswa dan siswi sekolah ini.
"Assalamualaikum, semuanya. Selamat malam, selamat datang di acara kita malam ini," ucap Ketua Osis membuka acara yang di sampingnya ada Wakil Ketua Osis; Andreas Hagi Aryanto. Malam itu semua hadirin langsung menghadap ke sumber suara.
"Untuk kalian yang sudah hadir disini, saya sangat berterimakasih kepada teman-teman semuanya, silakan nikmati hidangan yang sudah kami sediakan, dan untuk Bapak-Ibu guru silakan untuk menempati kursi-kursi dan menikmati hidangannya." sambungnya.
Rivana dan kedua sahabatnya berniat ingin mencari makanan, hingga mereka bertiga berpisah dan masing-masing dari mereka memiliki tugas; Rivana mencari minuman, Arina mencari dessert, dan Fadilla mencari tempat untuk mereka menyantap makanan gratis.
Saat Rivana berjalan menghampiri stand minuman. Rivana langsung mengambil minuman yang menjadi incarannya, namun sungguh disayangkan minuman yang ia ambil secara tak sengaja diambil juga oleh seseorang yang tengah memainkan gawainya. "Eh, maaf." pekik Rivana saat orang itu menatapnya dingin. Rivana mengalah dan memilih mengambil minuman yang lain.
Selesai sudah dengan agenda mengambil minuman, Rivana kembali kepada teman-temannya di meja. Tapi hal yang tak disangka-sangka terjadi lagi, minuman yang dibawa oleh Rivana tumpah ke baju yang digunakan oleh orang yang menatapnya dingin tadi.
Pria itu hanya menatap Rivana datar. Tanpa ekspresi sedikitpun. Sedangkan Rivana sangat was-was melihat pakaian yang dikenakan oleh Andreas basah dikarenakan minumannya.
"Ma.. maaf, kak" lirih Rivana. Ekor matanya menangkap sewadah tisu yang berada tak jauh dari ia berpijak, bergegas ia mengambil tisu itu dengan niat membersihkan pakaian Andreas.
Andreas menahan tangan Rivana ketika ia ingin membersihkan pakaiannya. "Gak usah," Andreas pun berlalu dengan tampang datar. Rivana pun hanya bisa menatap kepergian Andreas.
"Na!" teriak Arina sambil berlari dan di belakangnya juga ada Fadilla. "Kok lama, njir?!" cetusnya.
"Maaf, tadi ada kecelakaan,"
"Hah?! Ih yang bener aja kamu!"
"Tadi ga sengaja numpahin minuman ke bajunya Andreas, eh pas mau minta maaf sama bersihin bajunya malah pergi dianya." jelas Rivana.
"Oh gitu, yaudah ambil lagi aja minumnya." Fadilla menyeret tangan Rivana dan Arina ke stand minuman dekat mereka berdiri, lalu mereka kembali ke tempat duduk yang ditemukan oleh Fadilla.
Seiring berjalannya acara—walaupun ada sedikit kecelakaan, semuanya tetap berjalan lancar sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan panitia.
Kakaknya Rivana lalu lalang, terlihat sangat sibuk dengan sebuah walkie-talkie di tangan kirinya. Rivana tak bisa mengganggunya saat ini. Ia ingin menyampaikan permintaan maafnya kepada Andreas karena tidak sengaja menabrak pria dingin itu.
Rivana tiba-tiba melamun. Memikirkan kejadian tadi. Harusnya tidak usah terlalu memikirkannya, namun entah kenapa ia jadi merasa tidak enak sendiri. Ia berdiri meninggalkan dua sahabatnya yang tengah makan sangat lahap.
"Eh, mau kemana, neng?" cegat Arina sambil menarik tangan Rivana. "Ke Kak Farhan bentar." Arina pun langsung melepaskan tangannya.
Rivana berjalan menuju kakaknya yang tengah bicara dengan salah satu anggota panitia lainnya. "Aa!" Ia mencolek pinggang sang Kakak. Farhan menoleh ke adiknya.
"Bicara bentar, bisa?" Farhan menuruti keinginan Rivana. "Kenapa, Na?" tanyanya.
Rivana terlihat sedikit takut untuk menceritakan kejadian tadi, namun ia langsung menepis rasa takutnya ketika kakaknya menyuruhnya untuk cepat bercerita karena masih ada hal penting demi berjalan lancarnya acara.
"Tadi Nana ga sengaja nabrak Kak Andreas, Nana mau minta maaf tapi Kak Andreas keburu pergi. Nana jadi ga enak loh, A"
"Jadi, Aa bisa sampaikan ke Kak Andreas kalo Nana mau minta maaf?" Farhan manggut-manggut mengerti, Andreas memang terkenal dengan sifat dinginnya. "Yaudah, nanti Aa samperin Andreas. Kamu makan dulu, gih."
"Udah tadi, A. Aa yang harusnya makan dulu, nanti maag-nya kambuh." Rivana mengingatkan sambil tersenyum kepada kakaknya.
Farhan mengiyakan perkataan adiknya. Memang, perutnya sejak awal acara tadi sudah lumayan perih. Farhan berjalan ke arah panitia-panitia yang tadi, dan kembali lagi ke kesibukannya.
Rivana berbalik dan kembali kepada sahabatnya yang sudah selesai makan. Rivana kaget ketika melihat tumpukan piring kotor yang ada di hadapan Arina dan Fadilla. "Astagfirullah, siapa yang makan segini?!" Dilihatnya Arina sedang minum dan Fadilla membersihkan mulut dan tangannya. Lalu mereka nyengir dengan tampang tanpa dosa.
"Pas balik kerumah, terus langsung tidur. Besok auto gendut kalian berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eurasia
Novela JuvenilAndaikan saja seekor serigala yang siap menerkam siapapun, menghampiri seorang manusia yang ia yakini bahwa manusia itu adalah 'mate'nya, semua yang mengenal tentang werewolf pasti tahu apa yang akan terjadi pada keduanya-tentunya dengan persepsi ma...