Lorong yang letaknya dekat kantin itu sudah ramai. Ramai anak-anak siswa siswi yang dengan mengerumun. Terlihat Satria yang tengah mencengkram kerah seragam Budi yang tersudut di loker. Tangan kiri cowok itu masuk ke dalam saku celana.
Cindy yang baru saja berhasil menerobos kerumunan itu mengedarkan pandangan, bola matanya yang membesar dan telapak tangan yang berada di hadapan bibir nya.
"Lo pikir gua ngga tau kalo lo diem-diem ngelaporin gua" tanya Satria lalu jeda dan akhirnya cowok itu berdecih. "Berapa kali gua harus ngomong sama lo?" Tanya nya lagi saat Budi tertunduk di depannya.
"Kalo lo ngga di kasih pelajaran, lo pasti ngga akan jera kan?" Satria memajukan
wajahnya sedikit. "Jawab pertanyaan gua bangsat!"Budi tetap diam, tidak berani
mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya.Budi yang sudah tidak tahan lagi akhirnya memukul wajah satria menggunakan tas yang sedari tadi di genggamnya erat, hingga pipi satria sedikit mengeluarkan darah akibat terkena sesuatu yang tak sengaja menggores wajah tampan nya. Tentu saja perlakuan nya yang begitu nekat membuat semua orang yang menonton tercengang.
Baru saja Budi ingin melayangkan satu pukulan lagi di wajah satria, tubuhnya sudah lebih dulu di banting oleh pemilik mata hitam legam itu. Membuat Cindy yang juga menonton kejadian itu meringis.
Satria kemudian menginjak pundak Budi yang sudah terbaring lemas di lantai koridor. Seperti ada magnet yang menarik pandangan nya ke arah Cindy yang masih meringis melihat Budi yang di perlukan seperti itu.
"Lo harus bisa tahan liat ini." Kata Satria masih menatap Cindy. Cindy yang merasa perkataan itu di tujukan untuk dirinya langsung mendongak kan kepalanya menatap mata Satria.
"Gua masih nunggu apa yang akan terjadi sama lo nanti nya." Setelah mengucapkan kalimat itu Satria dan kedua temannya pergi meninggalkan kerumunan itu, di ikuti oleh siswa lain nya yang perlahan membuat kerumunan itu hilang.
Setelah kerumunan itu bubar Cindy langsung menghampiri Budi berniat membantu nya berdiri.
"Lo nggapapa? Lo mau minum ngga?" Tanya Cindy memberikan botol air mineral yang sedari tadi di genggamnya.
Tiba-tiba botol air mineral yang ingin ia berikan kepada Budi di tangkis oleh tangan seseorang, menarik lengan Cindy menjauh dari Budi kemudian menyudutkan nya di toker
"Lo lagi? Apa lagi Sekarang?" Tanya Cindy menatap mata coklat terang pria itu.
"Jangan ikut campur sama masalah beginian, lo tau ngga itu bisa jadi masalah buat lo kedepannya." Ucap lelaki ber-name tag Leon.
"Gue ngga terlibat, gue cuman nanya apa dia baik-baik aja."
"Apa lo liat ada orang lain yang ngomong sama dia selain lo?" Tanya Leon yang membuat Cindy terdiam.
Cindy melihat sekeliling koridor itu benar saja, tidak ada orang lain yang memperdulikan Budi selain dirinya.
"Gua peringatkan sama lo, jangan berada di sisi orang yang lemah. Atau lo bakal jadi salah satu orang yang lemah juga." Tegas Leon kemudian meninggalkan Cindy yang masih terdiam.
***
"Gua lagi di toko deket rumah lo." Ucap Satria dengan seseorang di sebrang sana.
"....."
"Gua lagi beli makanan, yaudah lo cepetan gua tunggu." Setelah itu Satria mengakhiri telfon itu.
Saat ingin membayar semua belanjaan nya di kasir, ujung matanya menangkap sesosok wanita yang seperti tidak asing baginya.
Cindy berjalan keluar mini market setelah membayar satu kaleng minuman yang di belinya, kemudian duduk di kursi yang tersedia di depan mini market membaringkan kepalanya di atas meja dan tertidur. Tentu saja kegiatan nya itu tidak terlepas dari pandangan satria.
Setelah selesai melakukan pembayaran Satria menyusul Cindy ke kursi itu sembari membuka ciki yang di belinya tadi.
Mata tajam nya masih meneliti wajah cantik Cindy yang sedang terlelap, membuat Satria sedikit tergoda dengan wajah cantik nya. Namun dengan segera Satria menepis pikiran itu, mana mungkin Satria tertarik dengan wanita di hadapannya. kemudian Satria menendang kaki meja tempat Cindy membaringkan kepalanya, membuat sang empu yang tengah tertidur itu terganggu dengan sentakan yang ada di meja. Tapi gadis itu tetap urung membuka matanya.
Satria masih melakukan hal yang sama, menendang kaki meja yang sekarang menjadi tempat dirinya meletakkan ciki yang tadi ia makan.
"Ngapain lo tidur disini?" Tanya Satria,
"Kaya ngga punya rumah aja." Lanjutnya nya sinis.
Cindy yang masih tertidur hanya mendengarkan saja tanpa ada niatan untuk membalas ucapan laki-laki itu.
Drett drettt
Ponsel satria berbunyi membuat cowo itu mengalihkan pandangannya ke benda berwarna hitam berlogo apple yang tergeletak di atas meja. Tertera nomor tak di kenal di layar ponsel nya, cowok itu mengerutkan keningnya kemudian menggeser tombol hijau.
"Sapa?" Tanya Satria to the point
"Gimana ciki nya enak?"
Satria terdiam sejenak kemudian mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang mungkin ia kenal. Sampai pandangan nya bertemu dengan pandangan seorang pria yang sedang duduk di atas motor nya yang terparkir di sebrang jalan.
Leon menatap Cindy yang tengah tertidur pulas kemudian kembali menatap Satria yang duduk di depan Cindy. Leon bertanya-tanya, mengapa mereka bisa bersama? Apa mereka sudah membuat janji sebelumnya? Tapi itu tidak mungkin. Pikirnya.
_____________________
*Hai semua, apa kabar?
Aku mau kasih tau kalau cerita ini ganti judul hehe... Dari "bad boy first love" menjadi "satria" Alur nya ngga berubah kok, hanya nama tokoh, latar, dan tata bahasanya saja yang berubah. Jangan lupa klik tanda ⭐ yaa.. Thankyou, see you di part selanjutnya 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
SATRIA (On Going)
Ficțiune adolescenți"Maaf" ucap gadis itu spontan "Lo punya mata nggak sih?!" balas nya sengit. "Dih, galak amat" gumam nya. ----------------------- "Woy! Itu taxi gue!" "Awas aja lo kalo sampe ketemu!!" ------------------------ "Lo pikir gua ngga tau kalo lo diem-diem...