Chapter 22

565 35 2
                                    

Suara decitan ban motor berhenti tepat di depan rumah modern yang tampak minimalis itu.

"Di sini?"

"Iya," balas Putri lalu turun dan membuka helmnya. "nih makasih ya," imbuhnya lagi seraya memberikan helm itu pada Angga.

Angga mengambilnya. "Iya sama-sama," katanya lalu tersenyum.

Tiba-tiba tampak Evelyn keluar dari pintu seraya setengah berlari ke arah mereka. "Putri, ya ampun kok pulangnya malem banget? Ini siapa?" tanya--cecar wanita itu seraya memegang tengkuk Putri.

"Ini temen aku ma," balas Putri sambil menoleh ke arah Angga.

Angga agak terkejut lalu mengangguk sekali. "Halo tante, kenalin saya Angga." lalu dia menyalami wanita itu.

Evelyn tersenyum sebagai tanda formalitas kesopanannya. Lalu matanya teralih pada perban putih yang membalut tangan anak perempuannya. Dia membuka mulut--terkejut dan memengang lembut tangan kanan gadis itu.

"Kamu kenapa nak? Kok bisa begini?" tanya Evelyn khawatir.

"Ehehe tadi jatuh gara-gara dikejar orang gak dikenal," jawab gadis itu cengengesan. "tapi tadi Angga nolongin aku."

Evelyn menoleh ke arah Angga. "Makasih ya nak, tapi kamu juga luka gak?"

"Hehe, enggak pa-pa tante, enggak kok." Angga menggaruk tengkuknya sambil melirik dan tersenyum pada Putri.

"Ya udah tante, saya pulang dulu ya." Angga manggut sekali.

"Iya, hati-hati ya nak."

Setelah Evelyn mengiyakan, dia memutar motornya, dan sesaat menatap Putri yang tidak melihat ke arahnya. Dia tersenyum lalu menjalankan motornya menjauh sehingga tampak punggung cowok itu menghilang dari pandangan.

Di sisi lain, diam-diam Adam mengintip anak perempuan semata wayangnya yang tampak diantar seorang lelaki lewat jendela ruang tamu. Alih-alih dia berlari khawatir, dia malah memilih memegang buku sebagai alasan, yang sebetulnya lelaki itu mengkhawatirkan puteri satu-satunya yang sudah malam begini belum pulang juga, dan pemandangan barusan membuatnya tambah khawatir.

Ketika tampak Evelyn berbalik sambil memegang tangan Putri terluka. Adam melepas korden dari sebelah tangannya lalu buru-buru duduk sambil membaca buku.

Ketika wanita itu memasuki pintu dan menutupnya. Dia menoleh ke arah Adam seraya menghela napas dalam.

"Put, luka kamu dibersihin lagi ya, kamu ke kamar dulu, nanti mama bantu perban kamu," tutur Evelyn sambil mengusap rambut gadis itu. Putri mengangguk dan pergi ke kamarnya.

Adam agak terkejut mendengar itu, dia lalu melirik puterinya yang tampak tangan kanannya terbalut perban. Sebentar dia langsung beralih ke bukunya lagi sambil berperasaan khawatir yang terpampang jelas dari ekspresinya.

Evelyn mendesah lega. "Untung aja tadi temennya Putri nolongin, coba kalo enggak? Gimana keadaan Putri sekarang," gumamnya sambil membuka laci tepat di dekat sofa, sengaja supaya Adam mendengarnya.

Wanita itu mengambil kotak P3K lalu menutup laci terburu-buru. "Haah, semoga tuh anak jadi pacarnya Putri aja deh, biar bisa saya titipin buat jaga Putri," gumamnya lagi penuh penekanan ke arah Adam.

Lelaki itu peka bahwa perkataan istrinya itu bertuju ke arahnya. Namun dia tetap mempertahankan gengsinya sambil menunduk menontoni kertas coklat yang bahkan tidak benar-benar dia baca itu.

~•~

Fion terkikik girang sambil melihat daftar nomor random yang dia dapat dari konter pulsa dekat kawasan sekolah. Dari tadi dia sudah mencoba berbagai nomor telepon tetapi belum juga menemukan nomor cewek yang dia inginkan.

Sambil rebahan dikasur milik Angga, dia berguling-guling seenaknya sambil menunggu panggilan masuk dari nomor terakhir dari daftar itu. Ya, dia masih berencana untuk numpang hidup di rumah sahabatnya itu.

Sama dengan Fion, Reza pun juga merencanakan hal yang sama. Dia bersender santai dikursi bean bag biru yang menghadap ke play station milik Angga.

Dia melirik sinis ke arah Fion yang cekikikan ketika melihat banyak respon dari orang-orang yang diteleponnya.

"Ngapain sih lu Yon? Ngabis-ngabisin pulsa aja," tegurnya tanpa menoleh seraya memainkan ponsel.

Fion menoleh. "Gratisan ini, mau nyari cewek gue, liat nih gue yakin nomor terakhir ini yang muncul bakalan cewek cakep," balasnya percaya diri.

"Udah kayak jaman jadul aja," gerutu Reza lalu terkikik sendiri.

"Liat aja nih."

Fion memasukan nomor terakhir dari daftar nomor acak yang dimilikinya. Lalu tanpa ragu dia menekan tombol panggil lagi dan menaruh benda pipih itu di samping telinga kiri.

Terdengar suara tersambung. Fion sengaja menyalakan pembesar suara untuk memamerkannya pada Reza. Tak butuh waktu lama panggilannya ternyata tersambung.

"Halo?! Siapa sih ini?! Gak tau apa gue lagi sibuk nonton drakor?!"

Mata Fion mendelik kaget dan menjauhkan ponselnya dari telinga, sedangkan Reza terkikik melihatnya.

Terpaksa, cowok itu mengambil ponselnya. Lalu menjawab, "Halo? Pasti cewek cantik ya? Boleh tau namanya?"

"Hah?! Apaan sih gak penting! Siapa sih ini?!" pekik cewek itu.

Fion meringis. "Eem mau kenalan aja sih, kenalin gue Fion."

"Apaan sih ini orang," terdengar cewek itu menggerutu. "iya udah terserah lo, gue Mira, bay!"

Tuut tuut tuut

Panggilan pun dimatikan sepihak. Fion menyernyit heran sambil menatap ponsel tidak habis pikir, sedangkan Reza akhirnya tertawa terbahak-bahak setelah melihat reaksi temannya yang seketika syok begitu saja.

Sementara itu di sisi lain, ternyata yang di telepon Fion adalah Mira. Teman Putri si k-popers sejati. Dia cepat-cepat menyalakan mode pesawat lalu membanting ponselnya menjauh dan lanjut menatap layar laptop yang menyiarkan tontonan sehari-harinya setiap malam.

"Iihh tuh 'kan! Part serunya kelewat!"















MATSA
To be continue

Vote jangan lupa loh, sedih aku tuh kalo gak divote :(

Eh iya sorry updatenya kemaleman, soalnya biasa nih otak gue aktif banget kalo malem ヘ( ̄▽ ̄*)ノ

MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang