Yeorin tidak tidur malam itu. Dia merasa waktu terus bergulir.
Jimin benar, Yeorin memang takut pada kehidupan karena kehidupan mengajari bahwa dia akan dihukum jika meminta terlalu banyak. Yeorin belajar untuk tidak meminta apa pun, dan dengan begitu dia tidak mempertaruhkan apa pun.
Yeorin menepis banyak hal: teman, keluarga, bahkan kenyamanan mendasar rumahnya sendiri, karena dia takut mengambil risiko tersakiti lagi.
Menyangkal kebenaran bukan sifat Yeorin, jadi dia menghadapi kenyataan itu.
Ibunya bukan contoh ibu sesungguhnya, dan suaminya bukan contoh suami pada umumnya. Mereka telah menyakiti Yeorin, tapi dia tidak seharusnya menghindari semua orang karena mereka. Hyejin mengajukan tawaran ingin berteman, tapi Yeorin menghindarinya karena merasa wanita itu punya motif lain.
Keraguan-keraguan itu hanya dalih untuk reaksi naluriah Yeorin menjauh tiap kali seseorang terlalu dekat dengannya. Yeorin harus mengambil risiko, kalau tidak hidupnya hanya kepura-puraan belaka, tak peduli berapa banyak pasien yang dia sembuhkan. Yeorin membutuhkan pertolongan sebesar Jimin membutuhkannya.
Namun, menghadapi kebenaran dan mengatasinya merupakan dua tugas berat. Hanya memikirkan itu membuat pertahanan Yeorin menurun, dan membiarkan orang lain dekat dengannya membuatnya mual. Bahkan hal-hal sepele pun terasa terlalu berlebihan, membebani lebih daripada yang sanggup dia atasi.
Yeorin tidak pernah bersenda gurau dengan teman wanita hingga larut malam, tidak pernah menghadiri pesta, juga tidak pernah belajar cara bergaul dengan orang lain dalam tingkah normal. Seumur hidup Yeorin memunggungi tembok, dan melindungi diri sendiri menjadi lebih dari sekadar kebiasaan, melindungi diri merupakan bagian dirinya, yang terpatri ke sel-selnya.
Mungkin Yeorin tidak bisa berubah. Mungkin kengerian yang begitu mencekam dari masa kecil mengubah jiwanya begitu drastis sehingga Yeorin tidak pernah bisa bangkit dari liang kelam kenangannya.
Sesaat Yeorin membayangkan masa depannya — muram dan sendirian — dan kesedihan meremas ulu hatinya.
Namun, Yeorin tidak menangis meski matanya panas hingga kelopak mata terasa seperti terbakar. Untuk apa membuang air mata untuk tahun-tahun yang hanya berisi kehampaan sejauh dia bisa melihatnya?
Yeorin terbiasa sendirian, dan setidaknya dia memiliki pekerjaan. Yeorin bisa menyentuh orang lain karena pekerjaannya, memberi mereka harapan, membantu mereka, mungkin itu tidak cukup, tapi jelas itu lebih baik daripada kerusakan yang sudah pasti menunggunya kalau dia membiarkan seseorang menyakitinya lagi.
Tiba-tiba ingatan tentang Jaehyun berkelebat memasuki benaknya dan wanita itu hampir menjerit, tangannya terangkat ke kegelapan untuk mendorong Jaehyun. Rasa mual yang Yeorin rasakan berganti menjadi rasa ingin muntah, sehingga Yeorin menelan ludah dengan panik untuk mengendalikan desakan itu.
Sesaat Yeorin seperti terhuyung di bibir jurang hitam pekat, ingatan demi ingatan beterbangan, seperti kelelawar keluar dari gua, melesat ke arahnya. Kemudian dia mengatupkan gigi ketika merasakan jeritan seram meluap di dadanya dan Yeorin mengulurkan tangan yang gemetaran untuk menyalakan lampu. Cahaya itu mengusir kengerian, dan Yeorin berbaring menatap bayangan.
Untuk menaklukkan kenangan itu, dengan tenang Yeorin menghalau semuanya, lalu menghadirkan wajah Jimin sebagai jimat melawan iblis masa lalunya.
Yeorin melihat mata Jimin, seolah terbakar keputusasaan, dan napasnya tersekat. Mengapa Yeorin berbaring sambil mengkhawatirkan dirinya sementara Jimin berusaha mengokohkan berdirinya di bibir jurang penderitaan? Jimin yang penting, bukan dirinya! Kalau sekarang Jimin sampai kehilangan minat, itu membuat proses pemulihannya berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie To Me
Romance(Completed) Kecelakaan mengerikan membuat Han Jimin lumpuh, dan kehilangan semangat hidup. Ia pesimis akan pulih kembali dan menolak semua bentuk terapi yang disarankan. Sebagai terapis andal, Kim Yeorin yang ditawari pekerjaan untuk membantu memul...