Prolog

126 8 0
                                    

Semua cerita akan dimulai dari sini tentang temu, kisah , rindu hingga jarak. Ini bukan cerita tentang aku dan kamu tetapi tentang senja, rindu dan rintik hujan.

Langit mulai terlihat gelap dan rintik hujan pun mulai turun butir demi butir muai membasahi setiap sudut kota ini,

Gadis berambut ikal panjang hingga hamper menyentuh pinggang, ramping dengan tinggi badan 160cm duduk termenung di depan meja kerja yang sengaja di tata menghadap tepat kearah jendela.

Pandangannya lurus menembus butiir – butir hujan yang sudah mulai berlinang membasahi jendela kamarnya, sendu ia menarik nafas panjang, memejamkan mata dan kemudian menengadahkan wajahnya kearah langit – langit kanir yang bertabur lampu berkerlap bak taburan bintang dilangit, temaram sinar lampu kamar menjadikan sinar lampu – lampu itu semakin nyata berkelip.

"mentari.... Kamu harus bahagia ... dengan terbata suara parau itu menyelesaikan kalimatnya lelaki berparas belasteran bandung jerman itu memejamkan matanya, tenang damai, tapi kali ini kulitnya tidak seputih biasanya, pucat, tidak ada lagi celetukan ceria yang keluar dari mulutnya.

Rentetan kejadian di masalalu kembali berputar di ingatan mentari, ingatan yang membuatnya membenci malam dan hujan, dan membuatnya merindukan senja ....

Jarum jam derdetak dengan ketukan perlahan tik tok tik tok jam sudah menunjukan di angka 10 malam, aroma jasmine yang dikeluarkan dari air diffuser disudut kamar menambah ketenangan malam itu, gadis bertubuh mungil itu melangkah menuju tempat tidurnya, tatapanya kini berputar mengelilingi kamar, memerhatikan setiap sudut kamar yang ia tata dengan sedemikian rupa.

Tempat tidur yang cukup besar yang seharusnya cukup untuk 2 hingga 3 orang, namun justru hanya ia yang menidurinya.

Gadis itu kini mulai merebahkan tubuh kecilnya, menutupi tubuhnya dengan selimut berwarna pink tebal yang perlahan membawanya lelap ke dunia bawah sadarnya... lelaaapppp.

Mentari Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang