•LIMA BELAS•

1.5K 64 0
                                    

[Edisi Revisi 22.06.19]

"Dia tadi senyum ke gue, oh my god!" Sandra berteriak heboh di dalam kamarnya sambil menggigit gulingnya.

"Melayang gue Ya Allah." pekiknya kemudian menenggelamkan wajahnya pada bantal.

"Kamu kenapa San, kok teriak-teriak?" terdengar suara ketukan pintu diikuti suara Wijaya membuat Sandra menoleh.

"Gak kenapa-napa Pa." teriak Sandra menjawab pertanyaan Papanya.

"Udah malem, gak usah teriak-teriak." ucap Wijaya lagi.

"Iya." balas Sandra kembali berteriak, namun ia kembali mengembunyikan wajahnya pada bantal.

"Mimpi indah nih gue. Mimpiin senyumnya dia," gumam Sandra sambil melihat langit-langit kamarnya.

Tak lama ia telah masuk ke alam mimpi, dan entah benar-benar memimpikan senyum laki-laki tadi siang atau tidak. Yang pasti, bayangan senyum Bima tadi sianglah yang menjadi pengantar tidurnya malam ini.

°°°

"Kok sepi sih?" gumam Sandra saat dirinya tengah berjalan di koridor menuju kelasnya dan ia melihat suasana kelasnya sangat sepi dan senyap jika dilihat dari luar.

Ia melirik jam tangan di lengan kirinya. "Baru jam enam dua puluh."

Saat sudah sampai di depan pintu yang hanya terbuka sedikit itu, Sandra langsung mengerti jika para penghuni kelasnya sedang menggelar contekan massal.

Di meja yang ditempati Putri, ada sekitar tujuh sampai delapan orang yang sedang berebut agar bisa melihat jawaban yang ada di buku catatan Putri yang diletakkan di tengah meja.

Keadaan yang serupa juga terjadi di meja Lia, Fara, dan Amel. Bahkan di meja Lia ada sekitar sepuluh orang, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama tak mau mengalah untuk bisa melihat jawaban dari buku mereka.

"PR apaan Li?" tanya Sandra pada Lia yang duduk di bangkunya bersama Ayu, sedangkan di bangku depannya ada Putri yang duduk sambil menghadap ke belakang sambil bertopang dagu.

"Bu Siti." jawab Lia kemudian berdiri dan duduk di samping Putri.

"Matematika?" tanya Sandra lagi yang dibalas anggukkan kepala tiga perempuan itu.

"Lo udah ngerjain Yu?" tanya Sandra pada Ayu sambil mengeluarkan buku catatan matematikanya dari dalam tas.

Ayu tidak menjawab, namun tangannya meraih sebuah buku dari laci meja dan meletakkannya di depan Sandra.

"Uh, Ayu baik deh. Langsung peka." ucap Sandra alay.

"Nomor lima belum Li?" Lia menoleh ke arah Kinan yang bertanya dengan nada keras padanya. Membuat beberapa orang mengeluh karena suara Kinan terasa sangat menusuk indra pendengaran mereka.

"Susah, gak nemu gue." jawab Lia kalem.

"Oke deh. Makasih Li, Put." teriak Kinan sambil membawa bukunya kembali ke bangkunya.

Perlahan, teman-temannya yang lain juga ikut meninggalkan meja yang dijadikan tempat berkumpul mereka untuk mendapatkan jawaban.

"Done." ucap Sandra setelah selesai menyalin tugas tersebut dari buku Ayu.

Tak lama berselang, bel masuk juga berbunyi dengan nyaring membuat Putri dan Lia beranjak dan kembali ke bangku mereka masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak." ucap Bu Siti saat memasuki kelas.

"Pagi Bu."

"Bukunya di letakkan di atas meja semuanya." perintah Bu Siti yang langsung dilakukan oleh seluruh anggota kelas. Bu Siti adalah guru matematika yang tidak mempunyai kesan galak. Beliau adalah salah satu guru yang asik dan bisa membuat candaan yang membuat jam pembelajaran menjadi lebih seru dan tidak tegang. Itulah mengapa banyak siswa yang menyukai pelajaran Bu Siti karena sifat beliau tersebut.

ABIMANYU✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang