***

12 1 0
                                    

Aku bingung , antara tetap berharap kembali pada hati yang sudah pergi, atau membenci hati ku sendiri karena tak bisa bahagia lagi.

Sinar matahari menyoroti wajah Caca lewat celah tirai yang menutupi jendela kamarnya dan mulai membuat Caca terbangun. Caca merasa sulit untuk membuka matanya dan merasa matanya begitu berat, kemudian Caca mulai bercermin lewat kamera ponselnya yang ternyata mata Caca sudah sembab yang bahkan dia baru ingat bahwa semalam ia menangisi manusia jahat yang sudah menyakitinya bertubi-tubi hingga tak sadar Caca tertidur dengan posisi yang tidak berubah sejak semalam.

"Sial banget sih ngapain gue nangisin dia mulu" keluh kesal Caca sambil berdecak dan sedikit mengacak rambutnya.

Untung saja hari ini adalah hari sabtu dimana semua sekolah di hari ini pasti libur, Caca berencana untuk benar-benar berdiam diri di rumah tapi lebih tepatnya 'dikamar'.
Caca memeriksa ponselnya dan tak menemukan apapun, yaa ia berharap Rendra akan membahas sesuatu lewat pesan singkatnya, tapi ternyata 'nothing' tak ada yang bisa di harapkan dari manusia racun itu. Kali ini Caca hanya ingin bisa di dengarkan , dan satu-satu nya yang bisa mendengarkannya dengan baik pasti Chika, karena Loli pasti sibuk dengan kencannya yang sudah terjadwal berkedok olah raga bersama kekasihnya.

Caca mulai mengetikan nama kontak Chika di wall pencarian dan ternyata Chika pun sedang online.

Caca : "Chik, ke rumah gue yaa , jam 10 , please.... ada yang mau gue omongin, gue butuh lo"

Tak lama kemudian Chika langsung membaca dan membalas pesan tersebut.

Chika : "Lo kenapa?? Ada apa?? Papa sama mama lagi? Gue kesana sekarang lagian jam 10 juga bentar lagi"

Caca : "Udah, nanti juga lo tau, tiati ya lo di jalan, motor lo masukin garasi aja masuknya lewat garasi langsung ke kamar gue"

Chika : "Mager banget sih lo jadi orang-,- , heran gue"

Caca tak menghiraukan balasan dari Chika karena sudah menganggapnya hal biasa, ia menunggu Chika sambil memakan camilan yang ia simpan di lemari makanan di kamarnya , Caca biasa menyimpan makanan ringan di kamar karena teman-teman nya yang suka menginap di rumah agar tidak perlu bolak-balik ke dapur mengambil makanan.

Sekitar 20 menit Chika mengetuk pintu kamar sambil membawa kresek yang Caca tebak bahwa itu ada lah makanan.

"Sini masuk Chik"

"Mama papa kerja Ca?"

"Yoi"

Chika mendekati Caca dan kaget ketika melihat jelas wajah Caca yang berantakan mungkin sejak kemarin sore.

"Ya ampuuuunnnn... temen gue woyyy, kenapa mata lo? Muka lo? Nangisin apa lo hah? Siapa yang bikin lo begini?" Tanya Chika sambil memegang wajah Caca dan melihatnya dengan teliti.

"Lo bawa apa?" Caca malah berbalik bertanya pada Chika seolah-olah tak ingin bercerita tentang apa yang terjadi.

" Oh iyaa... nih bubur ayam buat lo, gue tau lo klo nyuruh gue ke rumah pagi-pagi pasti lagi ga mood dan pasti mager kek gini, lagian tadi pas lo wa , gue lagi makan bubur hehe"

"Makasih loh, gue makan yah tar ceritanya kalo udah mood"

"Heran gue, muka bengkak begitu, lo masih ada gairah buat makan"

Setelah selesai makan, Caca membereskan bekas makanannya tersebut dan mulai mengeluarkan camilan-camilan lain yang ada di lemarinya agar bisa di makan bersama dengan Chika.

"Chik, gue putus" awal yang sangat membuat Chika kaget sampai tersedak oleh makanan ringan yang sedari tadi ia makan.

"Hah? Yang bener lo? Gausah sok2an nge prank gue deh, gue tau nih ntar tiba-tiba si Rendra keluar nih dari kamar mandi yakan??? Atau ada di dalem lemari baju lo?" Jawab Chika tidak percaya.

P.I.E.C.E.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang