•SEMBILAN BELAS•

1.4K 68 0
                                    


[Edisi Revisi 22.06.19]

Upacara kali ini terasa sangat lama. Mungkin karena dua upacara yang digabungkan dalam satu waktu.

Upacara rutin hari Senin dan upacara serah terima jabatan untuk anggota kepengurusan Osis yang lama ke anggota kepengurusan yang baru. Hingga jam menunjukkan pukul delapan pun upacara masih berjalan, walaupun banyak siswa yang telah tumbang dan dibawa ke UKS. Tak sedikit juga yang bergerak mundur dari barisan kelas mereka agar mendapat tempat yang teduh di bawah pohon yang berada di sisi lapangan.

Tak terkecuali kelas Sandra. Bahkan gadis itu sekarang tengah berdiri di bawah pohon beringin sambil mengipas wajahnya menggunakan topi upacaranya. Hal serupa juga dilakukan sebagian besar siswa, baik itu kelas sepuluh, sebelas, bahkan kelas dua belas sekalipun. Mereka tidak peduli jika nanti ditegur maupun dihukum karena tidak baris dengan rapi. Sekarang yang paling penting adalah terhindar dari panasnya matahari dan mendapatkan tempat yang teduh juga angin sepoi dari kipasan topi mereka.

Di tengah lapangan, Gio, selaku ketua Osis yang jabatannya akan berhenti hari ini sedang menandatangani surat pernyataan perpindahan jabatan pada Arin, siswa kelas XI IPS 2 yang mulai hari ini resmi menjadi ketua Osis SMA Nusa.

Tepat pukul delapan lebih dua puluh menit upacara baru selesai. Sebelum barisan dibubarkan oleh komandan pleton pun, barisan masing-masing kelas telah lebih dulu membubarkan diri dan berlari meninggalkan lapangan. Dan tempat yang paling banyak dituju adalah kantin.

Sandra pun tak luput dari pasukan itu, ia tadi langsung menarik tangan Anggi dan Putri dan menyeret mereka berdua menuju kantin.

"Put, sana lo pesen es jeruk dua. Bilang esnya yang banyak." ucap Sandra sambil menyerahkan uang bergambar Frans Kaisiepo pada Putri.

Sandra menjatuhkan kepalanya di atas meja kantin yang dingin dan tangannya juga tak berhenti bergerak mengipaskan topi upacara ke arah wajahnya.

"Lo gerah gak sih Nggi?" tanya Sandra dengan mata terpejam.

"Hooh. Gila sih ini tadi upacaranya hampir dua jam. Untung Anggi sabar Ya Allah." Anggi ikut menjatuhkan kepalanya seperti Sandra.

Tak lama Putri kembali dengan empat gelas es jeruk di kedua tangannya.

Sandra langsung mengambil dua gelas dari tangan kiri Putri dan langsung meminumnya hingga satu gelas es jeruk tersebut habis. Hanya menyisakan es batunya saja. Setelah itu ia kembali menjatuhkan kepalanya dan menempelkan gelas yang hanya berisi es batu tadi pada pipi kirinya, sedangkan satu gelas yang masih utuh ia tempelkan pada pipi kanannya.

"Gurunya mau bikin satu sekolah pingsan massal apa ya? Upacara hari Senin aja udah banyak yang pada tepar, eh ini malah ditambah upacara sertijab." gerutu Sandra dengan mata tertutup sambil menikmati dinginnya es di kedua pipinya.

"Sandra." suara seseorang membuat Anggi dan Putri menoleh. Sementara Sandra tetap tak bergerak, membuka matanya pun tidak karena ia telah hapal dengan pemilik suara ini.

"Ngapain Din?" tanya Sandra.

"Gue gabung di sini dong, mejanya udah penuh semua. Kakak kelas semua lagi," Sandra mengangkat kepalanya kemudian mengedarkan pandangan. Ternyata benar, susah tidak ada meja yang kosong, dan kebanyakan siswa yang berada di kantin ini adalah kakak kelas.

"Duduk aja." Nadin langsung duduk di kursi samping Putri yang masih kosong.

"Kalo gak kenal ya kenalan dulu lah." ucap Sandra setelah melihat wajah bingung Putri dan Anggi.

"Oh iya, kenalin gue Nadin." Nadin mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh kedua perempuan bingung tadi.

"Gue Putri."

"Anggi."

"Dia itu yang duduk sama gue waktu masih kelompok dulu." Nadin mengangguk membenarkan ucapan Sandra.

"Gue sedih nih San." curhat Nadin.

"Kenapa? Karena Kak Gio udah bukan ketos lagi?" Nadin mengangguk.

"Heem. Gak lama lagi juga udah UN kelas dua belas. Abis itu kan udah gak ketemu lagi sama dia." ucap Nadin dengan wajah sedih.

"Sok lo. Emang lo siapanya? Kenal aja enggak." cibir Sandra.

"Emang kenapa sih kok lo sedih gitu?" tanya Putri yang sebenarnya penasaran dengan obrolan antara Sandra dan Nadin.

"Dia itu salah satu fansnya Kak Gio yang gak rela kalo bentar lagi mantan ketua Osis itu lulus." jawab Sandra membuat kedua temannya mengangguk.

✴️✴️✴️

"Cewek lo kepanasan tuh. Coba lo samperin, siapa tau langsung seger." Aldi berkata sambil menunjuk Sandra yang masih setia pada posisinya yaitu meletakkan kepalanya di atas meja kantin dan ada dua gelas es yang masih setia menempel di pipi kanan dan kirinya.

"Kayak gitu udah seger kali. Pipinya udah ketempelan es batu, matanya juga udah seger dari tadi ngeliatin kakak kelas mulu. Gue sih bisa nebak kalo itu cewek maniak banget sama yang cakep-cakep." celetuk Dimas sambil memasukkan sebiji bakso ke dalam mulutnya.

"Kalo udah kepincut sama kakak kelas, apalagi yang cakep, udah gak ada harapan lo bro." Bima menggeram. Mengapa kedua sahabatnya ini justru malah membuatnya kesal. Bukankah waktu itu sudah dikatakan jika kedua sahabatnya ini sampai tau jika ia menyukai gadis itu maka mereka tidak akan berhenti untuk menggoda maupun memanasi keadaan seperti ini.

Pandangannya pun sedari tadi masih tak lepas dari gadis itu. Seperti mempunyai daya tarik tersendiri bagi penglihatannya. Wajahnya yang menurut Bima lucu saat ini. Dengan mata terpejam sambil menikmati dinginnya es di kedua pipinya dan juga sesekali menyahuti ucapan temannya.

Bahkan tanpa sadar laki-laki itu tersenyum melihat Sandra saat ini. Gadis yang unik. Itulah pendapat Bima mengenai Sandra.

Sandra membuka matanya setelah dirasa dinginnya es batu telah menjalar pada kedua pipinya. Masih dengan posisi kepala di atas meja, ia bisa melihat seorang laki-laki yang tengah melihat ke arahnya sambil tersenyum dan ia membalas tatapan itu.

Kejadian yang terjadi selama beberapa detik hingga tepukan Anggi pada bahunya membuatnya mengalihkan pandangan.

Sementara di tempat Bima, Aldi kembali menggodanya karena ia melihat Bima sedang memperhatikan Sandra sambil tersenyum.

"Lo liat kaya tadi juga dia gak bakal bisa langsung pindah duduk di samping lo." Bima menoleh pada Aldi karena secara tidak langsung, sahabatnya yang satu ini mengganggu dirinya.

"Biarkan dia berimajinasi Di. Lo sih gak pernah ngerasain jatuh cinta." tawa Dimas dan Bima pecah seketika karena ucapan Dimas.

"Mending gue lah, gak pernah jatuh cinta. Lah elo, sekalinya jatuh cinta langsung kelewatan. Elo jatuh cinta cuma buat koleksi mantan doang kan?" balas Aldi.

Memang diantara mereka bertiga Dimas adalah orang yang paling suka berganti pasangan. Atau bahasa lainnya adalah playboy. Bahkan hingga saat ini ia sudah mempunyai sekitar sembilan mantan pacar. Mulai dari kakak kelas, adik kelas, orang yang baru pertama bertemu, hingga teman sekelas. Namun saat duduk di bangku SMA ini ia belum pernah kembali menjalin hubungan dengan alasan, nanti mantannya semakin banyak dan ia takut jika ia menikah suatu saat nanti banyak mantannya yang datang dan protes serta meminta balikan padanya, seperti pada sinetron begitu.

*****

12 Mei 2019

ABIMANYU✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang