Part 7

158 18 1
                                    

Malam ini terasa sangat dingin karena hujan deras tengah mengguyur Kota Seoul. Sohyung tengah sibuk dimeja kerjanya. Tangannya tengah menekan-nekan tombol keyboard di komputerya.

"Sedikit lagi." Pria itu menatap layar komputernya sambil mengusap peluh didahinya.

Tiba-tiba listriknya padam ketika Sohyung hampir menyelesaikan pekerjaan kantornya.

"Ah ... sial, kenapa harus padam sih. Hampir saja aku menyelesaikannya. Dasar listrik sialan!" Pria itu berdecak sebal sambil mengacak rambutnya frutasi.

Sohyung berjalan meraba-raba benda yang ada disekitarnya. Tangannya sampai digagang pintu, tapi ketika akan membukanya tiba-tiba ia merasakan tangan kecil memegang tangannya dengan kukunya yang tajam. Pria itu langsung menarik tangannya kembali dengan was-was.

"S-siapa itu?"

Hening. Hanya terdengar suara gemuruh petir dan hujan yang semakin derasnya. Pria itu meraba-raba gagang pintu itu lagi dan langsung membukanya.

"Ah, Hyusa pasti lupa membayar listriknya." Sohyung bergumam pelan lalu meraba dinding disekitarnya. Tanpa sengaja tangannya menyentuh cairan berbau amis yang menempel didinding. Ia melihat cairan itu lewat cahaya remang-remang dari sudut rumahnya. Dan, pria itu langsung mengusapkan kembali cairan itu ke dinding karena cairan itu adalah darah segar. Sohyung berlari ke arah tangga dengan tergesa-gesa lantaran syok melihat darah tadi.

Matanya tertuju ke arah dapur, Sohyung melihat sosok gadis kecil membawa sebuah pisau dan boneka ditangannya dengan berlumuran darah. Sohyung mundur kebelakang perlahan tapi sosok itu semakin dekat dengannya. Sohyung terus mundur kebelakang hingga tubuhnya menabrak dinding.

Gadis itu semakin mendekat dengan pisau yang siap menancap badan Sohyung. Pria itu mulai berkeringat dingin.

"A-apa maumu? J-jangan dekati a-aku!" Sohyung melihat wajah pucat gadis itu yang tertutup dengan rambut panjang sudah berdiri dihadapannya. Gadis itu mendongak ke arah Sohyung dengan tatapan dingin.

"K-kau, gadis kecil itu?" Sohyung seperti mengenali sosok gadis kecil didepannya.

"Aku, adalah anak yang pernah kau sia-siakan." Bisik gadis itu lalu tawanya memenuhi ruangan dengan mata melotot tanpa pupil.

"Aku akan membalaskan dendamku." Tawanya semakin melebar dengan mulut yang sangat lebar seperti hantu Sadako.

Pisau itu sudah meleyang ke udara dan siap menancap ke bahu Sohyung.

"J-jangan! AAA ... TOLONG!" Pria itu berteriak. Pisau itu menancap ke bahu Sohyung. Namun, tiba-tiba lampu kembali menyala dan mahluk itu hilang.

"AAA ... JANGAN BUNUH AKU!!!"

"Hei, ini aku istrimu Hyusa. Kenapa kau berteriak, Kau mimpi buruk?" Hyusa membangunkan suaminya yang berteriak-teriak dalam tidurnya. Sohyung terbangun, ia mengatur nafasnya lalu meraba bahunya yang ditancap pisau tdi dalam mimpinya. Ia langsung mengambil segelas air putih yang ada diatas meja komputernya lalu meminumnya.

"Huh ... untung saja hanya mimpi. Jika tidak, astaga entah apa yang akan terjadi." Sohyung mengusap wajahnya lalu melihat komputer didepannya yang masih menyala.

"Kau mimpi apa memangnya? Hingga wajahmu penuh keringat seperti itu." Hyusa mengusap keringat Sohyung di pelipis matanya.

"Aku tadi bermimp-" ucapnya terpotong tatkala melihat Taehyung di pintu kamar orang tuanya dengan wajah bantalnya.

"Eomma, Appa ada apa? Kenapa berisik sekali?" Taehyung menguap sambil mengucek-ngucek matanya yang masib mengantuk.

"Kau terbangun, Nak. Tidak ada apa-apa, Nak appa mu ini tadi bermimpi buruk itu saja. Sekarang kembalilah tidur!" Hyusa menyuruh Taehyung kembali kekamarnya. Lalu Taehyung pun pergi kembali ke kamarnya.

"Sekarang ganti bajumu, lalu tidurlah." Hyusa mendorong Sohyung ke arah kamar mandi.

Sohyung mengganti baju kantornya dengan baju tidur, lalu berbaring disebelah Hyusa yang masih terjaga.

"Kita harus pindah dari rumah ini!" Sohyung melihat langit-langit atap dengan tatapan kosong.

"Kenapa secepat itu, kita saja baru pindah 1 bulan lalu ke rumah ini." Hyusa menghadap ke arah suaminya.

"Ini demi keselamatan Taehyung juga, Hyusa." Sohyung menatap istrinya.

"Tapi kenapa?"

"Nanti jika sudah saatnya, cepat atau lambat kau akan tau semuanya." Sohyung tersenyum miris lalu membelakangi istrinya dan tak lama kemudian ia pun tertidur.

"Aku harus mencari tau masalah ini." Hyusa melirik Sohyung yang tengah terlelap dan tak lama kemudian ia juga tertidur.

8 Desember 2019

Jangan lupa vote😊

Help Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang