pt. 56 : Kembali mencari korban

902 127 30
                                    

"Bella!"

Gadis itu tersenyum manis ketika namanya dipanggil oleh sang Bibi. Bahkan belum sempat dia menyapa, Bibinya sudah memeluknya duluan.

"Hai, Bibi. Maaf, aku baru datang. Tadi habis ke rumah temanku." Alibi gadis itu pada Bibi Choi setelah melepas pelukan mereka.

Bibi Choi memanggut-manggut. "Ah iya, kau kapan kelulusannya?"

Bella mengulum bibirnya, "Masih dua bulan lagi, Bi."

"Hm, sebentar lagi sih." Ucap Bibi Choi. "Kalau begitu, Bibi disini saja kali ya? Tanggung jika bolak-balik dari London ke sini."

Bella membelalakkan matanya, "Eh, tidak usah!" Tangan gadis itu melambai panik. "Bibi pulang saja. Kan ada Lira juga. Dia juga harus ditemani Bibi kan?"

Bibi Choi menghela nafas, "Iya sih. Tapi kan... Bagaimana denganmu? Apa kau tidak butuh wali untuk acara kelulusan nanti?"

Bella diam, mengulum bibirnya. Benar juga sih. Tapi dia juga tidak boleh egois. Sebagaimana pun, Lira adalah anak kandung Bibi Choi.

Bella tersenyum menghela, "Tapi Lira tetap anak Bibi."

***

Taehyun boring.

Taehyun bete.

Taehyun bosan.

Pokoknya laki-laki itu sedang tidak ada mood apa-apa. Hanya diam di sofa dengan dagunya bertumpu pada tangan. Bibirnya maju ke depan. Alisnya berkerut kesal.

Laki-laki itu kemudian berdecak, "Sialan!" Gerutunya kesal.

Bosan sekali ia ditinggal oleh gadisnya. Kenapa sih, keluarganya selalu jadi penghalang mereka untuk terus berdua.

Menyebalkan.

Taehyun mendengus, "Pisauku dimana sih,"

Laki-laki itu kemudian berdiri untuk mencari pisau kesayangannya dikamar.

Ini mungkin waktunya untuk dia mencari korban lagi. Sudah lama sekali dia tidak bermain.

Taehyun tersenyum miring ketika ia sudah menemukan pisau kesayangannya. Ia pun menatap pisau itu penuh arti.

"Selamat datang kembali, dunia psikopatku," Ucapnya yang langsung beranjak pergi dari rumah untuk mencari korban.

***

"Jiwoo! Jangan kemana-mana!"

Teriakan dari sang Ibu tak didengarnya. Laki-laki cilik itu malah berlari kehalaman belakang rumah yang langsung menyambung dengan jalan raya sempit. Seperti yang ada dikompel-komplek rumah.

Dia berlari menghindari Ibunya yang sedang memegangi sepiring nasi putih beserta lauk pauknya. Sudah jelas bahwa anak itu tidak mau makan.

Jiwoo berhenti berlari. Anak itu kini berjalan santai saja sambil menikmati semilir angin yang sedang menyapanya.

Sampai tidak sadar kalau ia menubruk tubuh seseorang.

"Eh! Maaf, maaf. Aku tidak sengaja." Ucap Jiwoo meminta maaf.

Orang yang ditabraknya tersenyum maklum, "Tidak apa-apa. Kau sedang apa? Kenapa pergi sendirian?"

"Aku kabur dari Ibuku. Tadi siang padahal aku sudah makan. Tapi sore ini Ibuku malah menyuruhku makan lagi. Memangnya perutku, perut karet apa, bisa diisi seenaknya," Jawab Jiwoo memerotes.

Orang itu diam-diam tersenyum miring. Tapi kemudian senyumnya diubah menjadi senyum lembut.

"Oh, begitu. Ah iya, perkenalkan namaku Kang Taehyun. Namamu siapa, anak kecil?" Tanya orang itu yang ternyata adalah Taehyun.

"Namaku Jiwoo, Kak." Jawab Jiwoo.

"Hmm, nama yang bagus." Puji Taehyun. "Apa boleh aku menemanimu?"

Jiwoo diam sebentar sambil mengulum bibirnya. "Maaf, tapi kata Ibuku, jangan bicara pada orang asing."

Taehyun menaikkan sebelah alisnya, "Kan kita sudah berkenalan, jadi aku bukan orang asing lagi."

"Tapi tetap saja aku tidak tau asal-usul Kakak darimana," Sahut Jiwoo.

Dalam hati Taehyun merasa geram. Sebenarnya juga, dia tidak suka dengan anak kecil. Tapi demi menghilangkan kebosanannya, ia akan rela melakukan apapun demi untuk 'bermain' kembali.

Dan anak ini satu-satunya korban yang tak sengaja Taehyun temui.

"Tapi kurasa, tidak semua orang asing adalah orang yang jahat," Ucap Taehyun.

"Ya juga sih, kau benar. Belum lama ini, aku pernah bertemu dengan orang asing. Bahkan saat aku bertemu dengannya dia sudah menangis." Ucap Jiwoo menceritakan.

"Oh ya?" Taehyun menaikan sebelah alisnya.

Jiwoo mengangguk, "Dia seorang perempuan. Seumuran denganmu aku rasa. Dia baik. Dan dia... Seperti terlihat sedang frustasi."

Taehyun mengerjap. Dia seperti mendapat suatu firasat.

Seorang perempuan yang seumuran dengannya. Kenapa sepertinya Taehyun merasa, perempuan itu adalah orang yang ia kenal.

"Kau tau? Dia bahkan curhat tentang masalahnya padaku." Ucap Jiwoo tersenyum bangga.

Taehyun hanya merespon senyuman tipis. "Siapa namanya?"

"Namanya adalah..." Sebuah kerlingan jahil menampakkan diwajahnya Jiwoo. "Kakak Cengeng!"

Taehyun tercengang mendengarnya. Apa katanya tadi? Kakak cengeng? Yaampun, anak kecil ada-ada saja.

"Kakak cengeng?" Tanya Taehyun.

Jiwoo mengangguk cepat, "Iya, kan pertama kali bertemu ketika dia sedang menangis. Jadi aku memanggilnya Kakak cengeng."

Taehyun memanggut-manggut. "Yasudah, kau mau ikut denganku tidak?"

"Kemana?"

Taehyun smirk dalam diam. "Ke suatu tempat. Nanti disana kau boleh mengambil permen dan es krim sepuasmu. Dan kita juga akan bermain. Mau kan?"

Jiwoo berbinar ketika mendengar kata es krim. "Ada es krim?"

Taehyun mengangguk.

"Mau!"

Taehyun tersenyum, "Baiklah, ayo kita pergi,"

"Ayo,"

Taehyun pun mengajak Jiwoo si anak kecil berumur sepuluh tahun yang tidak tahu apa-apa itu ke sebuah tempat, dimana tempat itu adalah tempat yang sangat sepi.

Rawan orang melewati tempat itu.

Maaf ya, anak kecil. Aku harus membawamu pergi ke akhirat sekarang. Hidupmu hanya sampai diumur yang sekarang. Ucapkan selamat datang pada neraka, wahai anak kecil.

************************************

Yeeeeee! Aku kembali! Aku sudah bebas dari ulangan!

Tapi masih deg-degan sama nilainya nanti:(

Udahlah pasrahin aja... Doain ya? ^_^

Eh, itu si teyun mau apain Jiwoo ya? Kalo Bella marah gimana tah?

Pasrahkan semua pada takdir Tuhan dan Author:v - KTH

Yaudah, ramein yuk!

Selamat membaca ya:)
Happy Reading ❤

Sorry for typo:)

Salam manis,
AFR❤

S(He) is Psycopath - Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang