Setelah menyelesaikan kegiatan di kamar mandi, mereka sama-sama saling terdiam. Albi memakaikan bathrobe pada tubuh Ara, lalu menggendong tubuh Ara keluar dari kamar mandi. Raut wajah Albi masih begitu dingin menatap lekat pada Ara yang tertunduk ketakutan. Hingga tubuhnya diturunkan diatas ranjang.
"Buka handukmu." Kalimat Albi itu berhasil membuat tubuh ara menegang kembali.
"Tuan.. Jangan lagi. Ini masih terasa sakit." Jawab ara sambil mendongak menatap Albi dengan wajah yang Albi yakin beberapa detik lagi akan berubah merah dan menangis.
Tanpa mau repot menjelaskan tujuannya, albi lalu pergi menuju nakas dan kembali dengan membawa sebuah salep pereda rasa nyeri.
Melihat Ara belum juga membuka bathrobenya, Albi langsung menyingkap bathrobe Ara hingga terlihat pusat inti Ara.
"Tu.. Tuan, jangan..hiks.."
"Diam Ara. Buka lebar pahamu."
Ara menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda penolakan. Albi yang melihat itu berdecak dan tangannya memaksa membuka paha ara semakin lebar. Albi menelan salivanya kasar melihat pusat inti Ara yang merah. Sangat menggoda dan ingin sekali memasuki lembah candunya itu. Namun sebisanya ia harus menahan hasratnya.
"Tuan..hiks..hiks.."
Mendengar Ara terisak Albi kembali berdecak.
"Ssstt..Diamlah, aku hanya ingin mengobatinya dengan salep ini." ucap Albi sambil memperlihatkan salep itu.
"Ja..jadi..hiks..tuan tidak akan melakukannya lagi kan? hiks.."ucap Ara yang merasa lega. Ara mengusap air matanya yang sudah mengalir di pipinya.
"Terima kasih tuan, tapi biarkan saya saja." Ara mengulurkan tangan kanannya ingin mengambil salep itu. namun tangannya di tepis albi.
"Ara, jadilah wanitaku yang penurut. Maka kamu tidak akan merasakan sakit. Aku akan bersikap lembut padamu. Tapi, jika kamu tidak penurut, akan ku kurung kamu. Kamu tidak akan bisa keluar Ara." Setelah mengultimatum Ara dengan kalimat yang begitu halus namun menyeramkan itu, Albi mulai mengoleskan salep itu pada area labia minora Ara. Sedangkan Ara yang berubah kaku dan gemetar hanya dengan mendengar kalimat halus namun penuh ancaman mengerikan tuannya itu, hanya bisa pasrah dan menurut.
Malang sekali nasib gadis yatim piatu seperti dirinya. Begitu mudahnya disakiti, begitu mudahnya diancam dan begitu mudahnya diklaim sebagai milik seseorang. Dia manusia, bukan barang. Tidak seharusnya mendapatkan perlakuan bejat seperti ini. Hidupnya begitu mudah dihancurkan dan dilecehkan.
Ara ketakutan, Ara ingin pergi dan lari. Namun, Apakah bisa? Ya, tentu bisa. Dengan usaha yang sungguh-sungguh pasti bisa. Ara ingin mencoba bila tiba waktu yang tepat. Ara akan pergi dan lari bahkan menjauh sejauh-jauhnya dari tempat ini, tempat yang awalnya dia kira seperti surga namun nyatanya dia bertemu iblis perenggut kesuciannya. Jadi tempat ini adalah neraka bagi Ara. Ara harus bisa keluar bagaimanapun caranya.
Dan untuk saat ini, Ara akan menjadi penurut bahkan akan mengiyakan jika dirinya dijadikan pelacur dan budak tuannya. Itulah satu-satunya cara. Ara adalah gadis pintar. Tau bagaimana hukum di negeri ini. Tau bagaimana akibatnya jika dia bersikap gegabah dan melaporkan pada pihak berwajib. Dia pasti gagal dan bahkan bisa-bisa dialah nantinya yang akan dihukum. Begitulah hukum dipermainkan oleh oknum penegak hukum, dengan uang dan jabatan yang kamu punya yang awalnya kamu adalah tersangka, dalam waktu singkat kamu berubah menjadi korban, dan begitu juga sebaliknya.
"Sudah selesai.. Bagaimana? Rasanya sudah mendingan?." Suara parau Albi membuat Ara kembali fokus.
"Iya tuan.. sudah mendingan." Ucap Ara seraya menyunggingkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella
RomanceWARNING!!!!!!!! 21+ area!!!! Karena mengandung adegan ranjang, kekerasan dan kata-kata vulgar. Arabella (19 thn), Gadis desa yang mempunyai paras jelita, Hidup sebatangkara tanpa orang tua tanpa keluarga, dia besar dipanti asuhan lalu setelah lulus...