Green Savana
( by Dhiyah Yuliani)Aku tahu, Shasy pasti menelfonku dengan gemetar. Ya aku paham, karena dia melakukan kesalahan yang sangat besar. Green Savana, penginapan di Jogja yang dia kelola itu di ambang kebangkrutan. Dan yang bikin jengkel, dia terlibat hutang pada Okta. Huaa, rasanya aku pengen nangis berguling dengar kenyataan itu. Tapi mau nggak mau aku harus sok tabah untuk menyelesaikan masalah ini. Bersama si mungil Chika, anakku, aku langsung terbang ke Jogja. Sebelumnya kutelfon asistenku untuk mengurus urusan perusahaan dalam beberapa hari, karena sepertinya aku akan libur lama.
Tak perlu kuceritakan bagaimana aku mengomel pada Shasy setibanya aku di Jogja. Toh dia cuma cengengesan menghadapinya. Green Savana tak terlalu bangkrut memang, hanya saja mengalami penurunan pendapatan yang drastis. Dan yang menjengkelkan adalah hutangnya pada Okta. Hutangnya sangat besar dan hampir jatuh tempo. Shasy bilang kalau hutang itu tak segera dilunasi Okta akan segera membawanya ke kantor polisi.
Setelah puas mengomeli Shasy, aku bergegas menemui Okta di kantornya. Tak kupungkiri jantungku berdegup keras saat melangkah ke ruangan Okta. Seperti apa dia sekarang? Bagaimana reaksinya bertemu denganku? Dan ... bagaimana perasaannya saat bertemu denganku? Ah, tapi lupakan saja pertanyaan terakhir itu.
Kuketuk pintu ruangannya.
"Masuk," terdengar suara Okta yang tak berubah dari dulu.
Kulihat seorang laki-laki yang sedang sibuk dengan laptop di meja kerjanya. Ah, dia masih saja seperti dulu, hanya kelihatan lebih dewasa. Tak lama kemudian laki-laki jangkung bernama Okta itu menoleh dan tersenyum. "Hai Naya, apa kabar?" katanya ramah sambil menjabat tanganku. Tak kusangka dia akan sesantai itu. Tapi entah kenapa aku tetap jengkel padanya, sepertinya aku belum bisa melupakan kenanganku dengannya, atau hutang Shasy padanya, ah entahlah. Ya tapi aku harus tetap menahan amarahku.
"Silahkan duduk Nay, " katanya. "Ngomong-ngomong kamu masih cantik juga ya," selorohnya nakal, membuat mataku sedikit melotot padanya.
"Jangan main-main Okta, saat ini aku seorang ibu dari gadis kecil berumur lima tahun," kujawab kata-kata Okta dengan serius.
"Aku tahu," jawabnya cengengesan."Cukup bercandanya Okta, aku kesini untuk membicarakan masalah Shasy," kataku serius.
Okta cuma tersenyum. Kemudian dia memberikan kartu nama padaku. "Kali ini aku sedang sibuk, Nay. Ini kartu namaku. Kita bisa membicarakannya lain kali dalam suasana yang lebih santai," katanya.
"Tapi Ta ...."
"Kamu ada kartu nama?"
Dengan terpaksa aku mengambil kartu nama dan kuberikan padanya.
***
Malam hari setelah itu Okta menelfon untuk menjemputku. Dia mengajakku ke sebuah cafe yang berlokasi di tepi pantai untuk membicarakan masalah Shasy. Aku menolak dijemput, dan memilih untuk pergi sendiri menemuinya.
Lagi-lagi ia menyambutku dengan santai.
"Shasy terlalu ceroboh," katanya membuka percakapan. "Tampaknya dia nggak pernah membuat inovasi dan melakukan promosi jitu untuk bisnisnya. Sementara pesaing terus bertambah. Hal itu yang membuat bisnisnya lemah. Di lain sisi, Shasy sulit menghilangkan kebiasaan foya-foyanya. Bisa jadi itu yang membuat dia terlilit dengan banyak hutang."
"Shasy bilang hutangnya hanya padamu saja, tapi itu sangat besar. Kenapa juga kamu ijinkan dia hutang padamu," kataku sedikit bersungut.
"Hahaha, kalau hutangnya pada orang lain, justru bebanmu makin berat," kata Okta dengan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Savana
RomanceSelama beberapa hari Naya harus meninggalkan perusahaan yang ia kelola untuk menyelamatkan Green Savana yang ada di ambang kebangkrutan. Green Savana adalah penginapan keluarga yang dikelola adiknya. Siapa sangka dalam usahanya itu Naya malah dipert...