Lelah yang tidak bisa ditahan membuat Jihoon tertidur segera setelah ia sampai di rumah dan membersihkan diri.
Ia tidak tahu kapan Daniel pulang, meski sebelumnya sempat mengabari bahwa dirinya akan langsung tidur dan tidak menunggu seperti beberapa hari sebelumnya.
Mungkin sudah sedikit lewat tengah malam ketika Jihoon terbangun lagi karena merasakan sentuhan di tangannya.
Matanya terbuka perlahan dan melihat Daniel sudah berbaring di sampingnya. Awalnya terlihat buram karena kantuk, tapi setelah beberapa kerjap Jihoon dengan jelas melihat raut wajah pria itu di bawah lampu temaram kamar mereka.
Sapaan yang sudah di ujung lidah ia telan kembali segera setelah menyadari sekosong apa mata yang mengarah pada langit-langit itu, meski tangannya menggenggam tangan Jihoon di atas perutnya dan mengusapnya perlahan dengan ibu jari.
"... hyung." panggilnya setelah tahu harus menggunakan nada seperti apa.
Suaminya menoleh dengan cepat, "Oh, hey. Aku membangunkanmu, ya?"
Jihoon bergumam meng-iya-kan, tapi setelah itu menambahkan, "Tidak apa-apa."
"Tidak apa-apa?" Daniel mengulangi tanpa melepas lagi tatapannya dari mata Jihoon, dan Jihoon mengangguk.
Lama mereka hanya saling memandang tanpa bersuara. Jihoon balas menggenggam tangan pria itu dan menarik napas perlahan.
"Di luar pasti dingin sekali." katanya pelan.
"Hm."
"Seharusnya aku menunggumu tidak peduli selelah apapun."
"Tidak apa-apa."
Lalu hening lagi.
"Apa yang sedang kaupikirkan?" tanya Jihoon nyaris seperti gumaman.
"Ini dan itu."
"Tidak mau membaginya denganku?"
Sekali lagi hening.
"Jihoon-ah, salju sudah turun."
Itu tidak terdengar seperti jawaban, namun Jihoon tetap mendengarkan penuh perhatian dan mengangguk dengan senyum simpul di bibirnya, "Iya. Karena itu, besok akan jauuuh lebih dingin dari sebelumnya. Tapi hyung hanya perlu beberapa lapis pakaian dan long padding serta syal yang tebal, maka kau akan baik-baik saja."
"Hm."
"Tidurlah, hyung."
"Aku sedang mencoba."
Jihoon menelan ludah dan menatap genggaman tangan mereka, "Boleh aku pergi sebentar? Aku akan membuat minuman hangat untukmu supaya kau bisa tidur."
Daniel terlihat ragu-ragu, tapi akhirnya ia mengangguk dan melepas tangan Jihoon yang dengan cepat menghilang dari kamar.
Begitu kembali dengan secangkir susu hangat, Jihoon melihat Daniel sudah duduk di pinggir ranjang menunggunya.
Jihoon berlutut di depan Daniel dan menyerahkan cangkir itu, juga menuntun tangan Daniel yang lain agar menangkup permukaan di sisi sebelahnya, "Hangat, ya?"
Daniel mengangguk dan tersenyum kecil, "Terima kasih."
Jihoon mengecup bibir suaminya sekilas dan bergumam tanpa beranjak dari posisinya, "Minumlah."
"Kau tidak buat untukmu sendiri?"
"Tidak, aku tidak perlu. Hyung saja."
Daniel tidak mengatakan apa-apa lagi dan mulai meneguk susunya sedikit demi sedikit. Jihoon tetap di sana, memperhatikannya dengan seksama.
"Aku terlihat kacau, ya?" tiba-tiba Daniel bertanya setelah isi cangkirnya tandas.
Jihoon mengambil alih cangkir kosong itu, lalu meletakkannya di meja samping ranjang, "Memangnya kenapa? Hanya ada suamimu di sini, kau bisa menunjukkan semuanya padaku." balasnya sambil kembali menggenggam kedua tangan Daniel dan menggosok keduanya agar tetap hangat.
"Sekacau apapun, hyung masih terlihat tampan di mataku." ia menambahkan setengah menggoda, membuat Daniel mendengus geli lalu menghela napas berat setelahnya.
"Ayo berbaring lagi, aku akan memelukmu sampai kau tertidur."
Daniel menurut. Setengah menit kemudian ia sudah merapatkan hidungnya di ceruk leher Jihoon dan mendekap pinggang pria itu rapat dengannya.
Hangat, dan nyaman.
Tapi kantuknya tetap tidak datang.
Jihoon mengusap belakang kepala Daniel, sesekali menciumi puncak kepala pria itu sambil menggumamkan 'kau sudah bekerja keras, aku bangga padamu'.
Selain itu, tidak ada lagi yang ia ucapkan. Tapi melalui pelukan panjang ini Jihoon berharap Daniel mengerti apa yang ingin ia sampaikan.
'Tidurlah, aku akan menjagamu dari berbagai macam mimpi buruk karena kau pantas mendapat sedikit istirahat.'
'Tidurlah, kau akan baik-baik saja, ada aku di sini yang tidak akan mengizinkan kegelapan itu membuatmu merasa sendiri.'
'Meskipun malam ini sangat dingin, aku berjanji matahari besok akan sangat indah.'
'Musim dingin akan berlalu, Hyung, dan kau akan baik-baik saja.'
'Memang menakutkan, tapi kita akan menghadapi semuanya bersama, bukan? Akan ada saatnya kita selalu bahagia, bukan?'
'Hirup napas dalam-dalam sebanyak yang kau butuhkan, dan kita akan mulai melangkah lagi kapanpun kau siap, ya?'
'Aku mencintaimu, dan cintaku akan selalu cukup untuk terus menjagamu. Jangan pernah menganggap itu hutang karena kau bahkan sangat pantas menerima sebanyak cinta yang ada di semesta.'
'Tidurlah, Hyung. Besok akan jauh lebih baik.'
'Aku selalu di sini.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanfictionDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...