Tentang Ikhlas

60 6 0
                                    

Malam itu Tiap ponsel berdering dan bergetar bersahut-sahutan di rumah masing-masing, tanda notifikasi Ihsan membuat sebuah group percakapan.

"Assalamu'alaikum... Seperti pembicaraan kemarin, dan kalau Insyaa Allah jodoh... kita bisa jadi panitia pernikahan Abi dan Tantenya Hani.

Btw... Saya udah bilangsama Abi dan katanya Abi mau coba Ta'aruf"

Pesan itu tidak lama menjadi checklist dua biru, yang artinya setiap anggota group itu telah membaca pesan Ihsan.

"Wa'alaikumussalam... semoga ya San, biar lu punya adik lagi... hahahaha" -Rafi-

"Wa'alaikumussalam... Wiih... iya bener, Nanti aku siap bantu dekor tempat deeh" -Isyfa-

"Wa'alaikumussalam... San, nanti aku tanya tante Sari lagi yaaa, kemarin aku udah ngomong sih, katanya minta waktu buat kasih jawaban mau ta'aruf atau enggaknya... mudah-mudahan mau yaa..." -Hani-

"Aamiin" semua penghuni group itu meng-Aamiin-kan

Siang hari berikutnya Hani mengabari di WA group.

"Assalamu'alaikum...

San... Tanteku katanya mau coba Ta'aruf dulu sama Ayahmu dan kamu, besok malam di rumahku ya..."

Kabar itu membuat semua bahagia, dan mendoakan yang terbaik serta kelancaran proses itu. Ihsan langsung mengabari Abi dan mempersiapkan untuk ta'aruf nanti.

***

Malam yang cerah namun sayang langit tak berbintang dan rembulan mengangkasa tanpa teman. Namun ia menyiratkan senyum cerah lewat bentuk sabitnya.

"Assalamu'alaikum..." Ucap Ihsan setelah menekan tombol bell rumah Hani.

"Wa'alaikumussalam.. tunggu sebentar" jawab sebuah suara seorang wanita dari dalam rumah.

Entah mengapa setelah melihat siapa yg membuka pintu itu tiba-tiba Ihsan dan abi menunduk. Pintu rumah itu dibuka oleh seorang wanita anggun nan jelita meski hampir memasuki usia 40 tahun. Ya pintu itu langsung dibuka oleh tante Sari yang saat itu tengah menggunakan gamis anggun berwarna marun.

"Silahkan masuk dan duduk dulu, saya tinggal sebentar ya"

Tante sari masuk sebentar untuk minta ditemani oleh ibunya Hani. Kemudian keluar kembali ke ruang tamu bersama Ibunya Hani dan Hani yang membawa minum untuk semua orang.

"Ini ya temennya Hani?" Tanya Ibunya Hani

"Iya Bu... Dan ini... Ayah saya" jawab Ihsan dengan senyumnya.

"Iya, Saya Ahmad.. ayahnya Ihsan... Kita tinggal deket sini, di komplek sini... Rumah kita deket Masjid... Karena saya agak sibuk yaa kita jarang keliatan memang" Abi mulai membuka suara.

"Hmmm... Begitu... Iya..."

Pembicaraan berlanjut dan saling menjelaskan latar belakang masing-masing hingga kejadian bagaimana Abi dan ibunya Ihsan berpisah.

Setelah Ta'aruf selesai malam itu masing-masing dari mereka berunding.

***

"Gimana Bi, menurut abi?" Tanya Ihsan sambil menyiapkan cemilan untuk mereka ngobrol sejenak.

"Abi sih cocok, apalagi latar belakangnya di pendidikan dan prestasinya... Kalo dari fisik... Lumayan... Adem dipandang, kalo abang gimana?"

"Abang cocok Bi, keliatan sih keibuannya dan memang sudah matang juga karena memang faktor usia yang sudah matang"

"Betul bang... Yaaa tinggal kita tunggu kabar selanjutnya ya... Mudah-mudahan keluarganya mau nerima kita. Soalnya kalo kaya gini kasusnya... Suka ada bentrok di keluarganya kaya Ibunya".

"Iya Bi... Semoga ya Bi."

***

"Kamu gimana Sar? Cocok gak?"

"Aku sih kagum sama mereka... Dalam kondisi begitu, Ihsan bisa begitu kuat, tangguh, tetap berprestasi dan gak terpengaruh keadaan sedikitpun. Mungkin awalnya terpengaruh, tapi setelah itu dia bisa keluar dari kondisi terpuruknya... Itu hebat. Dan yang jelas, jiwa seperti itu tidak akan terbentuk begitu saja tanpa figur ayah yang bisa mengajarkan dan menguatkannya."

"Jadi... Kesimpulannya?..."

"Aku cocok, aku mau jadi bagian dari mereka" jawab tante Sari Dengan senyumnya.

"Yaudah nanti tinggal kamu telpon Mama... Keputusan Finial kan di Mama"

"Iya Mba... Semoga ya lancar semua."

***

Masih dalam sedikit gelisah Ihsan dan abi menunggu kabar, memang mereka sudah menyerahkan semua pada Allah, namun bila ada sedikit khawatir... Ya manusiawi.

Siang itu Ihsan tengah mengendarai tunggangannya menuju rumah Rafi sampai tiba-tiba ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Ternyata Hani menelponnya, Ihsan pun menepi dan mengangkat telponnya.

"Assalamu'alaikum... Gimana Han? Tantemu ok?"

"Wa'alaikumussalam... San... Gimana ya... Sebetulnya tanteku ok... Cumaaan"

Hani terhenti, membuat Ihsan penasaran.

"Cuman apa Han?..." Ihsan agak mendesak

"Nenek aku San... Nenek aku kaya gak setuju gitu tante Sari nikah sama Duda... Aku, mamah dan tante Sari sudah coba jelasin kalian gimana tapi... Yaa gitu deh... Aku gak enak banget deh sama kalian"

"Yasudah... Insyaa Allah ada yang terbaik untuk Tante Sari... Atau untuk abi... Setidaknya kita sudah ikhtiar dan bilang terima kasaih sama tante sari sudah ngasih kita kesempatan untuk ta'aruf"

"Iya San... Maaf banget yaa"

"Yaudah, saya lagi di jalan, di kendaraan... Mau lanjut jalan dulu yaaa...

Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam... Hati-hati San"

Ada sedikit sedih dan kecewa, saat Ihsan mendengar kabar itu. Saat ada yang cocok tapi ada saja kendalanya... Tapi itulah gelombang kehidupan, mereka harus bersabar.... Namun yang jadi pikirannya, waktu liburannya terbatas, mau sampai kapan iya meninggalkan ayahnya tanpa teman hidup?

Ihsan mengajak Rafi ke tempat biasa mereka nongkrong dan disana mereka berbincang-bincang menghilangkan kesedihan Ihsan. Seperti biasa ia tuliskan sebait puisi..

"Wahai Penguasa Hati
Definisikan aku keikhlasan
Agar aku tau makna bersabar

Wahai Penguasa Hati
Jangan teoramakan aku kebencian
Agar aku mengenal fungsi memaafkan"

-Ihsan-

Ponsel Ihsan berdering tanda pesan WA masuk, begitu dilihatnya... tertulis nama Isyfa, gadis itu chat secara personal setelah mendapat kabar itu dari Hani.

"Assalamu'alaikum...

Ihsan... Hmmmm... Kamu sabar ya... aku tau kamu bingung, tapi aku yakin akan ada keajaiban atau Allah memang akan beri yang terbaik untuk kalian. Maaf, aku gak tau kata-kata penghibur seperti apa untuk menghibur kamu saat ini... tapi... terus semangat yaaa....

Oiya... Maaf San... Kakaku lagi liburan dari kuliahnya di Jepang, kemarin gak sengaja baca... emmm pokoknya gak penting sih itu, tapi yang jelas dia pengen ngobrol sama kamu, karena aku ceritain kamu yang jenius hehehehe... maaf kalau aku berlebihan."

Agak tersentak... Ihsan tak menjawab pesan itu karena kaget membaca Kakaknya Isyfa ingin bertemu. Perasaan gulananya terobati, namun ada bingung yang lain... "Ada apa kakaknya Isyfa ingin bertemu?."

***

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang