Perjumpaan 2 Genius

64 6 0
                                    

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh...
Hai semua, Alhamdulillah... Kabar baik, kita diterima dan acara pernikahan Abi dan tante Sari 2 Minggu lagi!!!...
Mohon bantuan yaa teman-teman..."
Ketik Ihsan pada group WA dengan sahabatnya.

"Wa'alaikumussalam...
Wah mantap nih, apa yang bisa gua bantu nih San ?, kayanya waktu persiapan gak lama nih...."
Rafi paling dulu menanggapi.

"Lu bisa bantu bikin desain undangan? Semi resmi... Buat beberapa orang aja soalnya... Sisanya, paling kita undang pake video invitation... Gimana?" -Ihsan-
"Bisa laah... Keren sih itu... Ok lah gua bantu" -Rafi-

"Wa'alaikumussalam...
Alhamdulillah... Selamat yaaa... Aku nanti bantunya koordinasi sama Hani aja yaa... Aku bantu di Tante Sari" -Isyfa-

"Wa'alaikumussalam...
Alhamdulillah... Ciieee... Ihsan mau punya Ummi nih... Semoga cocok sama Tante sari yaa.. dia keibuan ko, kamu kalo curhat sama dia nanti enak... Heheheh" -Hani-

"Iyaa... Thak's semua yaaa atas ucapan selamat dan atas kebersediaan kalian semua buat bantu saya.... Terima Kasih banyak sebelumnya.
Kalian memang sahabat sejati deh, sahabat terbaik" -Ihsan-

Setalah percakapan itu, semua saling berkoordinasi, saling bahu membahu... Betul-betul 2 Minggu yang sibuk, apalagi sepekan terakhir. Menyebar undangan untuk tamu-tamu penting, mencari tempat pernikahan, mencari catering dan persiapan lainnya. Hingga tibalah hari bahagia itu... Hari dimana akhirnya Ihsan betul-betul kembali merasakan hangatnya keluarga, Hari kebahagiaan Abi dan Ummi nya, tak ada istilah Ummi baru, ia sangat menghargai seseorang yang mau menjadi Istri bagi Abinya dan mau menjadi Ibunya, maka ia memperlakukannya benar-benar seperti ibunya.

Pernikahan itu diadakan dengan konsep "Outdoor Party" jadi acara tidak berlangsung lama, dan memang tidak terlalu banyak tamu undangan saat itu, hanya orang-orang terdekat dan kerabat terdekat abi, kalau dari Umminya lumayan banyak, mengingat.... Umminya yang baru menikah, pernikahan pertama dan terakhir Umminya.

***

"Ihsan kenalin... Ini Ka Arifin, Kaka Aku" Isyfa menghampiri Ihsan bersama kakaknya saat Ihsan sedang sendiri, menikmati Es krim dan memandang kebahagiaan Abi dan Umminya dari jauh.

"Haah..i...ii..iyaa... Kenapa?" Jawab Ihsan kaget, canggung dan setengah bingung.

"Kamu kenapa?... Biasa aja... Hehehe... Santai ajaa..." Ucapk Ka Arifin bersahabat.

"Iya Ka.. Hmmm... Ada apa ya?..." Ihsan masih mengatur hatinya, berusaha agar lebih tenang namun seperti biasa, ia tak pandai basa-basi.

"Kamu ngingetin sama saya yang dulu... Hehehhe... Gak bisa basa-basi, tapi suatu saat kamu harus terbiasa dan belajar untuk itu Karena itu penting... Hehehe. Oiya, ngomong-ngomong, terima kasih yaa udah jagain adik saya yang manja ini selama kamu di sekolah sebelum kuliah" Ka Arifin sedikit melirik menggoda Isyfa.

"Iiihh... Apasih Kah? Udha ah aku mau ke Hani, kalian ngobrol aja deh berdua... Tapi awas aja kalo ngomongin aku" Ucap Isyfa sambil mencubit gemas bahu kakanya. Mungkin saat ini pipinya yang kemerah-merahan semakin memerah.
Setelah Isyfa pergi menemui Hani, Kak Arifin berbincang hangat dengan Ihsan, dua orang genius itu cocok, sudah seperti adik kaka sekarang mereka. Ihsan menceritakan project lombanya dan lain sebagainya, membuat Kak Arifin semakin terkesima dan akhirnya terjadilah percakapan serius yang seru!.

"Kamu mau memperdalam Teknologi di bidang Energi Ihsan?" Gaya dan arah bicara Kak Arifin semakin serius.

"Sangat mau Kak! Saya ingin bisa menyelamatkan desa tertinggal bahkan terpencil di Negeri ini!" Jawab Ihsan bersemangat dan kali ini matanya menyala berbeda, membuat Pemuda yang dihadapannya semakin bersemangat juga.

"Gini, kalau masuk Semester 4 nanti kamu saya tarik untuk ikut penelitian tentang Energi di luar Negeri... Kamu siap?!"

"Saya gak peduli berapa lama saya akan lulus, karena apapun itu, selama itu Ilmu dan pengalaman yang dapat membangun saya... Saya akan jalani!"

"Hebat!!!.. Bagus!!!... Kamu memang benar-benar seperti saya yang dulu... Jujur, saya sendiri dulu belajar dintempat kamu belajar sekarang, kemudian saya ikut sebuah penelitian... Saya kira saya akan lama lulus karena itu, tapi ternyata penelitian-penelitian itu membawa saya kuliah lebih cepat, nyaris semua Dosen teknik kenal saya akhirnya, karena awalnya saya sering konsultasi ke semua dosen Teknik. Ok intinya kamu belajar dan jalani dulu bebera praktikum ke depan yang menunjang untuk penelitian yang akan kamu lakukan nanti." Ucap dan ajak Kak Arifin dengan keyakinan.

"Ok Kak... Terima Kasih banyak... Saya sangat senang dan berayukur bisa kenal kakak. Oiya... Boleh... Saya anggap Kak Arifin seperti kakak saya sendiri?" Saking senangnya Ihsan, Ihsan spontan bertanya itu.

"Kamu ini... Gak usah izin yang kaya gitu... Gak sekalian nanya, boleh kaka jadi kaka ipar saya?... Heheheh" Ka Arifin menggoda Ihsan yang tau kalau anak itu sebetulnya menyukai adiknya, begitu pula dengan adiknya.

"Ehhh... Hehehehhe... Kalau itu nanti Kak... Saya masih ingin berkarya dulu..." Wajah Ihsan agak merah padam.

"San... Berkarya sama urusan hati bisa berjalan bersamaan ko... Kaka yakin, bahkan kamu bisa berkarya lebih baik dan lebih semangat kalau sudah... Yaa kamu tau lah efeknya, lihat aja nanti ayah kamu... Hehehe"

"Nanti yah Kak, saya bukannya gak mau menyegerakan atau menunda... Sebetulnya saya sendiri sedang proses membuktikan kalau saya pantas, saya mau mulai gak dibiayai abi untuk kuliah, saya mau mulai kejar beasiswa dan sambil kerja... Mungkin berat, tapi ini cara saya untuk membuktikan kalau saya pantas buat adik Kaka itu"

"Kaka Bangga sama Kamu San, Kaka percaya kalau ayah kaka gak akan nolak pemuda luar biasa kaya kamu. Yaaa, kamu boleh jalani dulu apa yang jadi rencanamu itu, sampai kita bisa jalan penelitian bareng.

Setelah itu... Kamu akan kaka temuin sama Ayah, kamu harus jadi adik Ipar Kaka... Hahahaha, biar Kaka ada temen "ngoprek", hehehe..."

"Ok Ka... Makasih banyak, seneng banget bisa ketemu Kaka!"

"Iyaa sama-sama, Kaka juga seneng ketemu kamu, seneng juga adik Kaka ternyata dekat sama orang kaya kamu... Hehehe, oiya bentar yaa Kaka mau ke Isyfa dulu"

Percakapan seru itu selesai dan melihat Ihsan sudah sendiri, Rafi menghampiri.
"Ciiieeee... Habis ngobrol sama calon abang ipar... Hahahahaha... Gimana? Kapan jadi mau ke Rumah Isyfa?... Hahahahaa" goda Rafi sejadi-jadinya.

"Amapas... Kebiasaan lu... Itu ntar, yang pasti ada banyak hal yang perlu gua lakuin dulu di kampus, setelah itu baru daah" jawab Ihsan.

"Ok, eh gua mau nanya dong sama lu... Lu diem-diem aja yaaa... Menurut lu Hani gimana San? Ko belakangan ini gua rasa ada yang beda ya?..."

"Wah... Lu jatuh cinta ya sama Hani?... Hahaha" goda Ihsan
"Bukan gitu cuy... Gini, beberapa kali belakangan ini... Dia kaya bikin status yang kayanya suka sama orang gitu, terus kadang dia suka share info-info sains, info-info kesehatan gitu sama gua" Rafi berusaha menjelaskan pada Ihsan.

"Ini sih alamat Fi... Alamat dia suka sama lu, Lu sendiri gimana? Lu nanggepin gimana ke dia?"

"Gua sih gimana ya?.... Menarik sih emang anaknya, walaupun kaya lu sama Isyfa yang lu serius dan agak kaku dan Isyfa yang cair dan felksibel, gua juga gak bisa simpulin sih, gua ada rasa apa enggak sama dia... Baru juga buat gua berurusan sama perasaan cewek"

"Wah.. siap-siap Fi, kayanya bakal jadi "First love" lu nih. Hahahaha." Ihsan membalik menggoda Rafi.

"Bangke... Ni anak ya, malah ledekin gua"
Rafi mengumpat bercanda.

"Oiya, lu gak lupa Kan, nyokap gua siapa" Ihsan semakin menggila menggoda Rafi

"Ah Sial niah anak... Parah... Udah ah gua cabut, laper gua, mo makan"

"Laper  apa Baper?... Hahaha" Ihsan terus menggoda temannya itu.

Rafi hanya berjalan dengan sambil mengancam becanda dengan mengacungkan tinjunya tinggi-tinggi.

***

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang