Buah Ikhlas dan Sabar

55 7 0
                                    

Ihsan pulang agak malam, malam itu... Ia lihat abi tidur lebih cepat.

"Tak apa lah, mungkin tau kabar ini besok lebih baik" gumamnya...

Setelah berwudhu dan sholat witir sebelum tidur ia berdo'a sejenak... Berharap ada keajaiban terjadi.

Pikiran yang cukup berat selain memikirkan bekal untuk mulai kuliah lagi nanti, ia juga masih memikirkan ayahnya...
Anak yang luar biasa. Sampai-sampai, ia larut tertidur dalam istighfarnya.

Lelah pikiran lebih hebat rasanya dari lelah fisik... Malam itu alarmnya berbunyi, namun cukup pulas Ihsan tertidur hingga baru kali ini... Ihsan dibangunkan lagi oleh abi untuk sholat Subuh... Setelah sekian lama.

"Kamu kenapa bang tumben banget kali ini abi bangunin Subuhnya? Ada apa?"

"Hmmm... Gak apa-apa bi... Cuma kecapekan aja paling"

"Abi tau, secapek-capeknya kamu... Kamu selalu bangun sebelum subuh... Apa yang ganggu pikiranmu?"

"Sebetulnyaa... Abang di telpon kemarin dari Hani bi, katanya sih tantenya ok... Cuma... Ya seperti yang abi bilang dan khawatirkan, Neneknya Hani... Mamanya tante Sari yang gak setuju kalau tante sari sama Duda"

Abi hanya menanggapi dengan senyum yang menenangkan... Menepuk bahu anaknya dengan lembut sebagai tanda menguatkan.

"Tenang Bang... Akan ada yang terbaik... Kalau bukan dalam waktu dekat gak apa-apa"

"Tapi liburan abang gak lama kan Bi... Dan kalo abang ke kampus lagi sebelum abi..."
Belum selesai Ihsan berbicara yang agak emosional itu abinya memotong

"Bang... Abi tau bagaimana kamu khawatir sama abi... Tapi apa kamu lupa kalau kita semua ini ada di tangan Allah?... Apa kamu lupa kita semua ini punya Allah?... Ayo Bang, kita gak perlu takut akan suatu hal apapun. Boleh khawatir tapi jangan berlebih, boleh sedih dan kecewa tapi jangan berlebih."

"Astaghfirullah... Maaf bi, abang cuma kepikiran aja Bi... Karena memang kan abang cuma punya Abi sebagai yang hidup dekat dengan abang"

"Iya abi ngerti... Yasudah karena sudah mulai terang sambil lewat, kita makan nasi uduk tempat biasa yuk... Lama kita gak makan di sana sama-sama"

"Ayo Bi... " Sambut Ihsan dengan senyumnya.

***

Entah bagaimana ada yang berubah kala kilat menyambar besar malam itu, Seorang wanita tua yang tengah terbaring pulas tiba-tiba terbangun, bukan karena suara guntur tadi, tapi karena sebuah mimpi... Yaa sebuah mimpi... Dan esok paginya telepon di rumah Hani berdering.

"Assalamu'alaikum... Dengan kediaman bapak Hari ada yang bisa dibantu?" Hani menjawab telepon.

"Wa'alaikumussalam... Ini nenek Hani... Tante Sari mana? Masih di sana kan? Nenek mau bicara..."

"Iya ada Nek... Sebentar yaa.."

Hani menyimpan telponnya tanpa menutup saluran teleponnya untuk memanggil tante Sari yang sedang di dapur, dan kembali bersama tante Sari.

"Halo iya Ma, ada apa?"

"Sar... Mama semalam mimpi, kalau yang tempo hari katanya ta'aruf sama kamu itu bukan main orangnya, boleh mama ketemu sama dia dulu? Setelah itu mungkin Mama bisa pertimbangkan lagi"

"Maasyaa Allah Ma... Terima kasih ya Ma... Iya nanti coba Sari tanyakan lewat Hani Ma"

"Yasudah... Mama mau keluar juga dulu ini... Nanti kabari Mama ya...

Assalamu'alaikum"

Setelah telepon itu ditutup... Tante Sari langsung sujud syukur dan bilang pada Hani untuk meminta Ihsan dan abinya datang lagi untuk bertemu dengan Ibunya.

***

"Maasyaa Allah Bi... Alhamdulillah!!!"

"Kenapa Bang?... Turunnya pelan-pelan"
Ucap abi yang melihat Ihsan begitu tergesa-gesa saat turun.

"Ini Bi... Hani WA... Katanya Neneknya minta kita dateng lagi ke rumahnya untuk Ta'aruf lagi... Kali ini kita ketemu Mamanya tante Sari... Biar tau dulu katanya"

"Alhamdulillah... Abi bilang apa Bang... Sabar dan tenang aja"

"Iya Bi..."

Hari itu Ihsan sadar sepenuhnya kalau dalam menunggu do'a terjawab kita harus sabar, ikhlas dan yakin.

***
Hari Ta'aruf kedua tiba, agak sedikit tegang tapi mereka tetap berserah pada Allah... Sang Penguasa Hati, Yang Maha Membolak-balikan hati hambaNya.

"Jadi ini yang berniat melamar anak saya?"
Tanya Mama tante Sari saat bertemu dengan Ihsan dan Ayahnya.

"Betul Bu...", Jawab abi

"Boleh tau... Dulu kenapa bisa cerai?"

Abi menceritakan detail permasalahannya hingga ibunya Ihsan pergi entah kemana.

"Jadi gitu... terus sekarang pekerjaan kamu apa?"

"Saya kepala peneliti di lembaga Penelitian Negara Bu..."

"Oh... Dulu kamu kuliah teknik?"

"Bukan Bu... Saya Sains Murni, kalau anak saya ini baru dia di teknik, supaya lebih baik dari saya Bu"

"Kamu kuliah dimana nak? Dulu kaka kelasnya Hani?"

"Enggak Bu, saya dulu satu tingkat sama Hani, cuma saya menang lomba dan dapat penghargaan bisa percepatan sekolah dan langsung kuliah di Kampus biru"

Mendengar penjelasan itu Ibu tante Sari cukup terkesan, dan memberi satu pertanyaan lagi pada Ihsan.

"Nak.. kenapa kamu mau ayahmu nikah lagi? Apa kamu tidak mengenang ibumu atau masih menyimpan masa lalu tentang ibumu itu?"

"Maaf bu... Soal itu, saya sudah memaafkan ibu saya, meski entah dimana beliau sekarang... Saya tetap terus mendo'akan yang terbaik untuk beliau.

Hmmm..." Ihsan mencoba menceritakan perihal rencana libur kuliahnya sampai kenapa memutuskan untuk pulang.

Dan Ihsan menambahkan "Meskipun saya gak pacaran... Tapi rasanya jatuh cinta dan membangkitkan semangat saya rasakan dan saya rasa Abi perlu itu."

Penjelasan itu begitu menusuk, "anak yang luar biasa" pikirnya dalam hati.

"Begini... Sepertinya... Kalian sekarang pulang saja dulu."

"Maksudnya Bu?... Apakah kami.... Tidak diterima? Kalau iya... Mungkinkah ada alasan?" Ihsan bertanya dengan sedikit perasaan gelisah... Dan abi tegur dengan tepukan lembut di pahanya Ihsan.

"Tidak ada alasan!!... Tidak ada alasan buat menolak kalian, kecuali alasan untuk menerima kalian. Saya menyuruh kalian pulang, supaya kalian pikirkan dan persiapkan... Mau dimana atau seperti apa acara pernikahan Kamu dan anak saya" jawab nenek dengan mata berbinar kepada mereka berdua terutama pada Abi.

"Alhamdulillah... Maasyaa Allah... Terimakasih Yaa Rabb.. Terima kasih banyak bu" Ucap Ihsan dengan penuh haru.

"Boleh saya menambahkan sesuatu?" Tanya Ibu tante Sari

"Ya Bu, apa itu?... " Tanya Abi Ihsan.

"Begini untuk Sari, saya sudah persiapkan banyak hal terbaik untuk pernikahannya. Dan setelah saya rasa kalian juga keluarga terbaik untuk Sari... Untuk pernikahan nanti kalian tidak perlu terlalu ribet. Kalian tinggal siapkan persiapan kalian dan kapan?... Saya harap bisa secepatnya saja... Kalau akhir bulan ini gimana, 2 Minggu lagi?"

"Maa Syaa Allah... Subhanallah... Terima kasih banyak Bu... Nanti saya akan siapkan semua" Jawab Abi Ihsan

"Biar Saya buatkan undangannya... Say ngerti desain grafis" tambah Ihsan bersemangat.

"Silahkan.... Saya tunggu semua kabar tentang persiapan kalian yaa"

"Baik bu... Terima Kasih atas segalanya Bu... Kalau begitu kami permisi Bu... Assalamu'alaikum"

"Yaa... Wa'alaikumussalam"

Tante Sari mungkin tak keluar hari itu... Tapi dibalik dinding di ruang tengah ia dengar semua percakapan itu, tangis haru jatuh dari matanya... Tidak lupa ia iringi sujud syukur yang cukup panjang.

***

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang