bagian 3

443 53 5
                                    

Panitia seperti tahu saja cara mengembalikan semangat para peserta yang terlihat mulai menurun di siang yang panas begini. Mereka bilang sore ini kami akan diajak jalan-jalan. Ya, siapa yang tidak senang kan? Ditambah, sebelum pergi, kelas sudah selesai dan hanya diberikan tugas untuk menulis profil sesama peserta dengan mengikuti teknik wawancara yang sudah disampaikan Tuan Byun.

Ia menjelaskan pemilihan posisi duduk perlu diperhatikan. Untuk menekan narasumber bisa dilakukan dengan tanpa ada pembatas seperti meja atau dapat menggunakan gerak tubuh seperti menyondongkan kepala saat diujung pertanyaan hingga mempertajam tatapan. Sebisa mungkin yang mengatur posisi saat wawancara adalah si wartawan itu sendiri agar dapat lebih leluasa mengorek informasi yang dibutuhkan.

Sebab kali ini kami diminta langsung praktek, aku menjadi peserta pertama yang dijadikan percontohan tapi aku menganggapnya percobaan. Meskipun masih agak kagok karena aku jarang sekali melakukan wawancara dengan meja di antara pewawancara dan narasumber, setidaknya lumayan. Mungkin aku akan melatihnya lagi nanti saat sudah di Daegu. Dari semua itu, kembali lagi kalau teknik, se-nyaman yang menggunakan.

Entahlah malam nanti aku akan menggunakannya tidak saat melakukan tugasku untuk mewawancarai satu sama lain. Aku juga harus membagi waktu antara mencari informasi narasumber lalu mengelolanya menjadi tulisan. Panitia bilang batas maksimal mengirimkannya pukul tiga pagi. Sepertinya aku akan tidur larut atau bahkan sampai pagi seperti malam sebelumnya.

Seusai kelas, panitia meminta seluruh peserta untuk berkumpul di depan gedung penginapan. Memberi sedikit arahan ke mana kami akan pergi dan siapa yang akan menemani. Wah, aku senang sekali saat mendengar Namjoon mengatakan kalau Jeongguk akan ikut juga. Katanya, mereka yang akan menjadi guide kami sore ini.

Sepanjang perjalanan kami banyak sekali berceloteh, melempar candaan, bernyanyi atau berlari lebih dulu lalu berteriak beberapa jarak dari yang lain meminta agar lebih cepat. Ya, jalan-jalan yang menyenangkan bagiku.

Aku berjalan di antara Jihoon dan Jimin. Sesekali mengusili Hoseok yang berada di depan dengan menendang batu kerikil yang menghalangi, atau akan berhenti tiba-tiba membuat Yoongi dan Wooshik kesal karena berhenti mendadak yang untungnya tak menabrak kami bertiga.

Jalan yang kami lewati penuh dengan tumbuhan hijau, bahkan ada yang dipangkas membentuk kata Yeongdo. Kendaraan tak banyak yang lewat atau bahkan sangat lengang sehingga kami bebas memenuhi jalanan dan bisa dikatakan seperti melangkah semau kami. Namjoon bilang memang daerah ini sepi karena jauh dari perkotaan Yeongdo. Tapi nanti kami akan dibawa untuk melihat tempat di distrik ini yang ramai dikunjungi wisatawan. Ya, meskipun hanya melihat dari atas tebing, karena tempatnya lumayan jauh. Selain itu jembatan Yeongdodaegyo juga akan terlihat.

"Woah!" Kami serempak berteriak kagum saat melihat keindahan taman bermain yang panitia janjikan. Dari atas sini tetap saja terlihat besar, hanya para pengunjungnya yang ukurannya seperti semut.

"Itu salah satu tempat wisata yang terkenal di Yeongdo. Di sebelah kanan kita ada Yeongdodaegyo, kalian bisa ambil potret bagus dari atas sini. Di sebelah sana—" Namjoon menunjuk ke arah yang menjadi terusan kami jika lanjut berjalan. "Ada sebuah kuil, kalian juga bisa ke sana."

Kami mengangguk. Beberapa mulai berpencar dan bergerombol dengan teman yang sekiranya sudah cocok. Aku hanya bersama Hoseok, berdiri memandang Yeongdodaegyo yang indah. Lalu bergantian mengambil foto. Yang lain? Sudah entah ke mana.

Aku berjengit setelah mendengar panggilan yang terarah tepat didekat telinga, membuat geli di sekitaran kulit leher dan refleks memencet tombol merah, menghasilkan potret Hoseok yang sedikit mengabur. Aku menoleh dan segera menyikut perut Jeongguk yang menampilkan wajah tak berdosa. "Kenapa selalu mengagetkanku, sih?!"

Come || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang