"Loh? Sedang apa kalian berdua disini?" tanya Hinata bingung. Kakak laki-lakinya pergi dengan perempuan ke supermarket? Ini sesuatu yang baru.
"Ah, kami disuruh Naruto beli daging dan minuman," jawab Sakura.
Hinata memasang wajah bingung. "Eh? Tadi Naruto-kun juga minta tolong padaku untuk beli daging?"
"Kau bilang apa?" Kali ini Sasuke yang bertanya. Ekspresinya menggelap. Sepertinya dia kesal karena tahu telah dipermainkan teman satunya itu.
Hinata yang menyadari aura gelap kakaknya langsung memotong pembicaraan. "M-mungkin Naruto-kun lupa, bukankah begitu, Sakura-san?"
"Ah, iya, sepertinya begitu."
Sasuke menghembuskan napas pelan, berusaha menghilangkan emosinya. "Kau kesini sendiri?" tanyanya pada Hinata.
"Hm? Aku dengan Neji-nii," jawab Hinata sembari mengeluarkan belanjaannya untuk dibayar ke kasir. "Tapi Neji-nii tidak mau ikut, jadi kusuruh tunggu di mobil saja. Lagipula kasian 'kan kalau dia berkeliling mengikutiku?" Sasuke hanya menggumam pelan menanggapi ucapan adiknya.
.
"Biar aku yang bawa." Sasuke mengambil alih belanjaan di tangan Sakura. Kantung belanja itu terlalu besar untuk dibawa gadis itu sendiri, menurutnya.
"Nii-san." Hinata menghampiri Neji yang sedang bersandar di depan mobilnya.
"Sudah selesai?" tanya Neji. Hinata menggangguk. "Sasuke."
"Neji. Kau juga ikut ke rumahku?"
"Kurasa tidak. Aku harus mengerjakan sesuatu setelah ini. Aku hanya mengantar Hinata karena khawatir kalau dia kubiarkan pergi sendiri."
Hinata mengembungkan pipinya, kesal. "Aku 'kan bukan anak kecil lagi. Kenapa sih!"
"Kau masih kecil bagiku," ucap Neji. Hinata menatap Sasuke, mencari pembelaan. "Ya, kau sudah besar, hanya saja belum dewasa," kata Sasuke.
"Nii-san!"
"Tuh 'kan apa kubilang." Ah sudahlah, Hinata menyerah saja. Percuma berdebat dengan kedua kakaknya. Ia kalah terus. "Kalau begitu, mulai dari sini, Hinata biar denganku saja," ucap pria itu pada Neji. Neji menggangguk lalu masuk ke mobilnya, berpamitan pada mereka sebelum pergi.
Perjalanan pulang tak sehening saat pergi karena disini ada Hinata. Ternyata gadis itu cukup cerewet jika berhadapan dengan kakaknya. Sakura tak pernah tahu kalau Sasuke punya adik. Mereka mirip. Hanya bola matanya saja yang berbeda. Sasuke memiliki mata hitam pekat, sedangkan Hinata sama seperti Neji, amethys. Cantik sekali.
"Hinata-chan!" Naruto berseru ketika melihat Hinata, Sasuke dan Sakura dari arah pintu.
"Apa ini? Kau meminta Hinata untuk membeli daging?" Aura menyeramkan Sasuke kembali keluar. Naruto yang ditatap tajam itu, mengalihkan pandangan. Keringat dingin mulai bermunculan di dahinya. "Lalu menyuruhku dan Sakura membeli lagi?"
"O-oh? Be-benarkah? Kurasa aku lupa haha." Naruto tertawa hambar, mengusap pelan belakang kepalanya.
"Sudahlah, Nii-san. Ini 'kan bisa untukmu dagignya, hm? Kumohon jangan marah, ya?" Sasuke lemah. Sial. Ia selalu tak bisa menolak permintaan adiknya. Dan karena itu juga ia akhirnya berusaha menurunkan emosinya, meskipun ia masih kesal tentu saja.
Dan pesta dirumah Sasuke kembali dimulai sampai lewat tengah malam dengan penuh keceriaan dan kegaduhan, tentu saja.
.
.:0o0:.
.
#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#
.
#Thank you!#
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
Fanfiction-FIVE- Saat kupikir kau telah pergi... tapi ternyata pada akhirnya kau kembali dan menghancurkan pertahanan yang selama ini sudah susah payah kubuat. ✴️ Kau berbahaya. Sangat berbahaya. Aku harus menjauh darimu. Tapi sayangnya tubuh dan hatiku meno...