Chapter 6

19 3 1
                                    

Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu, sudah 2 minggu tepatnya Ailsha tak pernah lagi mendengar kabar perihal Zafran. Sempat Ailsha lelah menanti kedatangannya. Sepertinya Zafran memang tak sungguh-sungguh mengenai hatinya. Setiap menjelang sepertiga malam, hanya nama Zafranlah yang Ailsha dengungkan dalam bait-bait do'anya. Akan tetapi, sepertinya Zafran bukanlah seorang lelaki yang tepat bagi Ailsha. Jika ada seribu jalan menuju-Mu Ya Allah, maka aku memilih cinta, biarlah cinta yang tepat yang akan membawaku padamu. Dan aku berharap dialah orangnya. Aaamiin... Doa Ailsha di penghujung sholat malamnya. Ini adalah hari ke-15 penantian Ailsha, masih tetap dengan hati yang sama dan orang yang sama. Ailsha selalu yakin Zafran tak benar-benar menghilang, Zafran hanya mengetes seberapa sabarkah Ailsha menunggunya. Jadi, bersabarlah yang hanya bisa Ailsha lakukan sekarang.

Usai melaksanakan sholat subuh, Ailsha pun segera bergegas menuju dapur. Mengerjakan seluruh tugasnya hingga pukul 08:00 nanti. Setelah itu barulah Ailsha bisa bersih-bersih diri sebelum akhirnya menghadiri pengajian yang selalu diadakan setiap hari jum'at pukul 09:00 pagi. 

" Assalammualaikum, Ailsha. Apa kamu di dalam nak?" Suara parau waniat paruh baya terdengar jelas di telinga Ailsha.

" Wa alaikum salam. Iya Bu Nyai, saya di dalam, ada apa?" Segera Ailsha melangkah menuju pintu kamarnya dan membukakan pintu.

" Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Ada yang ingin bertemu dengan mu nak." Ujar Bu Nyai.

" Hahh... siapa ya Bu, apakah saya mengenal orang itu.?" Ailsha berusaha menduga-duga.

" Mungkin, sekarang cepatlah ganti baju. orang itu sudah tak sabar ingin bertemu dengan mu. dia ingin melamar mu nak." Ucap Bu Nyai dengan semringah.

Ya Allah, apakah dia mas Zafran? pikir Ailsha tak percaya bila Zafran akan benar-benar datang menghampirinya. Kebahagiaan pun terpancar dari sinar wajahnya. Senyumnya pun merekah, pipinya meranum seketika, mengingat manis kata dan perilaku sosok Zafran. Lelaki yang telah berhasil meluluhkan perasaan nya. Sungguh, ia ikhlas untuk menjalani kehidupan bersamanya hingga maut yang akan memisahkan mereka.

" Nak, nak Ailsha. Kok malah melamun ayo cepat ganti, usahakan pake make up ya, walaupun tipis-tipis  ndak papa kok, setiidaknya tampil lah yang mengagumkan di depan calon suami mu nanti." Tutur Bu Nyai.

" Iya bu, Ailsha masuk dulu ya."

" iya, cepetan ya. Bu Nyai tunggu di ruang tamu."

" Njjih Bu."

Tanpa menunggu lama Ailsha pun segera mempersiapkan diri, mengenakan gamis yang paling bagus diantara semua gamisnya, tidak lupa sedikit polesan make up yang menambah kesan anggun pada wajah polosnya. Dan yang terakhir, sehelai kerudung syar'i dengan cadar polosnya yang menakjubkan. Kini ia pun terlihat begitu menawan, 

Setelah dirasa cukup, Ailsha memutuskan segera pergi menuju ruang tamu. Sepertinya sudah ada banyak orang yang menunggunya disana. 

'' Nah, ini dia Ailsha." kata seorang lelaki tua yang sedari tadi nampaknya menunggu kedatangan sosok Ailsha, 

" Ayo masuk nak semua sudah menunggu mu, termasuk calon suami mu."

" Iya pak Nyai."

Ya Allah apakah ini mimpi. Ya Allah mengapa aku jadi tak karuan seperti ini. gumam Ailsha dalam batin. 

" Nah ini Ailsha, Masha Allah, anggun sekali dirimu nak." Puji Farhan begitu melihat sosok Ailsha muncul dari balik pintu ruang tamu. Ailsha hanya bisa tersenyum dari balik cadarnya. Ailsha pun memperhatikan sekeliling ruangan tersebut, berusaha menemukan sang pangerannya. Bola matanya asyik berputar kesana-kemari mengamati seluruh penjuru ruang tamu. Namun, orang yang ia cari tak kunjung muncul ke hadapannya.

" Ailsha sini nak, duduk dulu."

" Dimana lelaki yang ingin melamarku, Bi?" Tanya Ailsha penasaran

" Iya sebentar lagi ya nak." jawab Farhan 

Ailsha pun hanya mengangguk, sungguh ia benar-benar tak sabar ingin segera bertemu Zafran. Bertemu sang Calon Imam. Beberapa menit kemudian.

" Nah, ini dia calon suami mu." Pekik Farhan kemudian. Ailsha segera menoleh, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati seorang lelaki yang asing baginya. Bukan Zafran melainkan lelaki lain. Sungguh, Ailsha benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa lelaki lain yang melamarnya, bukan kah Zafran yang telah berjanji padanya akan datang menikahinya nanti. Tapi kemana ia sekarang. Ya Allah, apa ini? dimana mas Zafran, bukankah ia yang akan melamarku.? Hati Ailsha pun runtuh seketika bersama kepingan harapan yang hancur karna rasa kekecewaan yang menyelimutinya. Ini semua tak sesuai dengan apa yang ia inginkan. 

Beribu pertanyaan menceracap pikiran Ailsha, segala rasa bercampur aduk menyesakkan pikirannya saat ini.

" Ailsha, kenalkan ini Azra, adek dari Zafran." Ucap Pak Kyai memperkenalkan.

" Adek mas Zafran.? lalu, dimana mas Zafran pak kyai.? Bukankah ia sudah berjanji untuk menikahi saya waktu itu." pertanyaan itu pun mencelos begitu saja dari mulut Ailsha, ruangan pun menjadi hening tiba-tiba. Ailsha pun sukses menjadi sorotan mata. 

" Haah.... kenapa semua diam, jawab pertanyaan saya, Dimana mas Zafran.?" Amarah Ailsha pun memuncak, Air mata yang sedari tadi ia bendung akhirnya tumpah juga.

" Maaf sebelumnya Ailsha, ini kesalahan keluarga besar kami yang tak memberitahu mu atas apa yang menimpa mas Zafran."

" Hah, apa maksud anda. Ada apa dengan mas Zafran.?"

" Saya mohon kamu mengerti Ailsha, Zafran begitu mencintai mu. Hingga saat hendak pergi melamarmu, ia pun sungguh tak sabar mendengar jawaban mu nantinya. Tanpa memperhatikan laju kendaraan nya saat itu, Zafran menambah kecepatan laju sepeda motornya, dan tanpa ia sadari sebuah truk melaju dari arah berlawanan, dan naas truk itu menabrak Zafran, hingga Zafran terpental beberapa meter. Kepalanya terbentur aspal hingga ia mengalami pendarahan hebat kala itu. Dan dokter pun akhirnya mengatakan bahwa nyawa Zafran tak dapat diselamatkan lagi." Jelas Azra panjang lebar. Mendengar cerita tersebut hati Ailsha pun rasanya tercabik-cabik. lelaki yang selama ini ia nantikan, kini pergi menghadap sang Illahi mendahuluinya.

" Sebelum meninggal, Zafran menitipkan ini untukmu. Dan menyuruhku untuk menjagamu. Menjaga jiwa dan ragamu sepenuhnya, melalui ikatan pernikahan." Imbuh Azra kemudian, seraya mengeluarkan cincin bermata kristal sama persis seperti apa yang diberikan Zafran waktu itu.

" Bagaimana Ailsha apa kamu bersedia menikah dengan saya.?" Tanya Azra.

Air mata masih mengalir deras dari mata bening seorang Ailsha. Tak dapat berkata apa- apa lagi. Tenggorokan Ailsha tercekat tak mampu berucap sepatah kata pun.

" Jika kamu bersedia, buka cadarmu nak. perlihatkan wajahmu pada calon sami mu" Perintah Farhan pada Ailsha.

Masih tetap hening, tanpa suara.  Beberapa detik kemudian.

" Masya Allah, inikah pilihan mas Zafran. Sungguh, saya jadi bingung akan menikahinya di syurga atau di gedung nantinya." 

Semua yang ada di tempat itupun tersenyum lega akhirnya. Ailsha membuka cadarnya dengan senyum keikhlasan. Ya Allah, sungguh aku ikhlas ia pergi, semoga inilah yang terbaik bagiku nantinya. Aaamiin. Assalamualaikum calon Imam ku. 

                                                                                          TAMATTTT.

                                                                          THANKS FOR WATCHING. 














Khimar AilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang