Kamu baik. Sangat baik. Kepada semua orang tentunya. Kuberi tepuk tangan pelan untuk mengapresiasi kegigihanmu dalam memperbaiki. Kamu banyak belajar, banyak mengambil pelajaran dari apa yang telah kamu alami. Dan aku senang melihatnya, iya, melihatmu seperti sekarang.
Entah apa yang Tuhan rencanakan tentang kita, semoga baik. Walaupun akan berada di jalan masing-masing, aku tetap akan berharap kamu baik baik saja.
Kini aku bersembunyi dibalik ketidakmampuanku. Aku sedang mencoba menerima tanpa meminta kompensasi. Sadar diri bahwa aku tak memiliki kendali atas dirinya. Sadar diri bahwa diri ini egois dan tidak pantas.
Melihatmu saja sudah cukup bagiku. Tak apa jika memang kamu tidak menyadarinya, atau bahkan kamu memang sengaja tidak sadar akan hadirku. Tawamu masih selalu menghangatkan hati walau sebenarnya aku tak ingin. Dan suaramu seakan memaksaku untuk terus mendengarkanmu karena sejujurnya suaramu membuatku tenang. Sialnya, aku selalu mencari dirimu. Seakan ada yang hilang saat aku tak menemukanmu padahal berada di lingkungan yang sama.
Percayalah, kamu membuatku luluh dalam sekali tatap. Entah bagaimana caranya, tapi terjadi begitu saja tanpa permisi. Sampai sekarang, aku ingin menatap teduhnya matamu lagi seraya saling melempar senyum. Salah satu hal terindah dalam hidupku.
Balasan pesan darimu sudah cukup membuatku merasa bahwa kamu masih baik padaku. Walaupun sebenarnya aku hanya disadari saat bosan. Aku bukan apa-apa, apalagi siapa-siapa.
Aku tak ingin melepas perasaan ini. Aku ingin tetap tinggal walau tahu kamu tidak akan pulang. Karena kini, aku bukan lagi tempatmu berteduh dan bercerita, melainkan sebatas tempat singgah. Namun jika kamu membutuhkan aku, kamu seharusnya tahu harus mencariku kemana. Karena aku, akan tetap disini, dengan perasaan yang sama, menunggu sesuatu yang aku tidak tahu apa.
Bandung,
Gerimis,
01.43
