7. RUMAH POHON

49 14 2
                                    

Happy Reading💕

"NYA! Lu dimana?" teriakan Devano menggema diruangan tersebut.

"Van, tolong." Devanya kebingungan dari mana suara itu, ruangan tersebut sangatlah gelap.

"Lu diem disitu!" Dengan segera Devano mencari dari mana asal suara tersebut.

"Nya!" Devano menemukan Devanya di pojok ruangan, ia dalam keadaan terikat.

"Van." Devanya langsung memeluk Devano ketika tali itu sudah terlepas dari tubuhnya, pelukan itu tak disengaja. Sangking takutnya, dengan memeluk Devano rasanya sangat hangat.

"Udah. Nggak usah nangis. Gw disini. Maafin gw tadi ngebentak lo." Devano berhasil menenangkan Devanya, dan membawanya keluar.

Batuk buatan terdengar dari teman-teman Devano.

"Kutu kecil hinggap dikuda betina,
numbuk pakai alu sambil  bercanda,
kalau kamu memang sudah suka,
mengapa ragu untuk katakan cinta?"
Ucap Joko dengan lantang dan jenaka.

"YHAAAA!!! Sa ae lu Ko!" sahut Griffin dengan tertawa terpingkal-pingkal. Seketika itu juga, semua anak EAGLE jadi heboh.

"Eh, diem lu pada." ucap Devano dengan cool.

***
"Van, kita langsung pulang kan?"

Devanya yang awalnya tidak ingin pulang bersama Devano, mau tidak mau ia harus pulang bersamanya. Devano yang memaksanya.

"Udah lu diem aja, gue gak bakal bawak lo ketempat yang aneh-aneh." sahut Devano.

***
Devanya terkejut karena melihat restoran yang sangat mewah ada didepannya. Sudah lama ia tidak mengunjungi restoran mewah semenjak ayahnya meninggal dan ibunya yang kekurangan ekonomi akibat bangkrut.

"Van, ngapain kita disini?" tanya Devanya.

"Bawel."

***
Setiba di dalam restoran, yang Devanya lakukan hanya menoleh sekitar, yang ia lihat hanyalah orang berpacaran yang amat romantis.

"Van, nga-" ucapan Devanya terputus ketika Devano menutup mulut Devanya dengan telapak tangannya.

"Gue mau ajak lo dinner cantik..” sahut Devano sambil menahan tawa.

Apa? Tadi Devano bilang aku cantik? Aduh jangan terlalu berharap. Ucap Devanya dalam hati.

"Dindinner?” jawab Devanya gagap.

Devano tidak menjawabnya, ia hanya diam saja.

***
Dinner mereka hanya dipenuhi dengan kediaman. Mereka berdua saling diam. Tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Saling gugup satu dengan yang lainnya. Hingga tak terasa makanan telah habis.

"Yuk pulang."

Cuma gini aja? Aduh. Memang terlalu berharap aku. Kirain, bakalan romantis-romantis an kayak orang lain. AISH! ucap Devanya dalam hati.

"Iya."

***
“Pegangan. Gw mau ngebut nih..” ujar Devano dibalik helm hitamnya itu.

“Ih jangan.. gamau.” Tolak Devanya, ia sebenarnya sangat senang pada kondisi seperti ini. Hanya saja, ia malu dan takut.

“Udah buruan.”

Dengan senang hati Devanya memeluk Devano. Perasaan gadis itu pada Devano sudah tumbuh semenjak pertama kali ia bertemu dengannya, ia tetap saja bertahan dengan orang pembully seperti Devano, karena ia mengerti.. bahwa ini bukan sifat aslinya.

BENCI ATAU CINTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang