- 19 - Who?

90 13 0
                                    

Suara bel masuk memekakan telinga Evlin yang sedang berjalan dikoridor. Ada sedikit yang aneh dengan suara bel nya itu. Terkesan beda seperti biasanya. Dan lebih anehnya lagi, disana sangat kosong melompong. Tidak ada satu murid nuncul. Apa Evlin kesiangan?

Evlin menggertakan giginya, merasa terganggu karena suara nya semakin menjadi-jadi hingga Evlin dibuat kesal.

"Anjir banget sih belnya!" kedua tangannya masih setia menutup dua daun telinga itu.

"Hei!" seketika suara bel itu hilang bersamaan seseorang yang memanggil Evlin di belakangnya. Evlin menoleh dan melihat lelaki, yang memiliki tubuh jangkung, putih. Tapi wajahnya tertutup.

"Lo siapa?" tanya Evlin sedikit demi sedikit kakinya ia langkah kan untuk melihat secara jelas.

"Gue Jean. Jean Raviv" jelasnya.

"L-lo, beneran je-jean?" menunjuk ke dadanya yang bidang.

"Iya, gue Jean"

"Akhirnya...gue udah la-"

Byurr...

Evlin merasa tubuhnya basah kuyup. Dingin. Sungguh berat sekali ingin membuka kelopak matanya, agar bisa melihat siapa yang mengguyuri nya ketika mimpi indah itu datang.

Byurr...

Guyuran lagi. "Woi! Siapa sih yang banjur gue!"

"Keyza, temen lo yang cantik"

Evlin berdecak bersamaan bangun dari tidurnya. Matanya masih setengah tertutup. "Aduh Key, ini kan hari Minggu" tangannya menggaruk kepalanya yang terkesan berantakan sekali.

"Sekarang Brayn dkk lagi nongkrong di cafe Barthos" seyumanya Keyza sangat lebar. Alisnya juga naik turun. Evlin sempat berpikir. Dan kemudian tahu maksudnya. "Ah! Gak mau! Kemaren gue kira gak bakalan ada si CoSe, jadi gue ikut. Nanti kalau ada dia lagi gak mau sama sekali kaki gue pergi ke sana!" tegas Evlin.

"CoSe? Jean?"

"Iyalah, siapa lagi"

"CoSe itu apaan dah, kagak jelas lo"

"CoSe itu, Cowok reSe!"

"Gak papa lah, niat kita kan cuma liat doang. Lagian dirumah gue sama lo gak ada kerjaan kan?"

"Janji ya, cuma liat doang" Evlin mempertegas kembali.

"Iya"

***

Kumpulan para cogan itu menjadi pusat perhatian para pengunjung. Ditambah, sekarang adalah hari Minggu. Yang diamana orang-orang membutuhkan refreshing ke Cafe ini. Para Waiters wanita juga memerhatikan mereka. Tapi tidak sekagum pengunjung. Bedanya, para Waiters wanita, sudah terbiasa melihat mereka. Bisa dibilang, cafe Barthos adalah tempat nongkrong mereka. Kurang lebih ada sepuluh orang. Yang tak lain para gamer.

"Si jeje napa dah, gak biasanya off gaming?" tanya salah satu lelaki yang tepat berada di depan Jean. Jeje itu adalah panggilan mereka khusus Jean. Sedangkan lelaki yang baru saja dibicarakan hanya mengetuk-ngetuk meja dan menatap serius ponselnya. Seperti menanti seseorang.

"Masa lo gak tau, penantian itu kan berharga" timpal Zafa dan tawa mereka memecah.

"Stres anjir" ketus Jean.

"Wih! Ngegas..." sindir Bryan.

Clek.

Pintu Cafe terbuka. Disana berjalan sosok dua bidadari. Asekk... Mungkin bagi Jean. Tapi dia hanya terfokus dengan satu bidadari.

Game OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang