[16] Matamu mataku

1.5K 105 10
                                    

Mencoba menerima kenyataan memang sulit apalagi jika kenyataan tersebut adalah hal yang tidak pernah kita inginkan. Bintang dengan perlahan mencoba menerima kenyataan kalau dia tidak bisa melihat untuk sementara, gadis mungil itu sudah pulang ke rumah dan tentu saja dia selalu ditemani oleh keempat kakaknya dan juga ayahnya yang sekarang memutuskan untuk menjaga Bintang.

"Bang Sam, bang Atlan, bang galaksi, papah." panggil Bintang sambil tanganya mencoba meraba benda disekitarnya dan mencari keberadaan orang lain disana, dia bisa membuka mata dan berkedip tetapi tidak ada yang bisa dia lihat sedikitpun.

"Papah." panggil Bintang sekali lagi karena tidak ada yang meresponya sama sekali. Gadis itu berdiri dengan perlahan kemudian berjalan dan tanganya terus meraba sesuatu didekatnya agar dia bisa menemukan seseorang.

"Sini kamu." bentak seseorang yang sekarang berdiri didekat Bintang sambil mencoba menarik Bintang dengan paksa.

"Kamu ini ya ada ada aja, pura pura buta ya kamu? Ngerusakin rencana liburan keluarga kita aja." omelnya.

"Terus? Gue peduli gitu?" tanya Bintang.

"Anak nakal!" bentak wanita tersebut sambil menarik Bintang kemudian mendorongnya.

"Udah salah, gamau ngaku." lanjutnya dan tanganya tak henti hentinya mendorong Bintang.

"Bintang." teriak Samudera yang datang dan langsung saja cowok itu menghampiri Bintang.

"Jadi kayak gini perlakuan anda ke Bintang?" tanya Samudera, cowok itu tidak pernah tahu bagaimana perlakuan Alana ke Bintang.

"Samudera, kamu salah paham. Kamu ngga lihat tadi Bintang ngapain mamah, kamu jangan marah, kamu percaya kan sama mamah." ucap Alana kemudian, wanita tersebut memohon ke Samudera yang kini mendekap Bintang, wajahnya terlihat sangat kesal.

"Bintang ayo abang anter ke kamar." ajak Samudera sambil menuntun Bintang dengan perlahan meninggalkan Alana yang terlihat panik karena takut Samudera akan mengatakanya ke Arga.

"Kamu mau apa? Kenapa keluar kamar?" tanya Samudera sambil menuntun Bintang untuk kembali duduk diatas tempar tidur.

"Aku bosen."

Samudera hanya terkekeh geli kemudian tanganya terulur untuk mengusap pelan puncak kepala Bintang, "mau main?"

"Engga ah, malu."

"Kenapa harus malu?" tanya Samudera kemudian, cowok itu kini meletakan ponselnya ke atas nakas.

"Malu ngga bisa lihat sedangkan semua orang lain di luar sana bisa lihat."

"Kalo kamu mau hidupmu lebih bahagia jangan lihat ke atas terus, sekali kali lihat ke bawah juga. Banyak kok di luar sana anak anak yang gabisa lihat bahkan ga bisa denger mereka bisa bertahan."

"Assalamualaikum" seru seseorang yang datang dengan membawa sekantong plastik.

"Waalaikumsalam."

"Angkasa." panggil Bintang dengan keras. Gadis itu sudah sangat hafal dengan suara Angkasa.

"Ada Angkasa, abang mau ke kamar aja." ucap Samudera kemudian cowok itu mengecup kening Bintang setelah itu berjalan menuju ke kamarnya

"Hai sa." sapa Bintang sambil tersenyum senang.

"Sa?" tanya Angkasa mengulangi sapaan Bintang.

"Yang." lanjut Bintang kemudian mereka terkekeh pelan.

Angkasa langsung memeluk Bintang kemudian duduk dihadapan gadis itu dan meletalan kantong plastik di tanganya ke atas nakas. "Itu apa Sa?" tanya Bintang yang dapat mendengar gesekan kantong plastik.

Retain (Sekuel of Angkasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang