Bab 3

10 0 0
                                    

Ketika ketiga peri itu terbang pergi, Kate tergopoh-gopoh mengejar mereka. "Cepatlah!" serunya. "Kali ini jangan biarkan mereka pergi!"

Gadis-gadis itu mengejar para peri ke hutan. Mereka merunduk di bawah dahan-dahan. Mereka memanjat batang-batang pohon yang tumbang. Mereka tidak mendengar pesan Spring, dan tidak menyadari bahwa peri-peri itu ingin mereka ikuti.

"Menurutmu kita menuju ke mana?" tanya Lainey, agak tersengal. Pepohonan mulai menipis. Mereka dapat melihat langit biru di atas sana.

"Entahlah," sahut Kate. "Tapi aku-"

Ketika Kate melangkah ke tanah lapang, kata-kata terhenti di bibirnya. Ketiga gadis lain muncul di belakangnya. Mereka juga terdiam dalam ketakjuban.

Untuk memahami apa yang dirasakan keempat gadis itu saat pertama kali melihat Pixie Hollow, bayangkan mimpimu yang paling menakjubkan. Mungkin dipenuhi cahaya matahari yang lembut, musik yang indah, atau aroma bunga jeruk. Mungkin kau menemukan harta terpendam. Mungkin rasanya semua tak ada yang mustahil.

Bagi para gadis itu, Pixie Hollow melebihi puncak ketakjuban mereka. Mereka berdiri di tepi padang hamparan lebat bunga-bunga liar. Dan ke segala arah mereka memandang, mereka melihat peri.

Seorang peri melesat lewat di punggung kelinci. Peri lain meliuk-liuk di udara mengejar kupu-kupu biru cerah. Peri-peri melesat keluar-masuk di antara bunga-bunga, sayap mereka berkilauan dalam cahaya matahari.

Kate mulai melangkah maju. Kemudian sebelah kakinya mundur dan ia terkesiap. Seorang peri laki-laki melintasi tanah-tanah di depannya. Ia naik gerobak mungil yang ditarik seekor tikus. Ketika ia melihat Kate, ia nyaris jatuh dari tempat duduk saking kagetnya.

Para gadis itu berjalan perlahan melintasi padang, berhati-hati menapakkan kaki. Peri-peri berbaju kelopak bunga berseliweran di sekitar mereka. Peri-peri itu terus mengulangi kata yang sama-"Clumsy" yang berarti kikuk.

"Kenapa mereka terus mengatakan itu?" Mia heran.

"Mungkin mereka membicarakanmu," goda Kate.

"Aku tidak kikuk!" kata Mia, kesal. Ia berpaling pada peri terdekat, berkata, "Aku sudah balet tiga tahun!" Peri itu kabur ketakutan.

"Oh!" Tiba-tiba Kate berhenti berjalan hingga gadis-gadis lain menubruknya. "Lihat itu!"

Di depan mereka ada pohon mapel sebesar rumah. Dilihat lebih dekat, ternyata itu memang rumah. Pintu-pintu dan jendela-jendela mungil berjejer di dahan-dahannya. Beberapa jendelanya menjeblak terbuka. Peri-peri menyembulkan kepala, memandang para gadis itu.

"Ayo! Ayo!" Peri-peri yang mereka ikuti memberi syarat pada mereka.

Di kaki pohon besar itu ada halaman berkerikil. Seorang peri berdiri di tengahnya. Ia mengenakan gaun panjang dari kelopak mawar. Di kepalanya ada bando emas tipis.

"Dia pasti ratu," bisik Mia.

Kate tadinya memimpin jalan, tapi sekarang, untuk pertama kalinya ia ragu. Ia belum pernah bertemu ratu. Ia tidak tahu apa yang mesti dilakukan.

Yang mengherankan Kate, Gabby melangkah mendahuluinya. Gadis kecil itu memegangi ujung tutunya dan membungkuk hormat.

Sang ratu tampak senang. "Aku Ratu Clarion," katanya dalam suara yang lebih cocok dimiliki seseorang yang jauh lebih besar. "Katakan padaku, kenapa kalian ke sini?"

Akhirnya Kate menemukan suaranya. "Yang Mulia," katanya, melangkah maju, "kami tidak tahu kenapa kami di sini. Kami bahkan tidak tahu di mana kami berada."

Kerumunan peri itu terkekeh. Bahkan sang ratu tampak terkejut. "Kenapa, kalian di Pixie Hollow! Di pulau Never Land. Maksudmu, kalian tak bermaksud ke sini?"

"Itu salahku." Seorang peri terbang maju. Itu peri pertama yang dilihat gadis-gadis itu di pantai.

"Lanjutkan, Prilla," kata sang ratu.

Prila menjelaskan kepada sang ratu apa yang telah terjadi dengan kedipannya. "Aku tak bermaksud membawa mereka. Aku akan terbang mundur kalau bisa," lanjut Prilla. Ia takut sang ratu akan marah. Sebelumnya, tak ada peri yang pernah mengedipkan kaum Clumsy ke Never Land.

Ratu terdiam sesaat, berpikir. "Kelihatannya gadis-gadis ini tak sengaja ke sini," katanya, akhirnya. "Tapi sama saja, kita harus menemukan cara memulangkan mereka. Sementara itu, mereka akan menjadi tamu kita. Peri-peri Pixie Hollow, perlakukan para Clumsy ini dengan baik."

"Aku tidak kikuk," celetuk Mia. "Aku Mia!"

Semua berpaling memandangnya. Mia tersipu, namun melanjutkan, "Itu Kate, dan itu Lainey. Dan ini adikku, Gabby. Kami bukan kaum kikuk, dan kuharap kau berhenti menyebut kami begitu... er, Yang Mulia." Ia menambahkan bagian terakhir itu untuk sopan santun.

Keheningan merebak di halaman. Sang ratu menatap Mia. Kemudian ia tertawa. Tawanya jernih seperti denting lonceng. Begitu nendengarnya, para gadis itu menjadi relaks.

"Clumsy adalah sebutan kami untuk orang-orang Daratan Utama-
duniamu," jelas Ratu Clarion. "Tapi kau benar. Selama di sini, kalian akan dipanggil dengan nama masing-masing. Mia, Kate, Lainey, dan Gabby, selamat datang di Pixie Hollow."

Ratu bertepuk tangan. Sebuah pintu di sisi pohon terbuka dan puluhan peri keluar. Mereka membawa makanan-
stroberi, kenari panggang, lempeng-lempeng keju seukuran uang satu sen, beberapa ketul roti yang besarnya tak lebih dari ibu jarimu... dan yang terakhir tapi bukan yang terkecil, empat kue cantik. Diperlukan dua peri untuk membawa kue-kue itu, meskipun bagi para gadis itu, kue itu hanya seukuran kue mangkuk.

Beberapa peri lain menghamparkan daun-daun pisang untuk digunakan sebagau tikar. Kemudian Kate, Lainey, Mia, dan Gabby duduk untuk menikmati pesta peri pertama mereka.

Sejak tadi Tinker Bell memandangi mereka dari pinggir halaman. Ketika gadis-gadis itu mulai makan, ia terbang ke udara. Semua sudah beres. Sekarang ia bisa kembali ke bengkelnya.

Tapi ketika ia berbalik untuk pergi, sang ratu memanggil. Tink terbang menghadap. "Ya, Ratu Clarion?"

"Kita belum pernah kedatangan Clumsy sebanyak ini di Pixie Hollow," kata Ratu Clarion.

"Ya, memang belum pernah," kata Tink.

"Mengurus empat nona takkan mudah, 'kan?" tanya sang ratu.

"Sepertinya begitu," kata Tink, asal menjawab. Pikirannya sudah melayang ke panci.

Tapi kata-kata sang ratu berikutnya menarik perhatiannya. "Aku ingin kau membantu Prilla," kata sang ratu pada Tink. "Untuk sementara, kau bertugas mengurus keempat nona itu,"

°°°°°°°°°°

Writing:
06 Desember 2019 s/d
06 Desember 2019

Publish:
09 Desember 2019

Jangan lupa 'voment'.

The Never Girls(10)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang