Oh, ini tak adil! Begitu Tink sendirian, ia mengentak-entakkan kaki mungilnya di udara. Entah kenapa, ia bisa terjebak bersama para Clumsy. Tink lebih memilih sayapnya tercelup ke lumpur!
"Kenapa aku?" gerutunya sendiri. "Sembarang peri lain juga bisa melakukannya." Tapi apa yang bisa ia lakukan? Itu perintah ratu. Jadi ketika Prilla memutuskan mengajak para gadis itu tur keliling Never Land, Tink tak punya pilihan selain ikut.
Prilla memulai turnya dari Rumah Pohon, seperti yang akan dilakukan peri mana pun. Rumah Pohon adalah bagian terpenting dunia peri.
Sebelumnya, para gadis itu terlalu antusias untuk memperhatikan baik-baik pohon itu. Tapi sekarang mereka melihat semua detail yang tadi terlewatkan. Mereka mengagumi pintu lubang bongol-kayu, jendela-jendela kaca-laut, dan undakan mungil yang berkelok-kelok di batang hutan itu.
"Itu menuju ke mana?" Gabby menunjuk pintu-pintu berwarna berbeda yang berderet di dahan-dahan besar pohon itu. Beberapa memiliki kenop kristal atau keset pintu dari bunga dandelion. Di beberapa pintu lain ada lonceng-lonceng angin atau emperan dengan kipas laut yang menggantung di atasnya.
"Ke kamar para peri. Setiap kamar dihias sesuai bakat perinya," jelas Prilla.
"Bakat macam apa?" tanya Lainey.
"Segala macam!" kata Prilla. "Setiap peri di Pixie Hollow punya bakat. Itu hal terbaik yang ia lakukan dan yang paling ia sukai lebih dari hal-hal lain. Lihat, di halaman situ, ada peri bakat menyapu. Dan peri yang disana, membawa plum-itu peri bakat memanen."
Kate terkekeh. Bakat-bakat yang lucu sekali! Pikirnya. "Seandainya aku peri, aku akan punya bakat yang menarik," bisiknya pada Mia.
Mia menganguk. Ia sibuk mengintip kedalam jendela-jendela ruang minum teh. Kate mengintip dari balik bahunya. Ia melihat sebuah meja yang terbuat dari bagian percabangan batang pohon. Di sana ada beberapa piring dan cangkir dari cangkang kerang. Serbet-serbetnya adalah kelopak bunga yang dilipat.
"Semuanya indah sekali! Andai aku bisa menciutkan diri dan masuk ke sana," kata Mia.
"Bengkel Tink disini," kata Prilla, memandu para gadis itu berbelok di sisi pohon.
Tink, yang sejak tadi mendongkol di balik akar pohon, mendongak kaget. Bengkelnya adalah kebanggaan dan kesenangannya. Ia tak ingin kaum Clumsy ini melihat-lihat ke sana! Ia bergegas mengawasi mereka.
Ketika Gabby melihat bengkel Tink, ia memekik kegirangan. "Itu cerek teh!" serunya. Betul, sebuah cerek sungguhan seukuran yang biasa dipakai manusia terjejal di antara akar-akar Rumah Pohon. Corongnya menjadi emperan kecil di atas sebuah pintu mungil.
"Tink peri bakat tukang," jelas Prilla. "Yang terhebat di Pixie Hollow."
Biasanya, Tink akan senang mendengar pujian itu. Namun ia terlalu sibuk mengawasi Mia. Gadis itu turun ke posisi merangkak, mengintip dari jendela.
"Oh, lihat!" seru Mia. "Ada bangku kerja yang imut sekali. Dan ember dari bidal. Oh! Lihat kursi dari sendok tua yang bengkok itu!"
"Aku mau lihat! Aku mau lihat!" seru Gabby, menarik-narik lengan baju Mia.
Gadis-gadis lainnya bergantian mengintip ke dalam. Mereka sangat antusias hingga akhirnya mau tak mau Tink tersenyum.
"Itu ruangan paling imut yang pernah kau lihat, kan?" kata Mia.
Senyum Tink memudar. Prilla tampak malu.
"Ada yang salah?" tanya Mia.
"Peri tak suka dibilang imut," kata Prilla. "Itu menghina."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Never Girls(10)
РазноеA story by: @eilyoornetta12 Ke-10 (UPDATE SLOW) °°°°°°°°°° Perjalanan empat gadis di dunia peri. Dalam sekejap, Kate, Mia, Lainey, dan Gabby menghilang dari dunia mereka. Aroma laut, embusan lembut angin laut, dan tawa peri yang seperti denting lonc...