Bissmillah, sebelumnya temen-temen. Aku minta maaf ya, baru ngelanjutinnya sekarang hehe..
.Oke kita mulai, sesuai judulnya. Aku baru menyadari setelah hampir 5 bulan aku ikut salah satu pengajian yang dulunya sempat aku bully dan ternyata aku sekarang mencintai pengajian ini. Aku belajar banyak, salah satunya proses awal hijrah. Ternyata, awal hijrah itu dengan memperbaiki akhlak terutama memperbaiki shalat, ya! Diawal hijrah aku memang bercadar, tapi shalatku masih bolong-bolong. Hmm.. Aku sadar, dan aku mulai memperbaiki diriku, shalatku serta akhlakku, terutama akhlak kepada keluarga khususnya kepada kedua orang tuaku. ternyata memang sulit, untuk menghilangkan kebiasaan buruk dan merubahnya menjadi kebiasaan baik. seakan-akan, ada yang berontak dalam hatiku dan berkata "jangan berubah!." Namun, kuusahakan untuk berubah dan berkata dalam hati, "Aku harus berubah! Ini semua demi kebaikanku." Setelah melakukan perlawanan dengan diri sendiri, seminggu kemudian kuputuskan untuk memulainya dengan kembali memakai sebuah masker.
Ya! aku berusaha untuk tidak ikut-ikutan melakukan hal-hal buruk yang sebelumnya telah menjadi kebiasaanku. Seperti menggibah, memfitnah, adu domba dan sebagainya. Hal-hal seperti itulah yang biasanya wanita-wanita lakukan, baik remaja maupun yang dewasa, bahkan yang sudah menikah sekalipun. Proses meninggalkan kebiasaan itu sulit sekali. Ibarat sudah mendarah daging. Tapi, aku harus bertekad kuat, sambil bertanya pada ustadz-ustadz sunnah di kotaku. Sekaligus meminta bimbingan para ummahat di pengajianku serta minta nasihat pada ibu guru kesayanganku. Karena, mereka berperan sangat penting dalam proses hijrahku. Semoga Allah selalu melindungi mereka. Aamiin.
..
Skip and next! Waktu seperti berjalan sangat cepat. Yah pertanda kiamat?? Wallahu a'lam, tak terasa sudah kelas 12.
Banyak yang kualami selama berhijrah, baik hal yang pahit dan hal yang manis semua seperti nano-nano yang mencampur adukan sebuah rasa. Dibalik fokus terhadap jalan hijrah, Allah mengujiku dengan mendatangkan pria-pria dalam hidupku yang sebelumnya aku sudah tidak pernah berhubungan dengan pria. Kecuali, sebatas hubungan di sekolah dan organisasi, Selebihnya aku memang membatasi. Namun, Allah menguji imanku yang lemah ini. Sempat ada rasa pada pria itu dan sempat pacaran berdalih taaruf, ya! Begitulah. Selang beberapa bulan aku putuskan untuk meninggalkannya karena Allah, sebab pikirku percuma selama setahun ini aku berhijrah jika aku masih bermaksiat. Alhamdulillah, aku kenal dengan pria itu hanya sebatas di sosial media, hingga untuk meninggalkannya aku tinggal pamit dan memblokir seluruh sosial mediaku yang berhubungan dengannya.
..
Skip again ya, Disekolah banyak yang menentang kami bercadar dan yang disalahkan adalah ibu guru kami tercinta, sontak aku pun memberikan perlawanan yang ternyata salah, tak seharusnya aku berontak. Yang seharusnya aku lakukan adalah diam dan mendoakan. Seketika itu aku pun merasa asing, namun ibu guruku tercinta mengatakan, "Berada di tengah-tengah keterasingan itu mulia. Genggam sunnah seperti menggenggam bara api." Maasya Allah, kata-kata itu selalu terngiang ketika aku mulai lelah dengan cemoohan orang-orang terdekat.
Aku pun mencoba untuk tetap tegar, walaupun sebenarnya aku paling emosian di antara teman-teman hijrahku. Aku paling tidak terima jika ada yang membully mereka jika aku yang dibully aku tidak masalah, tapi jangan mereka. Mereka bagaikan bidadari-bidadari dunia yang datang di saat aku memang memerlukan sebuah nasihat, motivasi dan semangat, di saat teman-teman dekatku menjauhi karena aku telah berhijrah. Namun ada sebagian teman-teman yang masih mau mendukungku, ya walaupun hanya beberapa namun aku bahagia.
...
Detik-detik kelulusan, sedih campur senang. Sedih karena banyak yang kuukir di sekolah ini, senang karena lebih bisa menjauh dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Biasanya setiap momen atau acara perpisahan aku selalu mengambil alih, alias aku selalu tampil dari Tk-MTs. namun kali ini aku berusaha untuk menahan diri. Kutolak semua yang memberikan penawaran padaku, kucoba menolaknya secara halus, namun mereka masih berhati keras hingga memusuhiku secara perlahan. Tapi tidak apa! Aku tetap berusaha sabar dan mendoakan mereka, Karena mereka masih belum merasakan indahnya berhijrah.Hari kelulusan tiba, Alhamdulillah atas nikmat Allah yang sudah memberikan kebahagiaanku dengan kelulusan ini. Aku tidak ingin melanjutkan kuliah, namun ibuku dan kakaku memaksa. Dimulailah safarku pertama kali. Kenapa kukatakan safar? Karena memang aku dilepas seorang diri bersama teman-teman yang juga tanpa mahram pergi ke Kalimantan Selatan untuk melanjutkan sekolah ke salah satu Universitas Islam, di sana aku bertemu dan berkenalan dengan banyak wanita bercadar yang sampai kini menjadi sahabat-sahabat rantauanku. Mereka sahabatku tercinta, tapi aku tidak melupakan sahabat hijrah di kotaku, mereka selalu kudoakan dalam setiap akhir sujudku.
Hari-hari berlalu, aku mulai ikut pengajian di sini. Pengajian yang sama seperti di kotaku dulu. Kudapati kabar, beberapa sahabat hijrahku di sana berpaling arah, mereka kembali ke kebiasaan yang buruk. Seketika aku berdoa, "Ya Allah, Engkau Maha Membolakbalikkan hati manusia, maka teguhkanlah hatiku." Aku takut, mereka yang ilmunya sangat-sangat banyak dariku saja mudah futur, apalagi aku yang tidak ada apa-apanya. Mendengar mereka satu persatu lepas cadar, akupun menangis dalam kesendirian berharap hanya berita hoax. Namun, mereka benar-benar berubah dan benar-benar meninggalkan apa yang selama ini sudah sekuat tenaga mereka pertahankan. Aku pun berusaha untuk sekuat tenaga menahan diri agar tetap istiqomah menjalani semua ini. Walaupun sendirian, tapi telah banyak menemukan banyak sahabat hijrah yang dengan itu bisa saling berbagi cerita hijrah bersama-sama. Dan ternyata, tidak hanya aku yang mendapati perjalanan hijrah sangat sulit, tapi mereka juga. Percayalah "Ada kemudahan setelah kesulitan dan Allah menguji sesuai dengan kemampuan hambanya serta Allah ingin menguji seberapa yakinkah kamu dalam berhijrah." coba perhatikan sebuah poster ini :
Maka saranku, berhijrahlah karena Allah, dimulai dari memperbaiki akhlak dan memperbaiki shalat baru memperbaiki pakaian.
Semoga kita tetap istiqomah dan selalu berada di jalan-Nya, Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ada apa dengan cadarku? (SELESAI)
Короткий рассказSemua berawal dari kisah seorang remaja perempuan bernama amaliya bisa dipanggil "Yaya" yang memulai hijrahnya ditahun 2017, dia adalah remaja yang gemar memposting segala kehidupannya di sosial media. Hingga pada akhirnya, dia bercadar dan meni...