Oleh Elliyana
Setiap manusia itu unik baik pikiran maupun hatinya. Keduanya jika berpadu bisa mengungkapkan perasaan menjadi sebuah tindakan. Mengagumkan sekali. Terkadang saat situasi tertentu, manusia terjebak diantara keduanya dan diharuskan untuk memilih. Sesekali pikiran logis sedang berdebat hebat dengan hati yang menyuarakan kejujuran. Keduanya tak memiliki kesalahan apa pun tetapi keduanya mampu mendeteksi seseorang sedang memiliki masalah atau tidak. Kntong sedang sakit, melakukan kesalahan, kehilangan sesuatu misalnya. Pikiran yang mengendalikan semua itu namun tetap berdiskusi dengan hati. Perpaduan unik bukan?.
Setiap orang yang sedang menghirup nafas memiliki masalah. Entah itu berawal dari cibiran, bully atau nasihat yang tak diinginkan. Beberapa mengesampingkan hal itu namun tidak semua orang mampu mengesampingkannya. Terlebih pIkiran dan hati yang terus menerus berdiskusi menasihati, seringkali termenung atas tindak tanduk yang telah, sedang dan yang akan dilakukan. Kadang respon terhadap kesalahan dan masalah yang emosional mampu mengesampingkan pikiran logis. Ah iya, memang itu tidak masalah namun kita kadang tak memahami kalau masalah membuat kita lebih dewasa.
Lalu, aku bertanya ke diriku sendiri. Berfokus ke masalah, sesunggguhnya ada hal lain yang disebut bahagia. Seperti apakah bahagia itu?. Aku mendefinisikan saat pikiranku bisa bebas seperti burung yang terbang bebas. Kebebasan seperti itulah yang kusebut bahagia. Inilah beberapa kegiatan yang perlu dilakukan.
Memiliki Ketenangan Hati
Pernahkah menjalani kegiatan dan terbelenggu rutinitas?. Terus mencoba memperbaiki sistem kerja dan jadwal namun tetap saja hari-hari terasa begitu saja dan kosong?. Aku pernah, hidup hanya sekedar menjalankan rutinitas bekerja misalnya. Semua yang terjadi terasa sangat berat dan membosankan. aku mencoba mencari sistem di internet. Mencoba menenggelamkan diri ke dunia maya, namun yang terjadi sebaliknya. Hati ini semakin tidak tenang dan produktif pun berkurang. Lalu, apa yang harus dilakukan?. Aku mencoba memperbaiki ketenangan hati. Barangkali disana masih banyak terselip niat-niat yang kurang baik, keihlasan yang setengah-setengah dan hal lain yang belum lurus ke tujuan. Membaca kitab suci, memperbaiki hubungan dengan Allah, berfikir positif misalnya.
Bersyukur atas apa yang dimiliki
Memiliki ketenangan hati dan melakukan apa pun namun masih belum memiliki kepuasan atas posisi yang dimiliki?. Barangkali itu lah yang sering ku alami. Pada akhirnya aku membandingkan diri ini dengan pencapaian yang orang lain. Saat itu terjadi, mulailah pikiran kemana-mana dan ada yang menggerogoti perasaan cinta. Ya, cinta untuk diri sendiri. membahayakan bukan?. Aku tersenyum dan mengajak diriku bercakap sebentar. Memandang sekitar dedaunan hijau, bersepeda atau duduk misalnya. Aku mencoba menegaskan ke diriku atas semua yang Allah berikan untuk hidup ini. Menilik kebelakang, mencoba menghitung segala yang Allah berikan untuk hidupku. Aku tersenyum. Banyak sekali yang harus aku syukuri sampai detik ini. keluarga yang penuh cinta, teman yang baik, kesehatan misalnya. Rasanya tak ada alasan untuk tidak bersyukur tetapi tetap memiliki keiginan untuk menggapai mimpi yang diinginkan.
Memberi ke Sesama
Mencari nafkah untuk diri sendiri saja masih susah kok dibagi-bagi sih?. Mungkin itu salah satu ungkapan perhatian sekitar yang sering terjadi tetapi pernahkah bertanya kalau memberikan sesuatu akan membuat hati bahagia?. Apakah anda merasakan hal yang sama?. Aku juga merasakan itu. Melihat orang lain bahagia, aku pun bahagia. Pemberian itu tak perlu mahal tetapi ada niat yang baik didalamnya. memberikan 1 kg beras, 2 kg minyak, buah atau sayuran yang sedang dipanen sungguh sangat berarti saat tetangga kita sedang kesulitan ekonomi. Kalau belum mampu memberi, minimal menjadi tetangga yang mampu menjadi partner untuk mendengar keluh kesah tetangga lain dengan tujuan tidak untuk menasihati jika tidak diminta. Barangkali pemberian yang seperti itu tak pernah terlihat, namun tetap berusaha dalam porsi kebaikan untuk orang di sekitar kita. Mungkin benar kebaikan akan membuahkan kebaikan yang lain.
Sering-sering self talk
Setiap insan mampu mencintai manusia lain dan lingkungannya tetapi mampukah benar-benar mencintai dirinya sendiri?. Ah iya, ini pun terjadi pada setiap orang. Saat sedang melakukan hal besar dalam hidup –mewujudkan mimpi- misalnya namun masih banyak sekali kendala yang harus dilewati. Tak jarang aku menyalahkan diri sendiri dan mengakatan mengapa tak bisa hanya melakukan hal sederhana bukankah itu mudah sekali?. Mengeluh, akhirnya tak mengenal diri sendiri dan yang lebih parah menjadi musuh sendiri. Seperti itulah yang sedang terjadi dan kita pun berhak untuk memilih. Memilih membiarkan itu terjadi berlarut-larut atau merangkulnya menjadi sahabat. Lalu bagaimanakah caranya?. Sesekali sediakan waktu untuk menepi. Ya, menepi dari segala kebisingan yang terjadi di dunia ini. Mendengar dan memahami keinginan hati mau kemana dan bagaimana caranya. Awalnya akan terdengar biasa namun efek yang ditimbulkan akan lebih luar biasa. Tak lupa selain berbicara dengan diri sendiri, evaluasi juga apresiasi. Mungkin akan terdengar asing namun membelikan barang yang diinginkan setelah kerja keras menyelesaikan tugas, jalan-jalan, tidur adalah bentuk apresiasi sederhana yang bisa dilakukan untuk diri sendiri. Selamat mencoba.
YOU ARE READING
Menjadi Bahagia
Non-FictionBagaimana kalau kamu berhenti sejenak dan mencaritahu apa bahagia yang sesungguhnya di sini? Selami dirimu sendiri dan dapatkan hati yang baru setelahnya. Buku ini adalah karya anggota kelas menulis BukuKita pada minggu pertama di bulan Desember 201...