[Edisi Revisi 06.12.19]
Ramai. Itulah suasana yang tertangkap di penglihatan Sandra saat ia sampai di depan ruang rawat inap Bima. Ya, laki-laki itu telah dipindahkan ke ruang rawat inap setelah dua hari harus bertahan di ruang ICU.
Gadis itu baru sampai setelah tadi sempat bertemu dengan Hendra dan diajak mengobrol oleh dokter muda itu. Dan saat ia melangkah memasuki ruangan tersebut, seketika semua orang yang berada di sana langsung menatap ke arahnya.
Di dalam ruangan tersebut ada kedua orangtua Bima, Alsya, dan dua sahabat laki-laki tersebut.
Melihat kedatangan Sandra, Aldi yang berada di dekat Bima langsung menyenggol lengan laki-laki yang masih terbaring itu sambil menunjuk Sandra dengan dagunya juga alis yang ia gerakkan naik turun juga dengan senyuman penuh arti yang terbit di bibir laki-laki itu. Bermaksud menggoda Bima. Hal serupa juga dilakukan oleh Dimas. Sementara itu Ana dan Lutfi hanya bisa menggelengkan kepala mereka.
"Bun, keluar yuk. Temenin Ayah nyari makan." ucapan Lutfi membuat semua orang menoleh padanya. Namun tak lama istrinya tampak menyetujui ajakan tersebut.
"Iya. Alsya juga belum makan kok Yah, sekalian ya." Ana menyetujui karena ia merasa jika suaminya itu mengajaknya keluar semata-mata hanya untuk memberikan kebebasan bagi teman-teman anaknya untuk mengobrol. Apalagi setelah kehadiran Sandra.
"Abi, kita keluar dulu ya sayang." Ana kembali berkata dan mendapat anggukkan kepala Bima.
Pasutri itu kemudian melangkah meninggalkan para remaja yang masih terdiam sedari tadi.
Tak lama berselang, suara azan asar terdengar samar, mungkin dari masjid yang tak jauh dari rumah sakit. Aldi yang mendengar suara tersebut langsung menyenggol lengan kiri Dimas dengan mata yang mengarah pada Bima dan Sandra bergantian.
Dimas yang seakan mengerti langsung membalasnya dengan senyuman.
"Bim, gue sama Aldi mau ke mushola bentar ya. Mau sholat dulu, entar balik ke sini lagi kok." ucap Dimas. Masih dengan senyum penuh arti di wajahnya.
"Tom, lo jagain temen gue bentar ya. Mau lo apa-apain juga boleh kok. Lo peluk, lo cium, lo cakar-cakar juga boleh." ucap Aldi disertai tawanya bersama Dimas yang langsung membuat Bima melebarkan matanya.
"Kita cabut dulu ye. Bye!" Aldi langsung berlari diikuti Dimas di belakangnya meninggalkan ruang rawat Bima saat melihat laki-laki yang masih terbaring itu siap untuk melayangkan ucapan protes padanya.
Bima menghembuskan nafas kasar. Kesal dengan ucapan Aldi tadi.
Hening. Dua remaja yang berada di dalam ruangan tersebut sama-sama diam. Sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sandra yang seolah menyibukkan dirinya dengan bermain game pada ponselnya, juga Bima yang sedang menatap wajah gadis yang duduk di samping ranjangnya.
Lima menit bertahan dalam keadaan hening, Sandra akhirnya mengangkat kepalanya dan mengedarkan pandangan setelah ia melihat kata game over pada layar ponselnya. Namun ia langsung terkejut saat menyadari jika hanya tinggal ia dan Bima yang berada di dalam ruangan tersebut.
Ia jadi berfikir, apakah dirinya terlalu sibuk dengan gamenya hingga tak menyadari jika semua orang telah keluar? Atau mereka memang sengaja meninggalkan dirinya bersama Bima di dalam ruangan tersebut.
Mereka semua kapan keluarnya sih? Atau emang sengaja ninggalin gue berdua sama Bima doang? Helaan nafas keluar dari mulut Sandra. Memikirkan kapan orang-orang yang tadi berada di dalam ruangan ini keluar.
Gadis itu berdiri, memilih untuk keluar ruangan daripada harus berdua dengan laki-laki yang masih terbaring dan juga terus menatapnya itu. Jujur Sandra merasa gugup sekaligus malu karena ditatap sedemikian intens oleh seorang Abimanyu Pratama yang kini telah mendapat tempat istimewa di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANYU✔️
Fiksi RemajaSebuah kisah antara gadis tomboy yang jatuh cinta pada seorang laki-laki tetangga kelasnya. Cerewet, tidak bisa diam, galak, menyebalkan, pelit. Itulah beberapa sifat yang melekat pada diri Sandra. Namun ia justru merasakan apa itu cinta pada seora...