.
.
.Sejak kejadian Forth jatuh dari motor dua hari lalu, otomatis ia libur motoran dulu. Ke mana-mana ikut mobil Beam. Namanya Forth yang sudah tahu motor sejak SMP, tidak mengendarai motor membuatnya agak pening. Seperti orang mabuk darat. Jatuhnya uring-uringan.
"Ya mungkin... emang udah nggak dibolehin naik motor." Tanggapan Beam waktu Forth cerita.
"Kok gitu?" jelas Forth tidak terima.
"Coba diitung, udah berapa kali itu motor kena masalah."
Forth diam. Menghitung, sebenarnya. Motor yang sudah jadi sohib sejak ia kelas 2 SMA itu memang bukan mulus-mulus saja hidupnya. Jangankan rusak gara-gara jatuh, pernah bahkan nyaris dibakar waktu tawuran dulu.
"Tapi kan itu motorku sendiri..." Forth tidak bohong. Ia niat setengah mati membeli motor itu waktu SMA, menabung lalu kekurangannya ditambahi pemberian ibunya, hasil merengek sebulan tanpa henti. Belum lagi aksesoris dan modifikasi, semua dia yang design, lalu dipasang di bengkel langganan.
"Nggak sekalian dikasih nama, itu motor?" tanya Beam. Ia sedang menunggu kertas keluar dari printer, sebenarnya. Tapi dari tadi Forth mengeluh bahwa masih harus menunggu 2 hari lagi sebelum motornya beres.
"Kasih nama? Seriusan nih?"
"I mean... You treat it like a baby." Beam tidak melebih-lebihkan. Tanyakan semua orang di kampus, selain dirinya, apalagi yang diperlakukan Forth dengan penuh kasih sayang, jika bukan motornya.
Forth tersenyum sambil geleng-geleng.
"Ya kalo dipikir, lu sama motor itu udah hampir 5 tahun." Ucap Beam, matanya mencari clip paper untuk menyatukan hasil printnya.
"Sorry babe, don't be mad. But you sound so...jealous?"
Beam otomatis menoleh, menatap Forth tidak percaya "Jealous? Over your motorbike?"
Forth mengangguk "Ya...sound so." Bukannya takut Beam marah, ia nyengir tidak jelas "Padahal kamu dan motorku ya sama..."
"Sama apaan..." Beam menanggapi malas.
"Sama-sama dinaikin."
Beam kesal betulan, ia menarik tangan Forth yang masih dibebat (tipis) lalu menggigitnya.
"Sakit... sakit! Beam!" Forth menarik tangannya "Kalo mau gigit, yang lain aja..."
"Sumpah, lama-lama gue lempar lu dari jendela..." Beam menggeleng, kali ini pasrah. Pacarnya memang menyebalkan.
.
.
.
Seminggu setelahnya...Waktu itu Beam menginap di condo Forth. Pagi hari, setelah selesai jogging, tiba-tiba Forth keluar condo saat menerima telpon. Mencurigakan, tapi Beam memilih menghabiskan sarapan
Tidak lama, Forth kembali, mencari-cari sesuatu dari lemari. "Beam, ikut turun yuk."
"Ngapain?"
"Ketemu orang, yuk..."
Beam tidak menolak. Ia mengekor Forth di belakang. Mungkin Forth tahu, telpon tadi membuatnya penasaran, pikirnya.
Sampai di parkiran condo, ada seorang pria sedang meneliti motor Forth yang baru balik 2 hari lalu. Pria berkaos hitam itu terlihat serius bahkan sampai berjongkok melihat dalam motor itu.
"Garansi 3 bulan P'. Kalo sampe ada masalah, gue sendiri yang handle." Ucap Forth, menyerahkan kunci.
"Tapi emang motor lu keliatan terawat sih."
"Atau mau dibawa ke bengkel resmi dulu?"
Pria itu menggeleng "It's okay. Yang penting gue bawa balik dulu ini. Gue langsung bayar nih." Ia mengeluarkan ponsel, transfer
Dan transaksi itu selesai setelah Forth menyerahkan surat kepemilikan.
Beam sama sekali tidak ikut nimbrung kejadian di parkiran tadi. Terlalu bingung, tapi ia tidak bertanya sampai mereka kembali ke kamar Forth.
"Lu jual motor?"
Forth menoleh "Iya, ini udah dibayar full." Menunjukkan layar ponsel m-bankingnya.
"Kenapa dijual?" Beam duduk di samping Forth.
"Kan kamu nggak suka katanya. Ya udah..." Jawab Forth santai saja.
Beam menatap Forth tidak percaya. Ucapan Ketua Jurusan itu terdengar tidak masuk akal "But you love it..."
Forth menaruh ponsel di meja, lalu merangkul pacarnya "And I love you." Dicium sekilas bibir Beam "Kamu kayak nyuruh aku milih kemaren itu..."
"Well i did not..."
"Seolah Beam... Terus aku mikir kalo emang bikin kamu khawatir, ya jual aja sekalian."
"Tapi gue nggak ada masalah sama motor lu...
"Dan aku juga nggak ada masalah... Karena aku kalo emang harus milih, aku bakal tetep milih kamu, yang bisa sayang aku balik..."
Beam berdecak. Sebenarnya ia merasa bersalah, walau jelas semua terjadi di luar pengetahuannya.
"Duit aku lagi banyak nih..." Rangkulan Forth semakin erat. Ia mencium pelipis Beam kemudian turun, ke pipi, hidung bibir...
"Ya terus?" Beam tertawa di sela cium.
"Pengin manjain kamu..." ucap Forth. Sementara tangannya menyusup ke dalam kaos yang belum kering keringatnya itu.
"Gue belum mandi loh..." Beam yang saat ini sudah rebah di sofa, mengingatkan.
"Aku juga kan." Forth menunduk, dicium lagi pacarnya. Kali ini bagian leher...
.
.
.
.
End
.
.
.
Ini sebenernya lebih cocok masuk
Call It Comehow, tapi berhubung banyak konten dari sosmed mereka, dan series ini baru 3 isi,
jadi masuk sini
.
Baca juga judul lain ya
- Stanger
- The Visitor
Walo onshoot, masih fresh itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Bazaar || Forthbeam
FanfictionBehind The Scene Of Paveldome real event. But in 2moons2 universe... . . .