Matahari telah kembali pada peraduannya. Pertanda jika hari mulai malam. Setelah prosesi ijab kabul selesai, Luna langsung masuk kekamarnya yang ada dilantai dua sedangkan Alif masih menerima tamu yang masih menyapa beberapa kawannya dibawah. Cukup ramai, hingga acara baru selesai ba'da Isya tadi.
Mungkin untuk malam ini,mereka menginap dulu dirumah Luna.
Rencananya, besok pagi Alif akan langsung membawa Luna kerumah barunya yang sekitar dua bulan lalu finish dari hasil jerih payahnya sendiri.Alana belum ditemukan. Rudi dan beberapa anak buahnya sedang mencarinya saat ini, sedangkan Rania dan Umi Aisyah beserta yang lainnya membereskan dapur.
Sungguh Luna tak percaya dirinya disatukan dengan pria yang ia pinta pada Sang Khaliq. Gadis itu masih tak percaya dengan semua hal yang telah terjadi hari ini.
Iya, diam-diam Luna mendoakan Alif.
Ceklek
Pintu kamar terbuka menampakan pria berpostur tubuh tinggi dengan wajah yang teduh memasuki kamar.
Alif mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang seraya melepas sepatunya.
Suasana dikamar sangatlah canggung. Tidak seperti biasa, Luna yang selalu cerewet menjadi diam seribu bahasa.
Sedangkan Alif, pria itu setia dengan wajah datarnya. Jangankan membuka suara, menatap Luna saja rasanya enggan."Emm... Bapak mau makan atau mandi dulu?"tanya Luna membuka pembicaraan.
"Mandi."balas Alif singkat.
"Kalau gitu, Luna siapkan air hangat dulu untuk Pak Alif mandi."
"Tidak usah!"tolak Alif pelan.
"Tapi--"
"Saya bilang tidak usah ya tidak usah!"
Luna sedikit terhenyak mendengar
Nada bicara Alif yang menurutnya sedikit kasar.
Gadis itu menghembuskan nafas kasar .Ia harus sabar. Mungkin memang seperti itulah sifat Alif dan ia harus belajar menerimanya."Kalau gitu Luna permisi kebelakang dulu buat nyiapin makan malam."
"Hm."
Gadis itu beeinisiatif untuk membantu mama dan mertuanya didapur.
"Eh eh...Kamu mau ngapain?"cegah Umi Aisyah saat Luna mengambil alih pisau dari tangan Rania.
"Bantuin umi sama Mama,"jawab Luna seadanya.
"Ck...udah nggak usah. Mama tau Luna capek! mending kamu istirahat dikamar sambil nemenin Alif, nanti kalau udah selesai Mama panggil kalian."sahut Rania.
"Luna gak capek kok Ma, lagian dikamar Luna gak ngapa-ngapain juga."
"Emangnya Luna mau ngapain?"goda Umi Aisyah sambil mengedipkan sebelah mata.
"Mau bikinin kita cucu kali,"kata Rania menaik turunkan alisnya.
Perkataan kedua wanita itu sukses membuat pipi Luna merah padam bak kepiting rebus. Ia benar-benar malu.
"Umi... Mamaa..."rengeknya.
"Bercanda sayang. Kamu keatas gih temuin suamimu barangkali dia butuh bantuan,"ucap Rania dengan nada perintah.
"Dianya lagi mandi Ma. Lagian Luna udah lama nggak bantu Mama masak."
"Emangnya pernah bantu?" Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Iya... iya pengantin baru,"balas Rania menjawil hidung mancung Luna.
Tak membutuhkan waktu lama, semua makanan telah tersaji dimeja makan. Luna tersenyum bangga. Akhirnya ia bisa juga memasak makanan untuk Alif.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alone in Love (Revisi)
Spiritualkisah seorang gadis troublemaker yang tak selalu mulus jalannya.Caci maki adalah makanan sehari harinya.Siapa sangka,gadis yang diluar selalu terlihat ceria dan bertindak seenaknya...ternyata menyimpan beribu luka. Tentang cinta?Tak sedikit pria yan...