Taehyung berjalan melewati jalan setapak dengan pepohonan yang menaunginya dari terik matahari siang. Di tangannya bergelayut keranjang dari anyaman bambu. Topi lebar menghiasi kepalanya, bintik-bintik peluh mengalir di wajahnya. Ia lelah, gerah, tapi hal itu tak mengurangi senyum khasnya yang melebar.
Ia memasuki gerbang pagar dari kayu yang dicat cokelat. Roda gerbang pagar berdecit saat ia menggesernya agar terbuka. Lengannya menarik kembali pegangan pada pintu gerbang pagar yang membuat celah masuk sebelumnya. Menutup gerbang yang cukup besar itu.
Salakan riang seekor anjing menyambutnya begitu ia mendekat ke salah satu petakan green house yang ada di dalam gerbang pagar. Taehyung menoleh, mendapati Monnie mendekat sambil menggoyang ekor dengan semangat. Refleks Taehyung berjongkok dan membelai kepala Monnie yang kini menjilatinya.
“Monnie-ya, sudah lama? Mana Namjoon-hyeong?”
Monnie menyalak lebih keras sembari berputar-putar, kepalanya dijulurkan ke suatu arah, lalu kembali berputar dan menyalak riang. Seolah ingin Taehyung tahu, ia mengerti pertanyaan pemuda itu dan menunjukkan tempat Namjoon berada. Taehyung tersenyum lebar hingga membentuk persegi dengan senyumnya, dielusnya bulu Monnie dari kepala sampai punggung dan menepuk-nepuknya sayang.
“Baiklah anjing pintar, tunjukkan jalannya!”
Monnie segera berlari sambil menyalak keras. Ia berhenti setelah beberapa meter, menoleh untuk memastikan Taehyung mengikutinya, membuat Taehyung terkekeh melihat tingkah anjing kesayangan kakaknya itu. Digerakkan dagunya maju, memberi isyarat agar Monnie melanjutkan perjalanan. Monnie segera berlari kembali. Monnie berhenti di salah satu green house yang terletak paling belakang dari kompleks green house tersebut. Menyalak riang di depan pintunya sambil berputar. Taehyung segera menyusulnya.
Dielusnya kembali kepala Monnie dengan sayang. Matanya melirik pada papan informasi yang berada di samping pintu. Di sana terpajang informasi seperti jenis tanaman yang berada di dalam green house, daftar jadwal pemupukan, pergantian media, penyiraman, bahkan masa panen. Taehyung masih larut dalam pikirannya sendiri ketika pintu green house terbuka memunculkan sosok sang kakak.
“Lho, Taehyung? Bukannya hari ini kamu seharusnya mengambil bunga peony yang siap potong?”
Taehyung tersentak sambil memegangi dadanya. “Aduh, Hyeong! Jangan bikin kaget dong!”
Mimik terkejut Taehyung sangat lucu hingga membuat Namjoon menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa. Aduh adiknya ini. “Harusnya aku yang bilang begitu. Kamu kok di sini? Green house peony kan ada di sebelah sana.”
Bibir Taehyung otomatis mengerucut. “Habisnya tadi Monnie yang ajak aku kemari.”
Namjoon menggelengkan kepala. “Dasar kamu ini. Ya sudah, aku bantu buat memotong bunga-bunga peonynya. Ayo! Pasti Appa dapat pesanan dari toko bunganya Seokjin-hyeong. Kita harus bergegas!”
Namjoon bergegas menuju green house yang digunakan untuk menanam peony. Mereka mendapatkan pesanan khusus dari beberapa toko bunga, termasuk salah satunya adalah toko bunga milik Seokjin, tunangan Namjoon. Taehyung mengekor di belakang Namjoon bersama dengan Monnie yang masih bersemangat. Tiba di dalam green house, Namjoon menuju ke rak perkakas, membawa ember dan gunting potong khusus. Taehyung juga segera mengambil peralatannya dan juga ikut mengenakan sarung tangan seperti yang Namjoon lakukan. Begitu berbalik menghadap hamparan bunga, mereka menuju ke petak di mana peony siap panen berada.
Di dalam green house ini keluarga mereka menanam krisan, peony, gerbera dan daisy dalam petak-petak yang tersedia. Sistem pengairan otomatis disetel agar menyiram tanaman-tanaman tersebut dengan air sehingga kelembapan media tanam dan ruangan pun terjaga. Menyediakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Petal Of Peony
RomanceTaehyung bagaikan mahkota bunga terakhir yang menemu masanya. BTS Fanfiction, MinV/VMin