SHEILA
Aku baru saja sampai di lobby gedung kantorku ketika mobil Tama menepi di depan. Aku mempercepat langkahku bergegas menuju ke mobilnya.
"Pelan-pelan aja, sayang, kamu pake heels lho itu...," ucap Tama ketika aku membuka pintu mobilnya. Aku tersenyum sambil masih mengatur nafas yang ngos-ngosan karena terburu-buru.
"Udah? Mau minum dulu nggak? Kayaknya masih ada air mineral deh di pintu kamu," ucap Tama lagi.
"Nggak usah, Tam... minum aku masih ada di tas, yuk jalan aja...," jawabku sambil memasang seat belt.
Tama tersenyum sekilas melihatku, lalu mengemudikan mobilnya keluar dari kantorku.
"Sibuk ya di kantor? Kamu kayaknya capek banget...," tanya Tama lagi.
"Eng... enggak sih, cuma tadi habis interview 10 kandidat... dan usernya agak picky gitu... jadi dari 10 orang tadi, cuma ada dua orang, kamu bayangin deh, dua orang aja yang cocok, terus user-nya minta cari pembanding lagi. Padahal stok kandidat aku udah menipis banget...," ceritaku sambil memijat pelipisku
Tama tertawa pelan lalu mengusap puncak kepalaku, "Tapi kamu kayaknya lebih sering senangnya deh kalau udah urusan recruitment atau job fair gitu?"
"True... aku senang aja, apalagi kalau yang aku wawancara itu fresh graduate. Kadang banyak cerita-cerita menarik dari mereka, yang mungkin aku sendiri nggak sanggup ngelakuinnya. Misalnya kayak tadi, ada kandidat yang baru lulus, tapi dia lagi merintis usaha toko kopi kecil-kecilan. Yaa mungkin modalnya sih masih dari orang tua, tapi kan tetep aja keren menurut aku sih...," tuturku lagi.
"Tuh kan... kamu kalau udah ngomongin kerjaan kamu, pasti matanya berbinar-binar gitu, padahal kondisinya lagi capek...," ujar Tama sambil tertawa pelan, "anyway, jadi kita mau delivery aja di apartemen atau makan di luar?"
Belum sempat menjawab Tama, kudengar nada dering ponselku dari dalam tas. Kukeluarkan ponselku dan menemukan nama Chika terpampang di layar.
"Chika, Tam, sebentar ya...," sempat kulihat Tama mengangguk pelan.
"Kenapa, Chika...? Hah? Terus sekarang kamu di mana? Yaudah iya Mbak ke sana ya...,"
TAMA
Gue mendengar nada panik saat Sheila menjawab telepon dari Chika, "Something happened?" tanya gue hati-hati.
"Aduh, Tam, sorry, kamu udah laper banget belum? Aku harus jemput Chika dulu di kampusnya. Dia pusing sama sakit perut banget katanya. Anak itu... udah lewat maghrib gini masih aja di kampus...," ucap Sheila sambil menatap gue dengan tatapan khawatir.
"Belum kok, yaudah kita ke kampusnya Chika sekarang ya... kamu minum dulu deh biar tenangan dikit...," ujar gue sambil memutar balik mobil. Sheila pernah cerita kalau Chika kuliah di Universitas Harapan Bangsa, dan itu tidak jauh dari sini.
***
"Kalau kamu mau nunggu di mobil aja nggak papa, kok, Tam, aku cari Chika dulu ya...," ucap Sheila ketika gue sedang memarkirkan mobil di sebrang gedung Fakultas Seni Rupa dan Desain. Gue menahan tangan Sheila yang sedang membuka seat beltnya.
"Sheil...," gue menghela nafas pelan, memberi jeda, "tenang dulu... aku temenin kamu ya...," ucap gue berusaha menenangkan. Sheila menatap gue sesaat dan mengangguk pelan.
Kami menemukan Chika terduduk lemas di salah satu kursi di selasar gedung B. Ia bersama beberapa orang temannya, "Chika!" seru Sheila sambil bergegas menghampiri adiknya.
"Mbaak... aku pusing banget..., perutnya juga sakit banget nggak kuat...," keluh Chika sambil memejamkan matanya.
Sheila menyentuh kening Chika sesaat dan menyeka keringat Chika dengan tissue, "Kamu lagi halangan ya?" tanya Sheila yang dijawab dengan anggukan pelan Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Futsal Love [Completed]
RomanceSheila Naladhipa Prameswari (25) Si anak tengah yang tangguh dan independen. Jantung hati yang menerangi keluarga Wiraatmaja. A recruiter and a futsal freak. Narendra Arkatama Daniswara (29) Si bungsu kesayangan yang juga pelindung bagi saudaranya...