Perasaan ragu berhak ada. Tapi bukan berarti menghalangi langkahku menuju kamu.
~Happy reading~
Azka menyilangkan kedua kakinya. Memangku laptop lalu kembali fokus pada pekerjaannya.Hari ini ia tidak ke kantor. Azka lebih memilih mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Bukan malas, azka hanya bosan terus berada berjam jam didalam ruangan yang serasa mengurungnya. Azka sekali kali ingin berfikir di tempat yang lebih bebas. Walaupun fokusnya bisa saja terganggu.
Ruang tamu menjadi tempat azka sekarang berfokus. Beruntung ruangan itu sepi. Azka jadi bisa mengerjakan pekerjaan kantor dengan tenang.
Traaang
Suara benda jatuh terdengar dari arah dapur. Azka menoleh namun hanya sedetik. Tadi ia meminta tolong pada kakaknya agar dibuatkan makanan. Fara awalnya menolak, dengan alasan sangat lelah dan tidak ingin diganggu. Kakaknya itu sedang libur, tidak ada jadwal. Dan karena kedua orang tuanya sedang menginap di rumah sang nenek, azka lebih memilih menyuruh kakaknya ketimbang membeli makanan.
Lagipula, bahan makanan dikulkas sangat lengkap. Akan sangat sia sia jika ia hanya memesan makanan dari luar.
Azka mengalihkan tatapannya dari laptop, meraih ponselnya yang ia taruh tepat disamping ia duduk. Nama sekertarisnya terpampang jelas disana, azka mengangkat panggilan itu.
"Kenapa, ta?"tanyanya dengan handphnoe yang terjepit diantara bahu dan telinga. Sementara tangannya sudah kembali menari nari diatas laptop.
"Begini pak, maaf sebelumnya kalau saya menganggu waktu bapak, saya mau menyampaikan kalau rapat hari ini dimulai jam 1 siang, pak."
Azka berdehem. "Lalu?"
"Hah? Eh anu pak, gimana ya pak? Eh, maksud saya, bapak bisa hadir untuk rapat hari ini? Ohiya pak, klien juga ada yang ingin bertemu dengan bapak jam 4 sore nanti."
Azka diam. Ia terlalu fokus dengan laptopnya. Sampai octa yang berada disebrang sana menjadi bingung. Apa pak azka masih mendengarnya?
"Hallo, pak?"
"Ta, tolong kamu handle semua urusan kantor. Saya tidak bisa kesana."sahut azka.
"Baik, pak."
Sambungan terputus. Azka meletakkan handphone juga laptop diatas meja. Ia menyandarkan tubuhnya sembari mengusap wajahnya gusar. Azka tidak tahu apa yang menjadi beban dalam pikirannya. Ia tidak bisa fokus bekerja.
Hatinya gelisah.
Pikirannya melayang entah kemana.
Perutnya lapar.
Azka..
Azka rindu. Sudah itu saja.
Dengan siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
Teen FictionGanti judul. Flusso D'amor ➡ shaka Munafik jika tasya mengatakan tidak ada perasaan pada cowok itu. Nyatanya, setiap berada didekat cowok itu, tasya selalu berdebar. Menahan sesak ketika berhadapan langsung dengannya. Tasya tidak akan berbohong tent...