Prolog
Usai melihat hal yang tidak biasa kami segera pulang untuk memberitahu yang lain tentang apa yang baru saja kami lihat, cukup mengejutkan bahwa ada orang yang berani memberi kami ancaman seolah ingin membuat kami mati ditangannya.
“Cih jika saja aku membawa persenjataan maka akan kukejar makhluk tidak jelas itu.” Ucap Lia.
“Meskipun kau membawa persenjataan cukup berisiko jika langsung maju tanpa membuat rencana.” Ucapku.
“Mungkin kau ada benarnya, baik Jeamiy kita harus segera pulang dan memberi tahu yang lain.’ Ucap Lia.
“Aku punya firasat kalau lawan kita akan cukup merepotkan.” Ucapku.
Aku punya firasat kalau perkara yang satu ini akan merepotkan, semoga saja apa yang aku pikirkan tidak menjadi kenyataan.
Ketika sampai dirumah ada sebuah pemandangan yang membuat Lia terdiam sesaat, aku hanya menepuk dahi karena melihat pemandangan tidak biasa itu.
Teo sedang duduk diatas tubuh Rika dengan tangan kirinya menarik kerah baju Rika sementara tangan kanannya mengepal dan bersiap memukul, Rika juga melakukan hal yang sama dengan menarik kerah baju Teo dan bersiap memukul.
“Lebih baik kau menyingkir dari atas tubuhku sebelum aku memukul wajahmu!” Ucap Rika.
“Jika kau memukul aku tinggal membalas pukulanmu.” Ucap Teo.
“Astaga.” Ucapku sembari menggelengkan kepala.
“Hei kalian sedang apa?” Tanya Lia.
Rika dan Teo langsung menoleh ketika mendengar suara Lia yang tengah bertanya, namun mereka tak kunjung merubah posisi dan hanya terdiam.
“Apa yang sebenarnya sedang kalian lakukan?” Tanyaku.
“Aku ingin memukul bocah kurang ajar ini.” Ucap Teo.
“Aku ingin memukul wajah berandal ini.” Ucap Rika.
“Dimana Fani?” Tanyaku.
“Yang benar saja, Fani pingsan hanya dengan satu pukulan nyasar dari Teo.” Ucap Lia.
Orang yang aku percaya untuk menjaga dua sejoli ini terlihat terkapar pingsan setelah sebelumnya terkena pukulan nyasar dari Teo, aku tak percaya kalau Fani dapat pingsan semudah itu.
Aku memerintahkan mereka untuk segera bangun karena ada yang ingin kami bahas.
“Sudahlah, segera berkumpul karena ada yang ingin kami sampaikan, tolong salah satu dari kalian bangunkan Fani!” Ucapku.
“Baik aku saja yang membangunkan Fani.” Ucap Teo.
“Hei Fani bangunlah!” Ucap Teo.
“Oh Teo ya, apa sudah pagi?” Tanya Fani.
“Belum ini masih malam, ayo bangunlah karena ada yang ingin disampaikan Jeamiy, sebelumnya maaf karena tak sengaja memukulmu.” Ucap Teo.
“Tidak apa-apa Teo.” Ucap Fani sembari tersenyum.
Setelah semua berkumpul aku bersiap untuk memberitahukan kabar yang cukup mengejutkan ini, Rika dan Teo nampak masih saling melirik dengan tatapan tajam tapi setidaknya mereka bisa diam.
“Ada yang ingin aku sampaikan kepada kalian, saat aku dan Lia sedang berjalan-jalan di sekitar taman kami mendengar sebuah teriakan dan ketika kami mencari sumber suaranya, kami menemukan seorang warga sipil yang tewas dengan tubuh terpotong menjadi dua.” Ucapku.
“Lagi-lagi korban meninggal dengan cara yang tragis.” Ucap Fani dengan raut wajah sedih.
“Oke itu pasti chimera lagi, ayo berangkat aku ingin belum puas meledakkan tubuhnya.” Ucap Rika.
“Tunggu Rika, aku rasa ini bukan ulah chimera, ditempat kejadian kami menemukan sebuah bekas seperti goresan pedang dan kami juga beberapa kali diserang oleh pisau angin yang entah datang dari mana.” Ucap Lia.
“Apa kalian terluka?” Tanya Fani.
“Kami baik-baik Fani, aku hanya terkena sedikit luka gores.” Ucapku.
“Pisau angin?” Tanya Rika.
“Itu salah satu teknik dari ilmu Aerokinesis yang dapat mengendalikan angin, dari yang aku tahu jika penggunanya cukup berpengalaman maka pisau itu dapat memotong hampir apa saja.” Ucap Teo.
“Oh begitu ya aku mengerti, ternyata kau juga tahu Teo padahal aku kira otakmu tidak ada isinya sama sekali.” Ucap Rika.
“Bocah sialan.” Ucap Teo dengan wajah geram.
Lagi-lagi mereka saling mengejek satu sama lain, tapi tidak apa selama mereka tetap diam dan mendengarkan.
“Apa kalian menemukan petunjuk lain?” Tanya Fani.
“Tidak, tapi kami melihat sebuah bayangan siluet yang memperlihatkan sesosok makhluk dengan tubuh seukuran dengan Rika namun memiliki tangan yang cukup besar dan dia juga memberi kami ancaman seolah sedang menantang kami, dari postur tubuhnya makhluk itu terlihat seperti seorang gadis.” Ucapku.
“Oh jadi makhluk itu seorang perempuan dengan tubuh pendek seperti Rika ya.” Ucap Teo.
“Sekali lagi kau menyinggung tentang tinggi badan akan aku hajar kau.” Ucap Rika dengan wajah geram.
“jadi kesimpulannya adalah ada dua kemungkinan yang akan menjadi target kita, pertama adalah makhluk yang tidak kita ketahui dan dapat memanipulasi angin, kedua seorang manusia pengguna Aerokinesis.” Ucap Lia.
“Itu hal yang ingin kami beritahukan.” Ucapku.
“Angin yang dapat memotong hampir apa saja ya, kurasa lawan kita yang satu ini akan cukup berbahaya.” Ucap Fani.
“Tapi sebesar apapun bahaya yang diberikan makhluk itu kita pasti dapat mengalahkannya kan?” Tanya Teo.
“Yah itu benar, kita pasti dapat menemukan dan menghadapi makhluk itu.” Ucap.
“Apalagi kita sudah mendapat satu anggota baru jadi mungkin ini akan lebih mudah.” Ucap Fani.
“Semuanya tolong dengarkan, misi kali ini hanya akan dilakukan oleh tim dua orang yaitu hanya aku dan Lia.” Ucapku.
“Eh?” Ucap Lia kaget.
“APA.....!!!” Teriak Rika, Teo, dan Fani.
Mereka semua langsung berteriak terkejut karena aku mengatakan bahwa misi kali ini hanya akan dilakukan oleh tim dua orang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
ActionJudul. : PANDORA Genre. : Action, horor, Supranatural, Gore, Fantasy Sinopsis Indexsia, sebuah negara yang dimata dunia dikenal sebagai negara yang indah dan damai dengan keanekaragaman budaya dan suku yang ada, namun pa...