"Lea?" Aku meraba selimut yang menutupi seluruh badan, menyibak ke sembarang tempat . Dan mencoba menghidupkan lampu apartemen di meja tempatku meletakan kaos juga celana.
Seketika ruangan terang, menyisakan ngilu pada mata. Saat itu juga kukucek perlahan. Kudapati Alea terbaring dengan posisi miring. Syukurlah, dia masih memakai pakaian lengkap. Lalu dengan sedikit gusar, kuraih celana dan juga kaosku untuk segera memakainya.
Aku berdiri, kulihat ada noda kental berwarna putih menempel di selimut. Noda itu berceceran dibarengi dengan adanya tisu basah yang telah terpakai.
Perasaanku campur aduk, ada nada khawatir ada juga takut. Seketika keringat dingin membasahi punggung dan juga wajahku.
Dalam kepanikan segera saja kubangunkan gadis cantik itu.
Aku sedikit membelainya pelan.
"Lea?" kubisikan panggilan itu ke telinga. Berharap tidak terlalu mengganggu tidurnya yang sangat pulas.
"Lea ... aku minta maaf!" suaraku mulai agak sengau, begitu banyak tekanan yang ada dipikiranku membuat tangan gemetar.
Setelah dua kali tak ada jawaban, aku menjauhi Alea menuju kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur. Mencuci muka dan sesekali melihat wajahku sendiri.
'Aku adalah laki-laki brengsek' ucapku dalam hati.
Aku berdiri lama sekali menghadap cermin, meratapi nasib yang kubuat. Perlahan takdir pun terbuka karena salahku sendiri. Saat itu juga aku tidak bisa menahan air mata, mengumpat pada diri hina ini betapa bodohnya aku jadi laki-laki.
Aku kembali ke kamar, tentu bukan untuk tidur di ranjang kembali. Ada sofa panjang di dekat jendela, dan kubaringkan tubuh ini miring. Menatap Alea, menanyakan pada diri ini kembali.
Apakah Alea merasakan sakit sementara aku menikmatinya?
*********
Pagi hari, aku segera berbenah pergi, namun baru beberapa langkah terdengar bunyi bel ditekan berkali-kali. Aku ragu untuk membuka pintu tetapi suarau bel tetap saja berbunyi.
"Dave?"
Dia melangkah tanpa menghiraukanku yang mematung. Memberiku senyuman klise yang entah mempunyai makna apa.
Aku kembali menutup pintu, dan kudapati Dave sedang menyiapkan roti tawar dengan selai strawberry yang dia bawa tadi.
Terlihat dia menyiapkan tanpa melihatku membuka kaos untuk segera mandi.
"Alea ada di mana?"
Suara kerasnya mengagetkanku ketika kuusap rambut basah oleh busa shampoo. Dengan sigap aku segera mengambil handuk. Sialan! Kenapa pintu kamar mandi bisa terbuka?
"Dia masih tidur!" teriakku sambil mengumpat betapa beraninya Dave menelaah masuk tanpa permisi.
Aku yang sudah kesal sepagi ini, buru-buru mencari baju pengganti di kamar Alea. Sepertinya dia kelelahan sampai-sampai tak mendengar suara lemari kututup paksa.
"Apa kau butuh baju?"
Suara Dave lagi!
Dia setengah berbisik sembari mengajakku keluar. Aku mengikutinya.
"Kau sangat perhatian dengan Alea, Dave?" aku mencoba mengajaknya bicara, namun Dave tidak segera menjawab.
"Pergilah! Aku yang akan menjaganya saat ini."
Dammm!
Aku mulai tidak nyaman, segera saja kulangkahkan kakiku keluar dari apartemen Alea.
*****
Siapa Dave?
KAMU SEDANG MEMBACA
Divergen: Dead Love
RomanceKisah cinta antara Alea, Dave, dan Alex. Romansa cinta segitiga!