Siang itu, jatuh pada akhir bulan ke-5 yaitu bulan Mei, tak bisa dipungkiri itu artinya bulan Ramadhan akan segera tiba. Tepatnya sepulangku dari masjid umi memintaku untuk membantu meneruskan membersihkan ruang tamu karena pagi tadi belum selesai. umi selalu melibatkanku dalam hal seperti ini, Tak lain agar aku menjadi seseorang yang terbiasa bersih dengan lingkungan sekitar. Apapun yang tidak sesuai dengan tempatnya umi sigap untuk membenahinya dan meletakkan pada tempatnya. Itulah yang kusuka dari umi, Umi mengajariku menyapa dan berjabat tangan langsung dengan dunia.
Baru sepertengah jalan aku menyapu, ujung mataku mengirimkan sinyal, pertanda ada sesuatu yang terjadi dengan umi yang tengah mengepel ruang tamu.Dan ketika kuamati dengan hati-hati apa yang sedang terjadi, Ternyata ada buliran bening saling berkejaran dari mata teduh yang selalu menciptakan kenyaman untukku itu.
"Hah, apa yang penyebab umi seperti ini". batinku.
aku tetap melanjutkan menyapu namun kuperlambat. kucari tahu penyebab yang menjadikan umi menumpahkan air mata berharga itu. aku terus mencari tahu tanpa bertanya langsung pada umi. Ya, itulah aku. Namaku Naila Akmil Firdausy. orang-orang akrab memanggilku Naila. aku duduk di bangku SMA Islam Kusuma Bangsa. Aku tipe orang yang ingin tahu segalanya dengan mencari tahu sendiri tanpa melibatkan peran orang lain untuk menjawab keingintahunanku. Dan benar, dalih yang menyebabkan umi menitikkan air mata adalah lantunan kalam-kalam Alqur'an yang dilantunkan dari acara TV RCTI yang terpampang di pojok atas layar TV yang aku nyalakan sebelun kegiatan bersih -bersihku tadi.
"Ya Allah, semoga anak-anak hamba sendirilah yang akan membuat hamba menangis bahagia karena lantunan merdu kalam-kalamMu". Ucap bunda lirih namun terdengar olehku.
"Ternyata karena itu" Ucapku dalam hati.
"Aku umi, Aku akan seperti itu. aku pasti bisa seperti apa yang umi inginkan". sambungku untuk menenangkan hati umi.
"Aamiin". jawab umi
"Aamiin". imbuhku
Saat kumenatap langit-langit kamar , semua perkataan siang tadi terngiang di kepalaku. Hingga membuatku lelah mencari posisi nyaman untuk tidur. Beberapa cara sudah kucoba, miring kanan, miring kiri, telentang, telungkup, Namun hasilnya zonk, tetap saja aku tak bisa tidur.
sore itu tepat setelah lulusanku dari Madrasah Ibtidaiyah sepulangku dari masjid. seperti biasa aku bersenandung sholawat di sepanjang perjalanan pulang.
"Bushrolanaa nilnal munaaaa zalal 'anaaa Wafalhanaa".
tiba-tiba memanggilku.
"naila". panggil umi
"Hah" . kejutku.
"iya umi, Ada apa? sahutku.
"Kamu umi daftarin ke pesantren yah? umi sudah bicarain ini sama abi, dan abi pun sependapat dengan hal ini."
"Apa umi " ? aku yang masih senang bermain itu langsung terkejut mendengarnya.
"kenapa harus aku umi, kan masih ada kakak"? Lanjutku.
"Naila kamu kan anak umi dan abi yang perempuan, bungsu pula. kamu yang akan menjadi harapan umi dan abi nantinya. jika kakak-kakakmu menikah kamu yang akan menemani umi dengan abi" Jawab umi.
"Tapi umi, Naila belum siap, Naila takut. rintanganya berat umi." Sangkalku.
Jam dinding menunjukkan pukul 10.30 malam. selesainya aku belajar, aku langsung menempatkan diri. Tiba-tiba aku mendengar ada suatu obrolan dari kamar sebelah.
"Gimana ini abi, Naila belum siap," Tutur umi pada abi
"Ehm, gomana ya umi, jika dipikir pikir memang rintangan, tantangan dan halanganya besar bagi Naila, karena dia anak perempuan." Ujar abi.
"Bagaim jika Naufal saja yang kita daftarin untuk masuk ke bidang menghafal Al Quran, selain ingatanya yang kuat, Naufal juga tinggal di pesantrenkan sudah sejak kecil, jadi sudah terbiasa dengan suasana pesantren. Oh iya Naufal, Naufal saddad Firdausy lengkapnya. Merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Ia yang sejak kecil tinggal di pesantren tidak mengherankan jika aku tidak begitu dekat denganya. Namun di setiap akhir bulan aku selalu menunggu kepulanganya. Aku selalu merindukanya. Ia merukan sosok kakak yang yang asik dan selalu membuatku tertawa riang jika berada didekatnya.
" Yaudah kalau begitu Naufal saja yang kita daftarin." Ujar umi.
Mendengar hal tersebut aku yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan langsung mengambil nafas tanda lega. Dan akhirnya malam itu juga aku dapat tidur nyenyak hingga esok menjelang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Waktu Itu
Short StoryTentang seorang wanita yang pernah bermimpi dimasa kecil namun ia ragukan karena ketidakyakinanya. Namun pada akhirnya waktu yang menjawab semuanya.