BAB 7 ALASAN(Halm.2)

1.7K 126 0
                                    

    Gema sholawat terdengar di halaman pondok pesantren Darul Hikmah. Puluhan jamaah muslimat berkumpul untuk acara pengajian rutinan. Ummi Salamah selaku ketua muslimat tengah bersiap memimpin pembukaan acara.
     Matahari mulai merangkak naik. Panitia acara sibuk kesana kemari. Bagian konsumsi yang dipegang oleh Nafisa, nampak gaduh mengatur jamuan-jamuan.
     Sebuah mobil pick-up memasuki pintu gerbang belakang pondok. Dua santri mempersilahkan masuk. Dari dalam mobil itu turun seorang pria dan seorang wanita.
      "Elliaa.." pekik pelan Nafisa." Jam 8 pas. Tepat waktu sekaliii.... " katanya sambil memeluk sahabatnya.
      "Demi excellent service. Kepuasan pelanggan adalah tujuan kami", Ellia tertawa." Ini taruh dimana mbak?"
      "Turunkan disana saja, bersama jamuan lainnya." Nafisa menunjuk ke sebuah meja panjang.
       Ellia berpaling kepada pria yang menyetir pick-up."Man, tolong bantu turunin rice box nya kesana ya.."
     Hilman mengangguk," Iya mbak.."
     "Adek-adek tolong bantu masnya nurunin nasinya," pinta Nafisa kepada beberapa santri disitu.
     Terdengar acara telah dimulai. Ellia celingukan memperhatikan puluhan jamaah yang khidmat mengikuti pengajian. Sudah lama sekali dirinya tak lagi mengikuti acara seperti ini lagi. Semenjak Ahsan pergi. Ia terlalu sibuk mengurusi Lala dan pekerjaannya. Rasanya seperti rindu kawan lama....
     "Hei El, aku tinggal dulu ya... emm masih agak repot. Tapi kalau kamu disini gak apa-apa... sekalian ndengerin pengajian..." ucap Nafisa.
     "Eh gak pa-pa mbak. Saya pamit saja.. Makasih lo mbak.."
     "Iya sama-sama... "
      Ellia berjalan menuju mobil. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.
      "Mbak tunggu !"
     Nafisa berbalik," Ya? Ada apa El ?"

    "Kemarin Lala absen sekolah karena sakit, dan Najwa datang menjenguk. Siapa yang ke rumah bersama Najwa mbak ?"

   Nafisa mengingat-ingat. "Oh itu adik iparku. Karena repot ngurusin persiapan acara ini, jadi aku minta dia jemput Lala. Memangnya ada apa ?" tanya Nafisa.

   "Ah tidak apa-apa mbak... hanya ingin tahu saja. Ya sudah saya permisi, Assalamu alaikum."

   "Waalaikum salam.."

     Ellia kembali ke mobil. Laki-laki yang disebut ayah oleh Lala ternyata adalah adik ipar Nafisa. Putrinya sangat bahagia dengan kedatangan orang itu. Bahkan Maknya bercerita bahwa Lala makan dengan lahap begitu orang itu menyuapinya. Saat Ellia pulang semalam, Lala belum tidur. Gadis kecil itu sengaja menunggu ibunya untuk mendengarkan celotehannya tentang 'ayahnya' itu. Senang sekali Lala memuji lelaki itu. Ellia resah dengan hal itu, namun juga gembira. Kedatangan orang asing itu membawa semangat putrinya untuk sembuh. Ah,tapi Maknya lupa tak bertanya siapa namanya. Pasti malu bertanya kepada Nafisa..
    Ponsel Ellia berdering saat Hilman menuju jalan besar.
     "Halo Nur?"

      Suara Nur Fadilah di telepon berisik. "Kau masih dipondok? "

     "Iya, ini mau pulang. Ada apa?"

    "Mampir sini gih. Ada yang mau bertemu.." Nur cekikikan.
    Deg !
     Ellia mendadak gugup. Dia hampir saja lupa semalam ada seorang Gus yang meminta berta'aruf dengannya. Pikirannya melayang pada sosok 'ayah'nya Lala.
     "Emmm... gimana ya Nur...? aku..."

      "Sudaaah, kesini wae dulu... "

     Ellia menimbang-nimbang. Sejurus kemudian dia berkata," Oke deh. Tapi sebentar." Ellia menutup teleponnya." Man, aku turun di depan. Kamu langsung ke warung saja.."

      "Iya mbak..."

      Mobil berhenti. Ellia turun, berjalan menuju toko berpapan jingga bertulis "HIDAYAH".

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang