Sinar matahari masuk dicelah jendela apartment milik bryan. Mengusik kedua insan yang tengah menikmati masa istirahat setelah sepertiga malam mereka melakukannya.
Ersya lebih dulu terbangun. Mendapati tangan bryan masih melingkar pada pinggang polosnya. Kepalanya masih terasa berat.. mungkin efek minuman yang diteguknya semalam.
Tanganya tergerak memindahkan tangan bryan, mengambil jubah mandinya dan kembali mengenakannya. Ersya mengingat jika memang semalam dia belum sempat mengenakan pakaiannya setelah mandi, dan pagi ini dia harus kembali membersihkan badannya lagi karna merasa lengket setelah kegiatan penuh keringat itu. Ersya masuk kedalam kamar dan kembali lagi keruang tengah dengan selimut untuk menutupi tubuh telanjang bryan. Membiarkan pria itu tertidur dengan sisa lelahnya. Setelah itu ersya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Ponsel milik bryan berbunyi berkali-kali, dengan terpaksa pria itu bangun dan melihat siapa yang memanggilnya sepagi ini. Dengan malas bryan menoleh dan mendapati ibunya vivian yang menelpon.
"Iya maa" ujarnya setelah menekan tombol angkat di ponselnya.
"Kamu nggak pulang lagi?" Gerutu ibunya dibalik telpon itu
"Hmm iya ma, aku nginep di apartment semalam"
"Terus kamu ga kuliah hari ini?" Tanya vivian.
"Kuliah ma.. ini bentar lagi juga siap-siap.. kenapa ma?"
"Ya udah.. tapi habis pulang kuliah mama tunggu di zent golf ya. Papa mau kamu dateng buat ikut main sama temen bisnisnya"
"Kali ini aku ga ikut ya ma.." ucap bryan
"Ga bisa sayang, kamu harus ikut, soalnya papa udah bilang sama temen-temennya kalau kamu itu jago main golf, dia janji bakal bawa kamu kesana.."
"Aku bener-bener ga mood buat ikutan ma.."
"Bryan, kamu itu harus belajar buat bersosialisasi sama orang-orang penting kayak mereka. Kamu itu satu-satunya penerus perusahaan keluarga kita, jadi kamu pelan-pelan harus terbiasa ketemu orang-orang itu. Sekaligus bisa belajar soal perusahaan"
"Hmm ya udah deh, terserah mama aja.." bryan pasrah. Ucapan vivian ada benarnya pikir bryan.
"Mama tunggu disana ya.."
"Iya" ucap bryan menutup sambungan telponnya. "Pertemuan-pertemuan terus.." gerutu bryan melempar ponselnya kesembarang arah dan kembali membaringkan tubuhnya.
Ersya keluar dengan dandanan yang sudah rapi dia menggunakan kemeja biru muda dan dipadu dengan rok pendek navy. Wangi khasnya dengan mudah masuk dalam indra penciuman bryan. Dia kini mendekati tubuh bryan yang masih betah berbaring disana.
"Bangun sayang.. kamu ga mau kuliah hari ini?" Tanya ersya
"Hm iya.. kuliah.. tapi kepala aku berat banget sayang"
"Tunggu bentar" ersya menuju dapur dan kembali dengan segelas air putih, lalu dia berikan pada bryan.
"Thanks" ucap bryan mencoba duduk dan segelas air putih itu segera diteguknya.
"Cepetan mandi terus siap-siap..." ujar ersya menyuruh bryan.
"Hum morning kiss dulu?" Ucap bryan setelah memberikan gelas kosong tadi kepada ersya
"Ga mau.. bau tau nggak" gerutu ersya
"Ya udah.. aku bakal tidur lagi" ucap bryan kini mencoba berbaring kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINKILLERS
RomansCerita ini menyangkut kesedihan, pengorbanan, dan cinta yang begitu besar dimana nantinya terluka adalah hal biasa untuk-NYA. Bagaimana penawar rasa sakit-NYA selama ini yang akan menuangkan racun tetes demi tetes dalam gelas air yang akan dia tegu...