1. Tunggu aku!

467 175 153
                                    

Terima kasih 400 Viewsnya + 160 Votes. I love u guys, hope you enjoy and happy reading❤️

Isak tangis orang terdekat membuat air mataku makin menjadi. Banjir membasahi pipi yang kini terus ku hapus menggunakan tanganku sendiri. Tak ada yang tidak menangis, semua mengeluarkan air matanya. Kesedihan kali ini tidak main - main.

Aku hampir ingin menikah dengannya, aku hampir akan menjadi istri. Bahkan hampir bisa jadi seorang ibu nantinya. Tapi semua impian itu kandas setelah kepergian Weist akibat insiden kecelakaan itu. Aku menyesalinya, setelah ku izinkan dia pergi untuk membeli sebuah barang penting itu. Ingin rasanya kuputar waktu, tak akan aku membiarkannya pergi sendirian tanpa ada aku disana.

Setelah penguburan dan do'a selesai, aku menaburkan bunga bermacam jenis di sana. Aku tak melihat dengan jelas apa aku meletakkannya dengan benar atau tidak karena air mataku membuat pengelihatanku berkaca - kaca.

Lambat laun satu persatu orang yang ikut menghadiri acara pemakaman kini pergi, hingga tersisa aku, ibuku serta ibunya Weist. Mereka menyemangatiku untuk tetap kuat dan segera bangkit dari sana. Tapi aku menolaknya. Akhirnya mereka membiarkan dan meninggalkanku untuk sendiri disini.

"Asla, mama beri waktu lima menit untuk kamu disini. Katakan apa yang ingin kau katakan pada Weist. Kami menunggumu di mobil."

Aku mengangguk seraya mengiyakan ucapan mama padaku.

Saat itu juga. Tangisku makin jadi. Aku berbicara pada Weist seolah dia mendengar itu. Aku berbicara pada makamnya itu seorang diri. Semua sunyi, sepi, aku sedikit takut. Tapi kulanjutkan.

"Weist, terlalu cepat. Kumohon kembalilah." Tuturku yang agak sesegukan akibat menangis. "Aku sangat mencintaimu, aku akan ikut kemanapun kau pergi, tunggu aku Weist, aku akan menemukanmu!" Seolah hanya ucapan basi yang kulontarkan kali ini. Aku tau, mana mungkin aku bisa bertemunya lagi. Dia sudah tiada Asla. Kau ini bodoh sekali!. Aku memaki diriku yang masih tak terima kenyataan.

Tak lama, aku berdiri untuk meninggalkan tempat itu. Menghapus air mata yang masih terus keluar dari pelupuknya.

Aku terus melangkah sampai akhirnya terhenti karena seseorang berbicara dari belakang.

"Aku menunggumu."

"Ha?" Aku tidak salah dengar, suara itu seperti milik Weist, aku mengenalinya!.

Namun, kusapu seluruh mataku untuk mencari sosok itu di sekeliling pemakaman. Aku tidak menemukannya. Tidak ada siapa - siapa disana.

Halusinasi? Tapi aku mendengar jelas suara tadi!

"Asla, cepat kembali." Teriak ibuku dari arah berlawanan. Aku terbuyar dari lamunanku, setelah sadar aku pergi dari sana tanpa pikir panjang.

Entah hanya perasaanku atau bukan, seperti ada seseorang yang melambaikan tangan di balik punggungku saat ini.
Aku ingin menoleh, tapi ibukku menyuruhku untuk cepat. Aku tak sempat menoleh, tapi jujur, aku merasakan kehadirannya kembali saat ini.

***

Aku tidak hanya melewatkan jam makan siang, tapi aku juga melalaikan makan malam yang sedang berlangsung saat ini. Aku lebih memilih untuk duduk di pojokan kamar sambil merenung. Membiarkan pikiranku mengulas masa laluku dengan Weist. Kadang ada kalanya aku senyum, tertawa bahkan sedih sendiri selama mengingat beberapa kejadian. Kadang pula ku selipkan halusinasiku bahwa Weist akan kembali. Mustahil!

Aku membuyarkan lamunanku, kembali memperhatikan gulungan kertas kecil yang sempat ku ambil tadi. Jariku mencoba membukannya, dan aku berhasil membaca isi kertas tersebut.

Tetap bersama, itu janji kita.

Lagi! Aku kembali menitikkan air mata tanpa ku izinkan keluar. Tangisku makin pecah dan membuat aku kesusahan untuk bernafas karena ingus sudah menutup saluran pernapasanku.

Tak lama, aku kepikiran untuk mengakhiri hidupku. Kupikir dengan melakukan hal itu, janji tersebut akan kutepati.

Benar! Aku harus mati. Saat ini juga.

Aku beranjak mencari tali, tapi mana mungkin aku keluar kamar. Orang rumah bisa tau..

Aku berpikir keras untuk mencari cara untuk cepat mati dan menyusul Weist disana yang tengah menungguku.

Aha!

"Sillet?"

Kemudian ku cari kotak benang di lemariku. Dan ya, aku menemukannya. Setelah ku periksa, betul saja! Ada sillet di sana. Buru - buru aku mengambilnya dan..

"Apa aku akan berdosa?" Tanyaku entah pada siapa. Berhenti sejenak, berfikir bagaimana nanti keluargaku?
"Aissshh. Aku tidak peduli. WEIST AKU DATANG"

Sedetik kemudian aku mencoba menggoreskan alat itu tepat di urat nadiku. Aku sedikit takut karena rasanya perih sekali. Ku rasa aku harus menggoresnya dengan cepat dan kuat. Agar rasa sakit itu tak terbayang nantinya.

Saat itu juga, aku menyayatnya.

Darahku dengan cepat mengalir keluar dan tentu saja aku kesakitan. Mataku tak kuat melihatnya hingga ku pejamkan saja.

"Maafkan aku tuhan.." lirihku

Seakan mimpi, penglihatanku hitam dan pendengaranku kian mengecil hingga akhirnya benar - benar hening.

***

"Hei, kau sudah sadar?"

~To be Continued~
.
.
.
.
.

1 Januari 2020~

HOW ABOUT THAT???

Duh gila, aku semangat banget nulisnya. Gimana pendapat kalian? Suka ga dengan ceritanya.

Ini baru part satu loh! Aku yakin kalian bakal ketagihan nih.

Makasih udah baca dan jangan lupa, Vote ya. Oh ya, masukin ke perpustakaan kalian ya biar ga ketinggalan dengan cerita Asla dan Weist..

Salamku,
DeryxmpM

I'll Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang