Repub tanpa edit 16/8/20
6/11/20
23/6/21Malika terdiam sesaat sebelum dia tersadar bahwa ptia itu kini sudah berjalan menjauh darinya. Dia berdiri lalu mengambil secara asal barang-barangnya dan mengikuti pria itu yang berjalan dengan langkah besar.
"Satria?" Panggilnya yang tidak mendapatkan jawaban, pria itu masih saja berjalan.
"Satria kan?" Ulang Malika tapi pria itu masih terus berjalan mengabaikannya.
"Satria!" Teriak Malika dengan kesal karena dia harus berlari agar mengimbangi kaki Satria yang panjang.
Pria itu tidak juga berhenti sehingga Malika mulai berlari dan menarik tangannya dengan kencang hingga langkah pria itu terhenti. Dia menoleh ke arah tangan kecil yang kini masih memegangi lengannya lalu menatap mata pemilik tangan itu.
"Bisa lepas? Kamu mengganggu saya, tahu?"
"Kamu saya panggil dari tadi gak noleh."
"Kamu manggil siapa? Saya bukan Satria dan saya gak kenal Satria." Pria itu menepis tangan Malika lalu membenarkan letak tasnya yang terjatuh dr pundak.
"Kamu....bukannya Satria?"
"Gak kenal."
"Ta-tapi ini fotonya mi--" Malika mencoba membuka ponselnya untuk menunjukkan foto Satria yang dia miliki. Dia hendak membandingkan foto dengan pria itu tapi dia sudah berjalan menjauh dan hilang di belokan.
"Shit! Masa gue salah orang sih?!"
Malika memutuskan untuk kembali ke mobil dan mencari Satria saat malam nanti. Dia akan main di salah satu kelab malam di Bali dan kemungkinan dia bertemu dengan Satria lebih besar di sana.
###
Dia tidak pernah menyukai dunia malam, musik yang menghentak di sana selalu membuatnya pusing. Dari dulu dia hanya mendatangi tempat ini untuk tujuan bersosialisasi. Bagaimana pun juga pekerjaannya membuat dia harus mendatangi dunia malam dari waktu ke waktu.
Dia berhenti mendatangi tempat ini ketika dia berhenti bekerja, dulu. Tapi apa mau dikata, dia perlu mendatani tempat ini karena dia memerlukan Satria menjadi model di koleksinya.
Tubuh yang bergoyang mengikuti irama mengganggu jalannya untuk lewat, orang-orang tampak larut dengan dunianya sendiri dan tidak memedulikan orang di sekitarnya.
Malika merengut ketika melihat pasangan makeout tanpa tahu malu di pojok ruangan. Oh bukan hanya satu pasang, tetapi ada beberapa lainnya yang Malika tidak mau hitung. Dia dapat merasakan perutnya yang berbunyi, salahnya tadi ke mari tanpa makan terlebih dahulu. Sekarang dia kelaparan tetapi dia masih harus mencari pria itu.
Malika melarikan matanya ke tempat musik berasal. Dia melihat seorang pria yang sedang asyik memainkan musiknya dan tampak asyik sendiri di atas sana. Dia yakin itu pria yang tadi siang lantaran tato yang berada di lengannya yang kini juga terlihat.
Malika tiba-tiba merasa kesal karena diabaikan dan pria itu juga membohonginya siang tadi. Matanya masih asik meneliti pria itu. Beberapa wanita tampak berusaha menarik perhatiannya dengan menggoyangkan tubuh di sekitar pria itu tapi tidak digubrisnya.
Pria itu masih asik memainkan musiknya dan itu membuat Malika lagi-lagi terhanyut. Dia memandangi pria itu yang kini menampilkan senyuman yang tidak dia lihat siang tadi. Dia tampak sangat menikmati memainkan musiknya. Musik berhenti dan pria itu turun setelah mengucapkan terima kasih.
Mata Malika masih mengikuti pria itu yang kini mendatangi salah satu sudut dan mengambil minuman dari sana.
"Satria?" Panggil Malika ketika dia sudah tiba di depan Satria. Suaranya sengaja dia kencangkan karena musik yang mengalun memekakkan telinga sehingga dia takut pria itu tidak mendengarnya lagi kali ini.
Pria itu menoleh dan menatapnya dengan alis yang menukik tajam, jelas sekali pria itu tidak menyukai kehadirannya. Dia mengabaikan Malika lagi dan hendak meminum gelas yang berada di tangannya.
Malika yang merasa kesal langsung merebut gelas itu dan menenggak isinya hingga tandas. Tenggorokannya terasa terbakar seketika dan dia tidak menyukai rasa minuman itu.
"Jangan abaikan saya, kita perlu bicara." Ucap Malika sambil menaruh gelas yang tadi dia pegang.
"Saya tidak suka berbicara dengan orang asing terlebih orang yang tidak punya sopan santun." Pria itu langsung berdiri dan dia merasakan tangan itu lagi di lengannya. Dia hendak menepisnya tapi ketika melihat wanita itu yang tampaknya kehilangan keseimbangan membuat dia mengurungkan niat.
"Tubuh saya terasa ringan sekali." Ucap Malika tiba-tiba.
Satria berdecak, "Kamu tidak biasa minum ya? Sok-sokan ambil minuman orang."
"Kamu kalau dilihat dari dekat jadi semakin ganteng ya." Malika memajukan tubuhnya dengan berani, badannya yang mungil membuat dia tidak bisa menatap mata pria itu dengan sejajar jadi yang bisa dia lakukan adalah menatap mata pria yang kini tengah menunduk ke arahnya.
Malika menaikkan tangannya lalu menarik muka itu agar lebih dekat dengannya kemudian dia mendaratkan bibirnya di bibir pria itu.
Next apdet ketika gabungan bintang n komen 800 yaaaa bhaayy
11/12/19
3/3/20Buku ini sudah ada di shopee.co.id/akudadodado juga yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Tient à Cœur [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-913-4 Malika kembali ke negara asalnya dua tahun setelah perceraian itu terjadi. Perceraian yang mematahkan hatinya dan juga merobek asanya. Kembali jatuh cinta bukan hal yang ingin dia lakukan, dia memilih unt...