Extra Part

7.8K 227 2
                                    

XXXXX

*
*
*

---

Sesuai janji, update extrapart yang ini...
Maaf kalau agak mengecewakan...
Saya bukan selevel J. K. Rowling atau JRR Tolkien atau Rick Riordan 😄😄😄

Di sini saya bukan sebagai A, atau B atau X...
Saya di cerita ini adalah "Tuhan" karena saya yang menciptakan cerita ini 😄😄😄

Maaf kalau ada kalimat yang tidak berkenan...

Okelah, happy reading, guys...!!!

---

Salman berjalan kaki sambil menendangi apapun yang ada di depannya. Dia masih saja tidak percaya jika akan memiliki seorang adik. Rasanya sudah telat untuk hal itu. Tapi masa dia mau menolak? Itu lebih tidak mungkin lagi.

'brak'

"Astaghfirullah," gumam Salman ketika sadar jika kaleng minuman yang tadi dia tendang mengenai kaca mobil seseorang yang tengah parkir di pinggir jalan. Remaja itu menelan ludah dengan gugup.

Seorang pria keluar, terlihat sangat jengkel karena lecet di kaca mobilnya. Pria itu mendelik pada Salman yang memang sudah menampakkan ekspresi 'akulah pelakunya' itu.

"Kemari kau, anak muda." Kata pria seumuran ayahnya itu.

Salman mendekat dengan pasrah. Dia tengah membayangkan ceramah macam apa yang akan dia dengar dari sang ibu jika masalah ini meleber panjang.

"Maafkan saya, pak..." Bisik Salman, menunduk.

Pria itu mendesah jengkel, "orangtuamu mana?"

Salman mendongak, "orang tua?" Tanyanya gugup.

Pria itu mengangguk, "kamu punya, kan?" Alisya terangkat.

Salman mengangguk, "punya. Abi pasti masih di sekolah. Di rumah cuma ada ummi..."

"Rumahmu sekitar sini?" Tanya pria itu lagi. Sejak tadi dia sedang mencari alamat seorang kawan, hanya saja masih tidak ketemu. Bertanya pada orang, tidak kunjung hasil. Bergantung pada GPS? Justru hal itu yang membuatnya merasa tersesat.

"Masuk gang sana," Salman menunjuk gang di belakang si pria asing.

"Ayo, saya mau meminta pertanggungjawaban dari orangtuamu," ajak pria itu.

Salman menggigit bibir, "tapi...Abi..." Dia tidak yakin ayahnya sudah pulang. Karena biasanya, jika tamu pria, ibunya akan...

Tapi Salman tidak punya pilihan. Selain patuh, biar bagaimanapun, dia yang bersalah, "baiklah..."

"Nah, jalan di depan. Saya tidak mau kamu kabur," ujar pria itu.

Salman melangkah lebih dulu dengan gontai.

"Saya tersesat gara-gara mencari alamat seorang rekan lama. Menjengkelkan sekali, bertanya-tanya percuma saja. Eh mobil saya yang tidak bersalah malah kamu lempari dengan kaleng...."

"Maaf..." Hanya itu yang bisa Salman katakan.

Mereka berhenti di depan sebuah rumah bercat hijau, "ini rumah saya..." Kata Salman, mengetuk pintu, "...assalamualaikum, ummi!!" Bisanya dia akan langsung masuk. Tapi kan sekarang dia membawa orang asing.

"Di pikir-pikir, kamu cukup mirip dengan rekan saya itu. Siapa nama ayahmu?"

"Walaikumsalam, Salman! Biasanya kamu langsung mas--siapa ini?" Seru Anna kaget.

3 Hati ( Aku, Kamu & Dia ) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang