Sudah 5 hari Elenna di tinggal Tania pulang. Ia merasa kesepian sangat kesepian dirumah besar ini, di tambah Hans yang sering pulang larut malam dan jarang sekali ia bertemu dengan Hans. Akhir-akhir ini Hans bersikap dingin dan cuek kepada Elenna. bahkan Elenna selalu mensiapkan makan malam untuknya sampai sampai Elenna sering tertidur di Sofa untuk menunggu Hans hingga pagi, ia melihat meja makan seperti biasa juga tidak ada makanan yang kurang masih tetap sama. Hans tidak menyetuhnya sedikitpun. Hans yang jarang untuk mengajaknya hanya sekedar mengobrol, yang ada malah ia selalu mengirim pesan karena ia harus pulang malam untuk mengerjakan Projek di kantor.
Sebetulnya Elenna cemas dengan kesehatan Hans ia takut jika Hans telat makan akan mengakibatkannya sakit, tetap saja saja Hans selalu menghiraukanya.
"kak!!"
"Hemm?"
"kakak jarang makan dirumah, apakah kaka diluar sana sudah makan? Aku setiap malam menunggu kakak pulang agar kaka segera makan, aku takut jika kaka sakit!"
"siapa suruh kamu menunggu ku, apa kamu tidak membaca pesanku, aku sudah mengirim pesan untuk mengabari mu bahwa aku pulang malam. Apa gunanya aku memberi mu ponsel"
"aku tau kak tapi.."
"sudahlah ak berangkat, jangan merusak pagiku"
"tunggu kak... kakak belum sarapan". Hans berlalu pergi dan menghiraukan Elenna dan segera masuk kedalam mobil.
Elenna merasa Hans berubah 95% dari awal ia kenal dan jika ada Tania, ia melihat perlakuan Hans sangat hangat jika dia sedang berbicara dengan Tania, ya karena Tania orang tuanya..
"dimana kau sekarang??"ucap Hans yang sedang menelfon seseorang di seberang sana.
"bersiaplah aku segera kesana" tut tut tutt.
Hans memarkirkan mobilnya di halaman parkir apartemen, setelah itu seseorang masuk kedalam mobilnya.
"pagi pak.." sapa Devan Manager Hans.
"Hemm!!" Hans selalu menjawab seperti itu hanya gumaman saja.
"kenapa pagi-pagi sekali, tumben pak Hans menjemput saya" Tanya Devan sembari menatap angka jarum jam yang ada di pergelanganya.
"Hari ini ada pertemuan penting dengan Mely Manager dari pak Sinyo, ada pembahasan tentang cabang perusahaan baru di Jakarta. Beliau meminta kita untuk kesana" jelas Hans.
"seperti tidak asing namanya, dimana tempat itu?" Devan menatap dan mengangkat sebelah alisnya.
"ujung kota" Devan yang hanya manggut-manggut saja dan tak sengaja ia melihat sekotak tepak makan yang ada di depannya, dan mengambilnya.
"apa ini, apakah pak Hans membawa bekal? Tidak seperti biasanya" Tanya Devan dan Hans yang fokus menyetir menoleh yang di bawa Devan ia menatap heran.
"bukalah" pintah hans. Devan membuka tutup kotak persegi itu dilihatnya beberapa sepotong Brownise yang sangat harum, dan di taburi keju diatasnya.
"wahhh kue brownise, sepertinya enak" Hans berfikir pasti Wanita itu siapa lagi.
"pasti Elenna" gumamnya pelan.
"siapa pak?"Tanya Devan tidak dengar apa yang di ucapkan Bosnya barusan.
"tidak. Kalau kau mau, makanlah"
"Anda serius pakk? Wahh terimakasih" dengan wajah yang sumringah Devan melahap sepotong Brownise tak di sangka rasanya benar-benar enak dan lembut, Devan dibuat jatuh cinta dengan rasanya.
"Pak Hans tidak mau kah? Ini sangat enak pak saya tidak berbohong" menyodorkan kotak brownise tapi Hans hanya mengabaikan saja.
"untukmu semua, aku tau kau belum sarapan" elak Hans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior Marriage
De TodoHayy di cerita pertamaku ini. Aku menciptakan sosok Elenna, wanita yang tangguh, pintar dan pastinya juga cantik. Tidak hanya itu aku juga menciptakan sosok Hansen ato bisa di panggil Hans, Pria yang sedikit jutekk tapi penyayang tentu saja, dia ju...