28. The Crown

1.7K 236 280
                                    

Elijah berjalan tergesa memasuki gerbang utama Istana Avery yang masih dijaga ketat oleh puluhan kesatria Elf. Langit Fairyverse telah sepenuhnya gelap dan kelopak bunga bercahaya, saat Elijah menyusuri lorong istana yang terlihat lebih ramai dari biasanya.

Elijah berjalan dengan wajah ditekuk. Kedua netra birunya menatap kosong pada jalan di hadapannya. Beberapa kali ia menghela dan mengembuskan napas berat. Pikirannya sedang suntuk dipenuhi banyak hal. Pada sebuah persimpangan koridor istana, Elijah berpapasan dengan beberapa kesatria dan dayang peri Elf. Elijah terkesiap lamunannya buyar saat melihat gelagat aneh para rombongan peri itu.

Rombongan peri Elf itu sama terkejutnya dengan sang pangeran. Mereka segera menyingkir dari jalan sambil menundukkan wajah mereka dalam-dalam. Namun, belum lagi Elijah berjalan menjauh, suara bisik-bisik terdengar.

"Jadi, Pangeran Elijah sebenarnya adalah anak Ratu Kegelapan? Anak peri unsheelie?!" tanya sebuah suara cempreng.

"Aku sangat kecewa karena wajah setampan itu ternyata diwariskan dari peri Unsheelie," timpal yang lain.

"Dia cerdas dan berbakat. Namun tidak dapat menjadi Putra Mahkota pasti karena ibunya peri Unsheelie."

Kedua tangan Elijah terkepal.

"Tidak menutup kemungkinan lambat laun kutukan itu akan menurun padanya, 'kan?"

"Aku lebih memilih Pangeran Archibald Yang jelas le--"

"Hentikan!" bentak Elijah berang. Ia telah berbalik menghampiri para kesatria Elf yang sedang membicarakannya. Wajahnya merah padam. Napasnya memburu, sementara kedua iris matanya memicing menatap satu per satu wajah kesatria Elf yang menggunjingnya.

Para kesatria Elf itu sontak membelalak. Mereka gemetar ketakutan, tak menyangka jika sang pangeran mendengarkan pembicaraan mereka.

"Ma-maafkan ka--"

"Maaf katamu?!" desis Elijah. Ia menarik kerah baju salah satu kesatria Elf yang terjangkau olehnya. Matanya menatap nyalang pada kesatria Elf malang yang kini menggigil ketakutan itu.

"Kesatria Elf sepertimu layak untuk dihukum!" bentak Elijah marah.

Elijah mengempaskan tubuh kesatria Elf yang malang itu hingga menghantam sebuah tiang di koridor. Dengan sigap, ia mengeluarkan sebilah pedang sihir dari sarung yang tersampir di pinggangnya. Tanpa keraguan, Elijah menebaskan pedang sihir itu pada leher kesatria Elf yang hendak bangkit dengan susah payah. Percikan darah segar mengenai wajah sang pangeran disertai dengan suara teriakan tercekat dari si peri malang.

Demi melihat kejadian itu, rekan-rekan kesatria Elf yang lainnya berteriak ketakutan seraya melangkah mundur. Mereka melotot tak percaya pada Pangeran Elijah yang tanpa ekspresi telah mengembalikan pedang sihir itu ke dalam sarungnya. 

Elijah menyeka bekas darah yang menempel di salah satu pipinya, kemudian menepiskan tangannya dengan kasar. Ia mendelik ke arah para kesatria Elf di depannya. "Pergilah. Bereskan mayat teman kalian, sebelum aku berubah pikiran!" teriaknya berang.

Sontak para kesatria Elf itu berlutut dengan tubuh gemetar. "Ampuni kami, Pangeran Elijah! Ampuni kami!" ratap mereka. Suara tangis ketakutan memenuhi koridor istana.

Beberapa sosok kesatria Elf berdatangan untuk melihat apa yang terjadi. Namun, langkah mereka terhenti saat melihat mayat sesosok kesatria Elf tergeletak bersimbah darah dengan leher yang nyaris putus. Yang lebih mengejutkan lagi adalah sosok Pangeran Elijah berwajah berang berada di dekat mayat peri itu. Pangeran peri itu sedang memegang gagang pedang dengan wajah memerah dan rahang yang mengatup rapat.

"Cih! Dasar kesatria Elf tidak berguna!" umpatnya. Elijah berbalik dan melanjutkan langkah menuju balairung Istana Avery di mana seluruh keluarga kerajaan telah berkumpul. 

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang