MoU

16 2 6
                                    

"Riri! Belum dijemput?" Tanya Abiem ketika melihat Riri masih berdiri di depan gerbang sekolah. Riri hanya menggeleng. Wajahnya tampak kesal. Berkali-kali dia melihat arlojinya. "Pulang bareng aku aja, yuk!" Ajak Abiem.

"Kalau nanti ternyata bunda jemput, gimana?" Tanya Riri.

"Sebentar!" Abiem segera mengeluarkan HP-nya. Dia segera menelfon. "Hallo! Tante Rukmini?" Rupanya Abiem menelfon Bunda Riri. "Tante, Riri pulang sama Abiem ya, Tan." Kata Abiem. "Oh... Begitu... Iya, Tante, iya! Tapi maaf, Tante, nanti pulangnya agak terlambat, tidak apa-apa, ya? Abiem mau ajak Riri jalan. Boleh ya, Tante?" Abiem senyum-senyum. "Siap, Tante! Beres...! Bye..." Abiem menutup telfonnya. "Ayo!" Kata Abiem sambil menyerahkan helm kepada Riri. Abiem memang selalu bawa dua helm di motornya buat jaga-jaga siapapun yang bonceng. Safety first.

Riri sudah duduk di boncengan Abiem. "Jalan, Bang!" Kata Riri sambil menepuk bahu Abiem.

"Siap, Non! Berangkaaaat!" Kata Abiem sambil tancap gas.

"Kita mau ke mana, Biem?" Tanya Riri setengah berteriak.

"Jalan-jalan dulu, ya! Aku dah minta ijin bundamu, kok." Jawab Abiem dengan nada setengah teriak juga.

Motor terus melaju hingga sampai ke sebuah cafe. Abiem memarkirkan motor lalu mereka masuk dan memesan tempat duduk.

"Tumben kamu ngajak aku ke sini berdua saja, Biem." Kata Riri. "Biasanya, rame-rame sama teman-teman." Lanjutnya.

"Karena hari ini aku penginnya sama kamu saja, Ri." Kata Abiem. Riri tersenyum. Pelayan datang menyuguhkan makanan dan minuman. Rupanya, Abiem sudah booking tempat dan makanan jauh-jauh sebelumnya.

"Oh ya, bagaimana kabar papa-mama kamu, Biem? Sejak kalian pindah ke kontrakan, kalian jarang main ke rumah." Kata Riri sambil mengaduk-aduk minuman di hadapannya lalu menyeruputnya.

"Papa-mama sehat, Ri. Adik-adik juga. Kami memang jarang main ke rumahmu. Bukannya apa-apa, tapi karena sekarang papa justru sibuk saat weekend. Maklum, banyak even saat weekend." Jawab Abiem. "Aku sendiri juga kalau weekend ikut gabung papa. Lumayan, hasilnya bisa untuk uang jajan jadi tidak perlu ngandalin papa gitu." Lanjutnya.

"Syukurlah, Biem. Aku senang mendengarnya." Kata Riri.

"Ri, ada satu hal yang ingin aku sampaikan padamu." Kata Abiem.

"Apa itu, Biem?" Tanya Riri penasaran.

"Kamu pastinya tahu, kan, kalau papaku dan ayahmu itu bersahabat dekat hingga sudah seperti saudara sendiri?" Kata Abiem. Riri mengangguk. "Aku ingin silaturahmi antara kedua orang tua kita tidak terputus, Ri." Lanjut Abiem. Riri mengernyitkan kening.

"Maksudmu?" Tanya Riri, tidak mengerti maksud Abiem. Abiem menggenggam tangan kiri Riri dengan tangan kanannya.

"Aku ingin hubungan kita ini lebih dari sekedar sahabat." Kata Abiem.

"Maksud kamu, kita pacaran?" Tanya Riri.

"Well, aku tidak dekat dengan banyak gadis tapi aku tidak ingin pacaran. Buat apa pacaran, toh pacar juga belum tentu jodoh. Daripada kelamaan pacaran tapi ternyata tidak berjodoh, sama saja ngejagain jodoh orang, dong." Kata Abiem.

"Jadi, mau kamu seperti apa?" Tanya Riri semakin penasaran.

"Dari sekian banyak teman cewek yang dekat denganku, kamulah yang paling istimewa di hatiku, Ri." Kata Abiem. Tangannya masih memegang erat tangan Riri. "Aku tidak tahu hubungan kita akan dinamai apa tapi aku sangat berharap suatu saat nanti kita bisa benar-benar berjodoh, Ri." Kata Abiem sambil memandang mata Riri. Riri membalas pandangan Abiem.

Cinta AbiemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang