The Truth: That Boy

1K 146 13
                                    

Akhir-akhir ini Minho curiga dengan Jeongin. Ia sering keluar rumah hingga larut malam. Kecurigaannya ditambah dengan Jeongin yang beberapa kali pulang dengan luka lebam di tubuhnya. Suatu malam Minho memergoki Jeongin yang sedang mengompres lengannya yang membiru.

"Kenapa lagi?"

"Ah, aku tidak sengaja menabrak tiang saat membaca buku sambil berjalan. Aku memang ceroboh akhir-akhir ini."

"Is it make sense?" Jeongin mengangguk.

"Are you sure?" Minho menaikkan alisnya sebelah.

"Ya, sure. It's okay. I'm fine."

"Really?" Jeongin kembali mengangguk.

"I'm totally fine."

Sampai akhirnya Minho memutuskan untuk mengikuti Jeongin diam-diam. Dan ia menemukan ke mana Jeongin selama ini pergi. Tapi ia masih penasaran siapa yang didatanginya di rumah itu. Beberapa hari Minho mengikutinya setiap Jeongin pergi ke sana, tapi Jeongin selalu masuk begitu saja dan tak pernah muncul dengan sang pemilik rumah.

Hingga suatu ketika Jeongin keluar dari rumah itu dengan memegang pipinya. Tapi anehnya Jeongin terlihat baik-baik saja. Minho sudah tak tahan lagi. Ia lantas menghadang Jeongin di tengah jalan.

"Apakah masuk ke rumah itu adalah kecerobohan Jeongin?" suara Minho mengejutkan Jeongin.

"K-kenapa k-kakak ada di sini?"

"Katakan padaku siapa yang ada di rumah itu?"

"B-bukan siapa-siapa, h-hanya temanku."

"Benarkah? teman macam apa yang membiarkan luka setiap temannya pulang?" Minho tiba-tiba berjalan terburu-buru menuju rumah Hyunjin.

"Kak Minho! Tunggu!" Jeongin memohon dalam hati supaya Minho tak ke sana. Keadaan Hyunjin baru saja mereda dari kambuhnya. Jangan sampai kedatangan Minho membuat Hyunjin kembali kambuh. Jeongin mengejarnya dan berusaha menahan Minho. Tapi terlambat. Minho masuk ke dalam rumah Hyunjin. Di sana Hyunjin sedang duduk di sofa dengan mata terpejam. Langkah Minho terhenti. Ia terkejut setengah mati melihat Hyunjin.

Setelah bertahun-tahun akhirnya ia bertemu dengan anak itu lagi. Anak dari pembunuh orang tuanya.

Hyunjin tak kalah terkejut. Kepalanya sangat sakit ketika ia melihat Minho. Ia ingat betul lelaki di hadapannya itu adalah orang yang sama yang ditemuinya saat sang ibu melakukan pembunuhan keji kepada orang tuanya. Peristiwa yang mengawali semua trauma Hyunjin. Peristiwa di mana hari itu bukan hanya Minho dan Jeongin yang kehilangan orang tuanya, tetapi Hyunjin dengan mata kepalanya sendiri melihat sang ibuk gantung diri di depannya.

Sungguh dunia yang kejam bagi Hyunjin. Tubuhnya kembali bergetar. Matanya kabur, keringatnya bercucuran deras. Tubuhnya jatuh tepat ketika Jeongin datang.

"Kak Hyunjin!" ia berlari menuju Hyunjin.

"Kak! Cepat panggil ambulance!" teriak Jeongin. Minho tak merespon. Pandangannya kosong. Ia sendiri masih tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Adiknya berteman dengan anak dari pembunuh orang tuanya. Ternyata dunia tak hanya kejam bagi Hyunjin. Tapi bagi semua orang.

Jeongin lalu mengeluarkan ponselnya tak butuh waktu lama ambulance datang ke tempatnya.

Jeongin lalu mengeluarkan ponselnya tak butuh waktu lama ambulance datang ke tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Changbin datang ke rumah sakit untuk menenangkan kedua saudaranya.

"Aku tak percaya ini Changbin." Changbin sendiri tak percaya ketika Minho menceritakan semuanya. Minho bahkan belum bicara apapun pada Jeongin karena saat ini adiknya sedang mendampingi Hyunjin di ruang perawatan.

"Permisi, bisa aku bicara dengan keluarga Jeongin?" dokter Hyunjin keluar dari ruangan. Changbin lalu berdiri, dan diajak dokter itu menjauh sedikit.

"Maaf sebelumnya, aku tahu ini masalah keluargamu. Tapi di sini aku juga yang mengurus hidup Hyunjin selama ini. Jadi, aku tahu semuanya. Ini memang berat bagi kalian. Tapi aku harap Jeongin tidak mengetahuinya dulu. Dia sangat berperan banyak bagi kesembuhan Hyunjin. Keadaan Hyunjin jauh membaik setelah bertemu Jeongin. Jadi, aku harap kau bisa memahami itu. Setidaknya sampai Hyunjin bisa menerima kenyataan. Dan aku pikir Jeongin juga butuh waktu untuk tahu itu. Walau kejadian tadi sempat memperparah keadaannya, tapi aku harap ia segera membaik dengan adanya Jeongin di sisinya."

"Ya, aku paham. Sebenarnya aku hanya saudara sepupunya, tapi aku dan Minho kakak Jeongin ada di sana juga saat kejadian itu. Tapi kami baik-baik saja. Aku harap Hyunjin juga begitu." Changbin lalu kembali duduk di samping Minho dan menjelaskan apa yang harus mereka lakukan sekarang.

"Kau gila? membiarkan Jeongin bersama anak pembunuh itu dan membiarkannya menyakiti adikku juga?"

"Minho, bukan itu maksudku. Tapi ini cara yang baik agar Hyunjin segera sembuh."

"Aku tak peduli dia sembuh atau tidak. Aku hanya ingin Jeongin baik-baik saja."

"Jeongin akan baik-baik saja. Percayalah." Minho dan Changbin diam untuk waktu yang lama. Sampai Jeongin keluar dari ruang perawatan dan duduk di samping Changbin.

"Aku harap Kak Hyunjin segera sadar."

"Ya, aku harap begitu." Changbin menimpali.

Satu setengah tahun hampir berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu setengah tahun hampir berlalu. Semenjak itu Minho membuat perjanjian dengan Jeongin. Ia boleh pergi ke rumah Hyunjin asalkan ada yang menemani. Sungguh sebenarnya Minho sendiri tak menyangka kalau bukan hanya dirinya saja yang terluka akibat kejadian itu, bahkan ada yang lebih parah darinya. Minho tahu Hyunjin perlu ditolong. Tapi rasa sakit di hatinya juga belum hilang. Ia ingin berdamai dengan masa lalunya, tapi masih ada sisi di hatinya yang enggan melakukan itu.

Jeongin yang belum tahu kenapa kakaknya sampai harus begitu protektif terhadapnya juga bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi antara Minho dan Hyunjin. Hyunjin sendiri setelah tahu kalau Jeongin adalah anak dari orang yang dibunuh ibunya, merasa tak layak mendapat kasih sayang dari Jeongin. Setiap mengingat itu kepalanya akan sakit. Beruntung cinta dari Jeongin membuatnya sedikit melupakan fakta yang menyakitkan itu.

Keadaannya yang semakin membaik membuat Jeongin sangat senang. Hingga suatu hari ketika mereka membacar buku di perpustakaan, Jeongin tertimpa rak buku yang tak terlalu besar. Sedikit lebam di punggungnya. Dan Minho menyalahkan Hyunjin atas kejadian itu. Padahal Jeongin sudah menjelaskan, dan satu pelayannya yang sering menemani Jeongin juga ikut menjelaskan pada Minho.
























Namun Minho tak percaya, dan malah mengancam akan mengasingkan Hyunjin dari kota itu agar Jeongin tak bisa menemuinya lagi.

Namun Minho tak percaya, dan malah mengancam akan mengasingkan Hyunjin dari kota itu agar Jeongin tak bisa menemuinya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
metanoia || changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang