8. PERMINTAAN MAAF

36 10 3
                                    

Happy Reading💕

"Bagus banget Van!!!" Devanya melihat pemandangan sekeliling sambil berlari-lari dan melompat girang.

"Ini tempat favorit gw waktu awal kali gw pindah ke Ind-"

Brukkk

"Ih Nya! Gimana si lo, bego bet dah!!" Devano segera membantunya berdiri. Luka yang didapat oleh Devanya cukup besar. Darahnya mengalir dari lututnya.

Devanya meringis kesakitan.

"Sini gw bantu, ceroboh!" Devano membimbing Devanya masuk rumah pohon yang sangat indah, tampak bersih.

Devanya sedang melihat indahnya langit di senja hari dengan suara kicauan burung.. ditemani angin yang meniup ke wajah Devanya. Sementara itu, dengan diam-diam Devano menatap Devanya, kali ini gadis dengan kunciran rambut model ponytail terlihat sangat sempurna.

Kenapa tiap kali gw ada di deket si Anya, gw jadi merasa ada perasaan tersendiri ye? Gamungkin juga kan gue suka sama ni anak. Ucap Devano dalam hati.

Van, seandainya kamu bisa baca isi hati ku. Aku kangen banget sama kamu yang dulu. Aku nggak ngerti kenapa kamu suka bully aku habis-habisan. Tingkah mu ke aku selalu kasar. Ucap Devanya dalam hati sambil menatap langit.

"Nya."

"Apa?" tanya Devanya namun ia tetap melihat langit.

"Liat gw," seketika itu juga Devanya menatap matanya.

"Maafin gw yang selalu nge bully lo. Gw pantes lo bales, lo boleh hukum gw dengan cara apapun." Ujar Devano sambil membersihkan luka pada Devanya.

Ucapan 'maaf' Devano membuat Devanya membulatkan manik matanya penuh, seperti ada sesuatu yang meremas hatinya.

"Ke- kenapa?" tanya Devanya dengan tidak yakin.

Rasanya ini mimpi, sejak dulu dia nggak pernah peduli sama aku. Ucapnya dalam hati.

Setengah dari hatinyaa tidak percaya bahwa Devano baru saja meminta maaf. Tapi.. setengah hatinya lagi merasa terenyuh, apalagi dengan kesungguhan yang terlihat dari tatapan Devano, begitu menggetarkan hatinya.

"Gw minta maaf. Kok malah tanya kenapa. Kan lo tau sendiri salah gw apa Nya?"

"Aku nggak tau salah aku apa sama kamu dan temenmu, aku juga nggak tau kenapa kalian terus nyakitin aku." Seketika itu juga Devanya menetaskan air matanya.

Devanya tidak kuat lagi bila mengingat mereka yang selalu menyakitinya. Gadis tersebut mulai menangis, pipinya dibasahi oleh air matanya.

Devano merunduk dihadapan Devanya seperti orang yang sedang berlutut, dengan semilir angin meniup setiap tetesan air mata yang keluar.

"Aku pengen marah, aku pengen teriak sekencang mungkin, aku pengen ngeluapin semuanya. Tapi kalian terus cengkeram aku kuat, kalian terus ngejatuhin aku, dan aku akhirnya nggak bisa ngapa-ngapain selain tersenyum."

"Nya, gw beneran minta maaf. Dan, gue tau kelakuan temen gw sama gw itu udh keterlaluan.. sampek gw pernah ngejatuhin lo dari tangga waktu kelas XI dan ngenuduh lo. Tapi, gw yang omongin semua ini serius. Gw beneran mau minta maaf sama lo."

Kali ini, Devanya mengusap air matanya dan tersenyum manis pada lelaki yang selalu menyakitinya.

Entah kenapa hati Devano bergetar ketika melihat senyum dari wajah Devanya. Baru kali ini Devano menemui wanita setegar Devanya, ia terus tersenyum dan tersenyum.

"Van, aku-" ucapan Devanya terpotong ketika terdengar dering telephone dari HP Devano.

DEVANO MENGANGKAT TELEPHONENYA
"Siapa?"
"Halo den, ini Bi Erni. Bi Erni pinjem HP tetangga buat ngabarin den Devano. Juragan Giandra mering-"

BENCI ATAU CINTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang