8. Damian_Morning Sickness

436 25 2
                                    

Sesampainya di kantor, Damian meminta sekretarisnya untuk masuk.

"Selamat pagi, Pak."

"Pagi, Rach, masuklah." Damian mengempas duduk di kursinya, mengembuskan napas berat kemudian merapikan jas dan dasi.

Rachel memperhatikan wajah atasannya yang tidak biasa. Dan mencoba menebaknya. Dia tersenyum tipis sebelum mulai bertanya di balik map yang ia peluk.

"Bapak kenapa? Seperti bahagia tapi ada rasa kesalnya juga?" selidik Rachel mencoba untuk akrab dengan atasannya yang tidak semenyeramkan atasan dalam kisah novel.

"Yeah, Rach. Aku memang sedang sangat bahagia tapi ... juga dibuat kesal."

"Oh, um..., pasti ada kaitannya dengan kehamilan Bu Auris?" Rachel mengambil duduk di hadapan Damian akhirnya.

"Ya, memang tentang itu, bukan hanya berkaitan--mutlak karena itu."

Rachel tertawa kecil sembari menyerahkan sebuah map di tangannya kepada Damian yang menerima sambil mengembus napas berat lagi untuk kedua kalinya.

"Boleh aku tau? Mungkin Bapak akan sedikit lega."

Damian mengalihkan pandangan dari dokumen untuk menatap Rachel.

"Aku memang akan mengatakan padamu, Rachel." Menutup kembali dokumen laporan list member untuk sebulan ke depan.

"Katakanlah Pak, Anda bisa mengecek kembali laporan itu nanti," pinta Rachel dengan sangat sopan.

"Morning sickness, Rach. Auris sedang mengalami itu untuk pertamakalinya pagi ini. Dan aku--diabaikan."

"Diabaikan bagaimana maksud Bapak?" ulang Rachel dengan senyuman ramah.

"Hmm, dia sangat manja hari ini karena morning sickness itu. Aku sangat ingin dia manja kepadaku, sebagai seorang suami yang sangat mencintai dia. Tapi apa? Dia mengabaikan aku, dan dia memilih Mommy-nya--seperti seorang bayi."

Rachel tak bisa manahan tawa kecilnya.

"Ya namanya juga anak tunggal, sudah biasa dimanja, dan mereka sangat dekat. Bapak maklumi saja dulu. Nanti juga ... Bapak akan merasakan betapa manjanya seorang istri yang sedang hamil. Terlebih lagi dikehamilan pertama saat ini."

Damian tersenyum. Untuk pertamakalinya Rachel melihat atasannya tersenyum tipis namun sangat terpancar rona bahagianya yang akan segera menjadi seorang ayah.

"Thank you Rachel, aku senang kamu bisa jadi teman bicara yang nyaman. Aku pun tidak suka situasi pekerjaan yang kaku."

"Aku juga senang bisa memiliki atasan yang tidak seperti kebanyakan orang yang, yah... Bapak tau sendiri maksudku."

Damian mengangguk. "Oke. Um..., bagaimana pelanggan kita di tahun kemarin dan awal tahun baru ini?"

"Sangat signifikan, Pak. Aku optimis di tahun baru ini kita akan sangat berkembang. Ditambah lagi di zaman sekarang ini yang namanya pengamanan sangat dibutuhkan. Belum lagi, perkembangan media sosial, gengsi masyarakat semakin tinggi, tidak terkecuali soal pengawal pribadi. Selebriti atau pun idola tidak hanya ada karena televisi sebagai aktor atau penyanyi dan sebagainya. Tapi juga melalui media instagram dan youtube."

Damian meninggikan alis kemudian mengangguk. Menautkan jari-jarinya sebelum mulai bicara.

"Yeah, benar. Aku mengerti maksud kamu. Kalau begitu ... harus ada tim kreatif yang kita rekrut untuk bagian promosi dan iklan. Kita bisa memiliki instagram dan juga channel youtube sebagai media promosi kita."

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang