Pagi ini Laura sudah siap untuk berangkat sekolah, dimeja makan hanya ada dirinya sendiri karena orangtuanya masih diluar kota, dan kakaknya masih setia dengan kasurnya.
Alhasil ia harus sarapan sendiri dan berangkat sendiri, Laura tidak nafsu makan Lalu ia menyuruh pembantunya untuk membekalkan roti untuknya.**
Laura sudah sampai di kelasnya, dan yg paling menyenangkan kelasnya masih sepi, ia sengaja datang lebih awal karena ia ingin menikmati rooftop saat pagi.
Laura menyimpan tasnya lalu ia bergegas pergi menuju rooftop, saat sampai ia merasakan hawa yg sangat dingin Untung saja ia slalu memakai sweater ditubuhnya.
Laura duduk disalah satu kursi tua yg ada disana, ia melihat pemandangan mentari yg muncul membuat matanya silau.
Pancaran sinar matahari itu menghanguskan kegelapan yg sedang ia rasakan, dan rasa dingin yg ia rasakan kini sudah lenyap dan digantikan dengan kehangatan.Akankah seseorang diluar sana yg akan mencairkan es yg sudah membeku, akankah mentari itu akan menghangatkan rasa dingin itu.
Laura masih menatap langit yg kini sudah mulai terang, saat ia melihat kebawah juga banyak murid yg sudah datang.
Saat ia menolehkan pandangannya ke pinggir, tatapannya dinginnya bertubrukan dengan mata seseorang yg tak kalah dinginnya seperti dirinya.
Aga lama mereka saling menatap lalu Laura akhirnya memutuskan untuk memotong Kontak mata itu.
Tiba tiba rasa canggung meliputi keduanya."Lo ngapain disini" tanya Regan, yah lelaki yg tadi adalah Regan.
"Cuma liat matahari muncul" lalu Laura memalingkan wajahnya menatap langit yg berwarna Oren.
"Lo suka" tanya Regan, yg diangguki oleh Laura.
"Gue suka banget sama matahari pagi, dia seperti cahaya yg membuat gue hidup, yg bisa membuat gue punya semangat untuk menjalankan sesuatu tanpa dia "lalu Laura menundukkan kepalanya, dengan tiba tiba matanya memanas kala mengingat dia didalam hidupnya.
"Dia??? " Tanya Regan aneh, lalu Laura menganggukkan kepalanya.
"Gue juga suka mentari Karena mengingatkan gue pada seseorang yg Sangat ceria, membuat semua orang tersenyum dan juga bahagia itu semua karena seseorang itu" sambung Regan.Laura hanya mendengarkan Regan tanpa minat untuk menjawabnya.
Lalu Laura membuang nafas kasar, ia menatap wajah Regan yg membuat rasa sakit itu kembali muncul, percayalah wajah Regan sangat mirip dengan dia dan hal itu membuat Laura merasa tersakiti."Luka Lo ngga parah??" Tanya Laura.
Regan menatap Laura, lalu ia menganggukkan kepalanya, hal itu membuat Laura menghembuskan nafas lega.
"Yaudah gue pergi dulu" ucap Laura lalu ia pergi meninggalkan Regan sendiri yg masih menatap Laura.
Lalu Regan tersenyum tipis, melihat Laura ia seperti melihat seseorang itu yg membuat hatinya kembali merasakan sakit.Lalu Regan menatap langit dengan tatapan penuh harap.
Ia sangat berharap kalau ia akan kembali ke masalalu dan memulainya dari awal, tetapi itu terdengar mustahil, lalu Regan tersenyum kecut.Laura menuruni tangga saat ia ingin pergi ke kelasnya tiba tiba tangan seseorang menahan dirinya, yg membuat Laura mau tidak mau membalikan badannya.
Dia Kevin bersama teman teman kelasnya yg sedang menongkrong di depan kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Kesedihan (Completed)
Novela Juvenil#Budayakan vote sebelum membaca cerita ini. Bagaimana kalau es bertemu es, apakah akan mencair atau malah semakin membeku???? Ini cerita Laura yg mempunyai sifat dingin dan misterius. Bertemu dengan Regan yg sifatnya tidak jauh berbeda dengan Laura...